Detail Berita


  • 06 September 2018
  • 10.151
  • Berita

Sekilas Progres PIS-PK, Sehatkah Masyarakat Jogja?

Program pembangunan kesehatan Indonesia mengacu pada 3 (tiga) pilar program Indonesia Sehat yaitu mengedepankan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan pemenuhan Universal Health Coverage melalui Jaminan Kesehatan Nasional. Pelaksanaan tiga pilar Program Indonesia Sehat tersebut mempunyai target sasaran seluruh usia (total coverage) mengikuti siklus kehidupan (life cycle) sehingga integrasi pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat dilakukan lebih efektif jika melalui pendekatan keluarga.  Salah satu misi Gubernur DIY juga mengamanatkan peningkatan kualitas hidup, kehidupan dan penghidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban. Kehidupan masyarakat yang berkualitas tentu dalam keadaan sehat.

Selanjutnya melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 telah diamanatkan pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) secara nasional.

Pelaksanaan pendataan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) di DIY baru mencakup 20,25 % dari total seluruh Kepala Keluarga (KK), dengan Indeks Kesehatan Keluarga (IKS) sebesar 0,281 yang artinya dari KK yang sudah dikunjungi baru 28,1 % masyarakat di DIY masuk dalam kategori sehat, selebihnya masih prasehat dan tidak sehat. Mengingat capaian pendataan baru mencapai 20,25 % tentu angka Indeks Keluarga Sehat (IKS) masih mengalami perubahan. Perlu beberapa kebijakan untuk mempercepat akselerasi pendataan dan perlu intervensi program dalam rangka meningkatkan capaian Indeks Keluarga Sehat.

Secara keseluruhan PIS-PK mencakup 12 indikator utama dimana indikator tersebut sudah dibahas dan dilakukan kajian secara mendalam dan dianggap bisa untuk menilai kondisi kesehatan masyarakat Indonesia. Selengkapnya 12 indikator tersebut adalah sebagai berikut :

1.     Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana

2.     Ibu bersalin pada fasilitas pelayann kesehatan

3.     Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4.     Bayi diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan

5.     Balita dipantau pertumbuhannya setiap bulan

6.     Penderita Tb Paru berobat sesuai standar

7.     Penderita hipertensi berobat secara teratur

8.     Penderita gangguan jiwa berat mendapat pengobatan dan tidak ditelantarkan

9.     Tidak ada anggota keluarga yang merokok

10.  Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih

11.  Keluarga mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat

12.  Sekeluarga menjadi anggota JKN

 

Keseluruhan indikator dalam PIS-PK di atas secara garis besar dapat dikelompokkan dalam 3 indikator besar yaitu Kesehatan Ibu dan Anak dan Gizi, Penyakit Menular/Tidak Menular dan Perilaku Kesehatan

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di DIY dimulai pada tahun 2017 dengan lokus puskesmas sebanyak 30 puskesmas. Untuk tahun 2018 ini seluruh puskesmas menjadi target lokus dengan jumlah 121 puskesmas di wilayah DIY. Sampai dengan bulan September 2018 ini pelaksanaan pendataan baru mencapai angka 20,25 % seperti pada gambar di bawah.

Tahapan pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dilaksanakan dalam beberapa tahap seperti: Pelatihan, Persiapan (sosialisasi program, pengorganisasian dan pendanaan), Kunjungan keluarga dan intervensi awal, Analisis IKS awal, Intervensi lanjut serta Analisis perubahan IKS. Dari pencapaian pendataan tersebut kondisi di DIY termasuk 10 provinsi dengan tingkat pendataan yang rendah. Sudah ada beberapa provinsi lainnya dengan pendataan mencapai lebih dari 50 %. Kondisi ini tentu bukan merupakan situasi yang baik, mengapa akselerasi pendataan PIS-PK di DIY lambat? Dari beberapa evaluasi bersama Kabupaten/Kota ditemukan penyebab lambatnya proses pendataan tersebut dan hampir sama kondisi di setiap kabupaten/kota yang ada.

Permasalahan utama umumnya terkait dengan 5 (lima) hal sebagai berikut :

1. Keterbatasan sumber daya manusia di puskesmas untuk pelaksanaan pendataan.

2. Permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan aplikasi (lambat dan sulit diakses serta menu berupa out put yang belum sempurna).

3. Kebijakan terkait dengan penggunaan dana DAK untuk transport petugas puskesmas khususnya di Kota Yogyakarta.

4. Kesulitan dalam hal bertemu langsung dengan seluruh anggota keluarga dalam satu KK pada saat proses pendataan di lapangan.

5. Terdapat 3 Indikator yang menunjukkan hasil belum optimal dalam PIS-PK.


Untuk 9 indikator lainnya sudah mencapai angka indeks antara 50 – 98 % yang berarti sudah relatif lebih baik dari 3 indikator di atas. Nilai Indeks Keluarga Sehat (IKS) terendah di DIY dibandingkan IKS nasional juga tidak jauh berbeda yaitu tentang penderita hipertensi, gangguan jiwa dan penderita Tb dan bila dikelompokkan masuk dalam kategori kelompok penyakit menular dan tidak menular.

 

Hasil IKS tersebut dapat dilihat langsung pada aplikasi Keluarga Sehat Online yang sudah disediakan oleh Kementerian Kesehatan yang bisa diakses secara Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota dan puskesmas sesuai tingkat kewenangannya. Proses entri data keluarga dilakukan oleh petugas entri di puskesmas secara online pada aplikasi keluarga sehat. Untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum tidak begitu bermasalah dalam hal entri data pada aplikasi, karena ketersediaan jaringan internet cukup memadai di seluruh wilayah DIY.

 

Pada awal pelaksanaan di tahun 2017 ada beberapa kendala teknis aplikasi karena kemampuan server di Kementerian Kesehatan sehingga kadang mengalami kesulitan akses dan lambat untuk diakses namun sudah lancar pada saat  sekarang ini.

 

Tiga indikator tertinggi di DIY adalah terkait dengan Keluarga dengan akses dan penggunaan jamban sehat, Keluarga  dengan akses air bersih, dan Bayi dengan imunisasi dasar lengkap. Oleh karena IKS per indikator relatif berbeda – beda angka capaiannya, maka perlu dilakukan intervensi program secara berbeda pula, khususnya intervensi terhadap indikator dengan capaian nilai terendah.

Kesimpulan

Pencapaian pendataan PIS-PK di wilayah DIY masih perlu akselerasi dengan berbagai cara, utamanya adalah dengan penambahan tenaga kesehatan di puskesmas, kerja sama dengan Perguruan Tinggi dalam hal entri data dan optimalisasi koordinasi dan kerja sama dengan kepala wilayah setempat sebelum dilakukan pendataan di lapangan agar proses pendataan keluarga bisa lebh cepat. Hasil IKS menggambarkan bahwa secara umum masyarakat di DIY yang masuk dalam kategori sehat baru mencapai 28,1 %, selebihnya masih dalam kategori prasehat dan tidak sehat (dari capaian jumlah keluarga yang dikunjungi). Hal inilah yang perlu mendapat perhatian dengan intervensi program khususnya pada 3 (tiga) indikator dengan capaian terendah.

Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan

Bila usulan rekomendasi ini dilaksanakan akan dapat mempercepat akselerasi pencapaian pendataan PIS-PK di seluruh wilayah DIY sehingga angka capaian Indeks Keluarga Sehat akan dapat dilihat secara menyeluruh dan bisa menggambarkan kondisi derajat kesehatan masyarakat di DIY secara lebih nyata. Untuk mengatasi kendala dan permasalahan pelaksanaan PIS-PK di lapangan, kami merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1.      Penambahan sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan untuk pendataan lapangan di puskesmas.

2.     Pemanfaatan tenaga kesehatan dari perguruan tinggi kesehatan untuk pendampingan pendataan dan proses entri data dengan terlebih dahulu diberikan pembekalan berupa pelatihan.

3.     Koordinasi dan sosialisasi dengan kepala wilayah setempat sebelum pendataan agar didapat efisiensi waktu dan tenaga.

4.     Perbaikan dan penyempurnaan aplikasi PIS-PK online untuk mempercepat akses dan mempermudah evaluasi.

5.     Revisi peraturan perundangan (Perwal) tentang pelaksanaan dana DAK untuk transport petugas puskesmas di lapangan.

6.    Intervensi program khususnya pada 3 indikator dengan capaian nilai terendah sesuai program masing-masing.

 

Untuk intervensi program khususnya 3 (tiga) indikator dengan hasil terendah sebagai berikut :

1.               Penambahan pembentukan jumlah Posbindu untuk skrining penyakit tidak menular khususnya hipertensi.

2.              Peran serta aktif masyarakat dalam penanganan dan penemuan kesehatan jiwa dengan melibatkan kader kesehatan jiwa.

3.              Percepatan penemuan kasus Tb melalui jejaring dengan rumah sakit pemerintah dan swasta serta Koalisi Organisasi Profesi.

4.              Peningkatan kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya untuk pencegahan penyakit menular dan tidak menular dengan kegiatan olah raga secara rutin.

5.              Diseminasi dan penyebaran informasi kesehatan melalui berbagai media yang menarik.

Referensi :

Menkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan PIS-PK. Jakarta.

Menkes RI, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2017 tentang Pedoman Pendanaan PIS-PK, Jakarta.

Menkes RI, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 85 Tahun 2017 tentang SK Lokus Puskesmas PIS-PK 2017, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2016, Buku Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan Keluarga, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2017, Pedoman Teknis Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PIS-PK, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2017, Petunjuk Teknis Aplikasi Keluarga Sehat, Jakarta.

Eka Viora, 2018, Strategi Pelaksanaan PIS-PK Melalui Sinergitas Lintas Program/Sektor, Materi dalam acara Pertemuan Koordinasi PIS-PK tanggal 30 Juli 2018, Yogyakarta.

Setyaningastutie, Pembajun, 2018. Evaluasi Pelaksanaan PIS-PK dan Konsep Intervensi Program. Materi dalam Pertemuan Evaluasi PIS-PK Tahun 2018. Yogyakarta.

Djuliani, Hardiah, 2018, Strategi Pengelolaan Sumber Daya Kesehatan Dalam Mendukung Pelaksanaan PIS-PK, Materi Pertemuan Evaluasi PIS-PK DIY, Yogyakarta.

 

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 13.850
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.106.668