Detail Info Kegiatan


  • 06 April 2025
  • 72
  • Info Kegiatan

PSC 119 DIY Melakukan Penjagaan Medis Dalam Acara Garebeg Sawal 1446 H

Tradisi Garebeg Sawal atau Grebeg Syawal, diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta, merupakan salah satu upacara tradisional yang diadakan setiap Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini telah ada sejak abad ke-16 dan terus dilestarikan hingga kini. Tradisi ini tidak hanya mengandung makna mendalam tetapi juga mewakili akulturasi antara budaya Jawa dan Islam. Berlangsung secara rutin sejak zaman dahulu, tradisi ini kini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Jogja.

Tradisi ini telah diwariskan selama berabad-abad. Setiap kali, gunungan diserahkan dalam prosesi yang melibatkan barisan prajurit keraton, menarik perhatian ribuan orang yang berkumpul di Alun-alun Utara. Sebelum dibagikan kepada masyarakat, gunungan diarak dari Keraton Yogyakarta menuju halaman Masjid Agung Kauman.

Tradisi ini merupakan ungkapan syukur dan bentuk sedekah atas hasil pertanian. Grebeg ini adalah simbol hajat dalem yang mencerminkan kedermawanan Sultan kepada rakyatnya. Pada hari-hari grebeg, Sultan memberikan sedekah berupa makanan dan berbagai hasil bumi yang disusun tinggi menyerupai gunung.

Garebeg atau Grebeg merupakan salah satu upacara penting di Keraton Yogyakarta yang diadakan tiga kali setahun sesuai kalender Jawa. Menurut laman kratonjogja.id, istilah Garebeg atau Grebeg menggambarkan prosesi diiringi oleh kerumunan besar prajurit dan Abdi Dalem yang membawa gunungan dari keraton ke Masjid Gedhe.

Asal-usul perayaan Grebeg di Keraton Yogyakarta diyakini berasal dari tradisi Jawa kuno yang dikenal sebagai Rajawedha. Tradisi ini melibatkan raja memberikan sedekah untuk mewujudkan kedamaian dan kemakmuran di kerajaannya. Ketika Islam masuk ke Kerajaan Demak, upacara ini sempat terhenti, menyebabkan kegelisahan di kalangan rakyat dan mempengaruhi stabilitas kerajaan yang baru saja berdiri. Namun, oleh upaya Walisongo, tradisi sedekah raja ini dihidupkan kembali sebagai bagian dari upaya penyebaran agama Islam, yang awalnya dikenal sebagai Sekaten.

Perayaan Sekaten sendiri, yang diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, juga diadakan oleh Kerajaan Demak saat pembangunan Masjid Demak yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Sejak saat itu, tradisi sedekah raja ini di Kerajaan Demak dilaksanakan tiga kali setahun, termasuk dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini kemudian diadopsi oleh kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sebagai bagian dari warisan budaya mereka.

Keraton Yogyakarta menggelar prosesi Grebeg Syawal 1446 H pada Senin, 31 Maret 2025, bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Acara yang merupakan puncak simbol hajat dalem ini bermakna sebagai bentuk kedermawanan Sultan/Raja Keraton Yogyakarta kepada rakyatnya.

PSC 119 DIY bersama dengan PMI DIY, SARSATLINMAS DIY, Sidokes Polresta Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, PSC 119 Kota Yogyakarta, Puskesmas Pakualaman, Puskesmas Kraton, Puskesmas Gondokusuman, Puskesmas Ngampilan, PMI Kota Yogyakarta, PMI Ranting kraton, serta Saka Bakti Husada bertindak sebagai tim kesehatan telah mengikuti rangkaian acara Grebeg Syawal. Selama kegiatan berlangsung, terdapat setidaknya 13 pasien yang merupakan prajurit dan abdi dalem yang mengalami keluhan seperti pusing, kelelahan, luka lecet, kram otot, nyeri perut, mual, dan sesak nafas yang membutuhkan penanganan medis. Semua pasien dilakukan penanganan di lokasi, tidak ada yang perlu dilakukan perujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan. (sdp).

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 4.542
  • Bulan Ini

  • 3.094.979
  • Total Kunjungan

  • 32.501.054