"Menyusui Sebagai Dasar Kehidupan"
Data ibu menyusui di DIY masih berada di kisaran 70%. Angka ini belum memenuhi ketetapan yang tercantum dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs), yang batas minimalnya adalah 85%. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY terus menyosialisasikan pentingnya air susu ibu (ASI) bagi bayi.
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie mengatakan, ASI adalah makanan pertama dan sangat penting bagi bayi yang sedang berada dalam masa keemasan, yakni usia 0 sampai dua tahun setelah dilahirkan. Dengan mendapatkan asupan ASI yang cukup, maka bayi bisa hidup sehat dan berkembang secara optimal.
"Kalau anak di usia itu tidak mendapatkan ASI, kami khawatir anak tidak bisa tumbuh dan berkembang scara optimal. Tidak hanya fisiknya saja. Tetapi juga otaknya. Itu yang akan kami khawatirkan, karena komponen ASI itu sangat tidak tergantikan, baik oleh susu formula ataupun makanan yang lainnya," jelas Pembayun di sela-sela peringatan Pekan ASI Sedunia 2018 dengan tema Menyusui Sebagai Dasar Kehidupan di Stadion Mandala Krida, Jumat (10/8/2018).
Kampanye Pekan ASI Sedunia yang digelar di Stadion Mandala Krida Yogyakarta ini dilaksanakan dengan berbagai kegiatan seperti pameran, senam sehat bersama dan talk show. Kampanye ini untuk meningkatkan angka capaian ASI Ekslkusif yang belum optimal baik secara nasional maupun khusus di DIY. Untuk DIY
persentasenya sekitar 70%. Tapi angka ini masih di bawah target 85% atau
seperti yang tercantum pada SDGs. Oleh sebab itulah Dinas Kesehatan DIY
akan terus mendorong ibu-ibu agar memberikan ASI bagi buah hatinya.
Acara diawali dengan senam bersama dan dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie. Pada kesempatan wawancara dengan beberapa media, Kepala Dinas Kesehatan DIY menyampaikan bahwa belum tercapainya target ibu menyusui, bukan disebabkan karena kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya ASI, tapi karena pergeseran peran ibu, yang kini juga turut berperan sebagai pencari nafkah. Masalahnya bukan terletak pada ibu yang bekerja, melainkan tempat kerja yang kurang representatif.
Ditambahkan oleh Kadinkes DIY, beberapa tempat kerja tidak menyediakan ruang laktasi atau ruang menyusui. Selain ketiadaan ruang laktasi, ada juga perusahaan yang tidak memberi waktu yang cukup untuk menyusui. Akhirnya, bayi tidak mendapatkan asupan ASI yang cukup. Oleh karenanya Kami berharap Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan dan masyarakat memberikan edukasi. Mall juga, misalnya, bisa menyediakan tempat untuk menyusui," ujar Kadinkes.
Wakil
DPRD DIY Arif Noor Hartanto, yang juga turut hadir pada peringatan pekan
ASI sedunia, mengatakan, suami harus turut serta dalam proses pemberian
ASI. Ketika istri sedang menyusui, para suami juga dituntut aktif
dengan cara membelai anaknya sebagai bentuk kasih sayang, disitulah bentuk peran suami terhadap keluarga tentang pentingnya ASI bagi anak-anak. Ia
menambahkan, saat menyusui, ibu-ibu tidak boleh melakukannya sembari
berbincang atau chating melalui WhatsApp. "Banyak yang memberi ASI
sambil WA-nan dan ngerumpi. Dari kursus yang saya ikuti dulu, anak harus
didekatkan dengan detak jantung dan dibelai dengan kasih sayang.
Acara yang digelar di sisi barat stadion Mandala Krida tersebut berlangsung meriah dan mendapat antusias yang cukup banyak dari masyarakat, khususnya remaja dari perwakilan SMA di Yogyakarta yang bisa berdiskusi dan tanya jawab langsung dengan nara sumber dr. HAsto Wardoyo, Sp.OG yang juga Bupati Kulon Progo serta dr. Sri AMinah, SpA. tentang berbagai permasalahan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi dan seputar ASI.