Pelatihan Manajemen Emergency Medical Team
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak wilayah dengan risiko tinggi terhadap bencana alam, diantaranya banjir, cuaca ekstrim, gempa bumi dan tsunami. Menurut The World Risk Index tahun 2019, Indonesia berada pada peringkat 37 dari 180 negara paling rentan bencana. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Data Informsi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB sepanjang tahun 2023 tercatat telah terjadi 5.400 kejadian bencana yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 3.544 kejadian.
Dari 5.400 bencana yang terjadi pada tahun 2023, kejadian bencana hidrometeorologi mendominasi dengan 5.365 kejadian dan bencana geologi sebanyak 26 kejadian atau 1% dari total kejadian bencana. Bencana hidrometeorologi mendominasi kejadian bencana, baik hidrometeorologi kering dan basah. Kebakaran hutan dan lahan merupakan kejadian yang paling sering terjadi disusul oleh bencana cuaca ekstrem, banjir dan tanah longsor. Bencana yang terjadi pada tahun 2023 mengakibatkan 275 orang meninggal, 33 orang hilang, 5.795 orang luka-luka dan 8.491.288 orang menderita dan mengungsi. Selain itu dampak kerusakan yang terjadi akibat bencana di antaranya 47.214 unit rumah, 680 unit fasilitas pendidikan rusak, 506 unit fasilitas peribadatan, dan 105 fasilitas kesehatan. Korban meninggal dan hilang pada tahun 2023 paling banyak diakibatkan oleh bencana tanah longsor sebanyak 144 orang dan 47 orang di antaranya akibat tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Natuna pada tanggal 6 Maret 2023.
Relawan kesehatan dan EMT adalah tim kegawatdaruratan medis yang terdiri dari berbagai profesi kesehatan untuk melakukan pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang terdampak bencana atau kegawatdaruratan sebagai tenaga kesehatan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat. Tim tersebut bisa berisi tenaga kesehatan dari kalangan pemerintah (sipil dan militer) dan dari kalangan masyarakat (akademisi, dunia usaha, organisasi non pemerintah), dan juga terdiri dari tenaga kesehatan lokal, nasional, dan internasional. EMT memiliki peran dalam memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat serta mendukung manajemen di klaster kesehatan atau Health Emergency Operation Center (HEOC) dengan memberikan laporan harian dan kepulangan (exit), serta mampu bekerjasama dengan baik dalam timnya.
Meski demikian, dari berbagai sumber pengelolaan EMT dan relawan kesehatan, Pos Klaster Kesehatan dan/atau HEOC melaporkan berbagai tantangan dalam mobilisasi EMT serta relawan kesehatan, diantaranya adalah melakukan pencatatan EMT dan relawan kesehatan di daerah bencana, mengatur tugas dan tanggungjawab EMT dan relawan kesehatan terhadap klaster kesehatan, termasuk mengintegrasikan koordinasi dan kerjasama antara EMT. Meski sudah tersosialisasikan tata cara menjadi EMT dan relawan kesehatan bencana, tetapi tetap didapati EMT dan tim relawan kesehatan yang tidak pernah melaporkan dan meregistrasi timnya ke HEOC, tidak melaporkan aktivitas layanan kesehatannya ke fasilitas terdekat ataupun HEOC, dan juga masih didapati tidak menjalankan tugasnya sesuai standar misalnya hanya mengumpulkan foto bencana, tidak bertugas, dan kemudian pulang.
Menyadari pentingnya EMT dalam penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, melalui transformasi sistem kesehatan pasca pandemi, Kementerian Kesehatan juga berupaya menguatkan pilar ketahanan kesehatan melalui sistem Tenaga Cadangan Kesehatan (TCK). Pada masa tenang seperti saat ini, kapasitas tenaga kesehatan baik dari pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat mendaftar pada dashboard TCK sehingga teregistrasi, mendapatkan hak pembinaan sehingga kapanpun dibutuhkan dapat dikirimkan pada daerah terdampak baik oleh wewenang pusat maupun pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu, kementerian kesehatan juga sudah menerbitkan kurikulum pelatihan EMT yang dapat diakses bebas. Kurikulum ini terdiri dari pelatihan skill medis dan skill manajemen.
Berdasarkan hal di atas, PKMK FK-KMK UGM melalui pengalaman menjadi tim relawan kesehatan, konsultan yang mendukung pengembangan klaster kesehatan dan mendukung HEOC pada situasi bencana di daerah terdampak, serta tujuan untuk mendukung peningkatan kapasitas EMT dan tim relawan kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia berinisiatif menyelenggarakan pelatihan aspek manajemen EMT baik untuk kelompok dan institusi yang sudah memiliki tim relawan dan EMT ataupun yang baru berencana membentuk tim.
Pada tanggal 9 dan 10 Oktober 2024, Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY mengikuti Pelatihan Manajemen Emergency Medical Team yang difasilitasi oleh FK-KMK UGM. Pelatihan ini juga diikuti oleh institusi, organisasi profesi, maupun fasilitas kesehatan seperti rumah sakit yang sedang mengembangkan EMT. Dalam pelatihan ini, semua peserta diberikan materi tentang HEOC, pos klaster kesehatan, pengorganisasian internal EMT dan relawan kesehatan, persiapan keberangkatan, perencanaan logistik, dan keselamatan EMT, laporan harian EMT dan relawan kesehatan terhadap HEOC. Peserta juga melakukan praktek pembuatan form registrasi, laporan harian, rujukan, dan laporan akhir EMT, praktek dalam melakukan Rapid Health Assessment (RHA), dan pembuatan peta respon.
Dengan mengikuti pelatihan ini, diharapkan Dinas Kesehatan DIY dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan manajemen untuk EMT dan tim relawan kesehatan sehingga mampu mengelola timnya secara mandiri, mampu bekerjasama dengan sesama EMT dan tim relawan kesehatan, serta mampu mendukung kegiatan HEOC selama tanggap darurat bencana. (sdp).