Penguatan Rumah Sakit dalam penanggulangan TBC Di DIY
Dinas Kesehatan DIY pada hari selasa 15 November 2022 bertempat di westlake resto menyelenggarakan kegiatan pertemuan penguatan Rumah sakit dalam program penanggulangan TBC di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Capaian program tuberkulosis (TBC) tahun 2022 di DIY sampai Oktober 2022 belum mencapai target dengan Treatment Coverage sebesar 42% dari target 90% dan Treatment Success Rate sebesar 83.23% dari target 90%. Salah satu tantangan dalam program penanggulangan TBC adalah belum optimal nya keterlibatan dan kontribusi dari seluruh fasilitas pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit (RS) dalam hal penemuan, pengobatan dan pelaporan kasus TBC di Indonesia.
Tujuan dari kegiatan ini yaitu Mendorong keterlibatan Rumah sakit dalam program TB, baik dalam hal meningkatkan upaya penemuan terduga TB dan penemuan kasus TB, termasuk jejaring layanan TB Selain itu tujuan kegiatan ini diharapkan Rumah Sakit dapat melaporkan terduga dan kasus TB yang ditemukan ke dalam Sistem Informasi Tuberkolosis (SITB) yang merupakan sistem pelaporan utama program TBC.
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menegaskan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menemukan kasus Tuberkulosis wajib melaporkan kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/ kota. Namun hanya sebesar 65% RS Pemerintah dan 54% RS Swasta yang telah berkontribusi dalam penemuan dan pengobatan kasus TBC di Indonesia.
Dalam kegiatan ini hadir 53 peserta perwakilan dari manajemen Rumah Sakit, selain perwakilan dari Rumah Sakit turut hadir juga perwakilan dari KOPI TB DIY, PERSI, ARSSI, SIKLUS INDONESIA BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan Bantul, Dinas Kesehatan Sleman, Dinas Kesehatan Kulon Progo, Dinas Kesehatan Gunungkidul dan Dinas Kesehatan Kota Yogykarta.
Kegiatan pertemuan ini dipandu oleh TO PPM Dinkes DIY Apt. Edwin Daru Anggara., M.Sc., MPH. Acara dimulai dengan sambutan yang diberikan oleh Kepala Seksi Pencegahan dan Pengandalian Penyakit Dinkes DIY dr. Ari Kurniawati, MPH sekaligus membuka acara pertemuan. dr. Ari Kurniawati, MPH melanjutkan memberikan paparan mengenai situasi TB di DIY. Dalam paparannya dr. Ari Kurniawati, MPH menyampaikan target eleminasi TB Indonesia 2023. Untuk mencapai target tersebut indikator penemuan kasus TB harus sampai diatas 90%. sampai saat ini di DIY masih belum memenuhi target tersebut di tahun 2022 baru tercapai 42%. dr. Ari Kurniawati, MPH berharap Rumah Sakit dapat mengoptimalkan peran dalam penemuan terduga dan kasus TB.
Materi kedua disampaikan oleh WASOR TB Dinkes DIY Bapak Suharna., SKM., MPH yang memaparkan capaian Rumah Sakit dalam program TB di DIY. Dalam paparannya belum semua Rumah Sakit melaporkan terduga maupun kasus TB dan masih ada Rumah Sakit yang belum melakukan pelaporan secara rutin ke SITB. Selama bulan Januari - 11 November 2022 jumlah terduga TB ditemukan paling banyak dari RS Respira sedangkan dari Rumah Sakit Swasta PKU Muhammadiyah Bantul menemukan terduga TB paling tinggi no 3 dari seluruh Rumah Sakit di DIY. Selain itu PKU Muhamadiyah Bantul juga menjadi RS Swasta dengan penemuan kasus TB tertinggi di DIY dan nomor 2 dibandingkan seluruh RS. Jumlah Pasien TB yang ditemukan hanya lebih sedikit dari RSUP Dr. Sarjito.
Materi ketiga terkait praktek baik program TB PKU Muhammadiyah Bantul yang disampaikan oleh dr. Muhammad Agita Hutomo, MMR yang menjabat sebagai Ketua Tim Penanggulangan TB RS PKU Muhammadiyah Bantul . Capaian RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam penemuan terduga TB dan kasus TB didukung skrining yang dilakukan perawat kepada semua pasien yang berkunjung ke RS dengan memanfaatkan sistem skrining TB yang terintergrasi dengan sistem e SIMRS. Dalam paparannya beliau juga menyampaikan bahwa pihak manajemen secara aktif RS mendukung program TB di RS.
Materi keempat sekaligus pengantar diskusi disampaikan oleh Dr. Ade Febrina Lestari M.Sc.,Sp.A sebagai perwakilan dari PERSI DIY. dr. Ade menyampaikan bahwa PERSI mendukung penuh agar Rumah Sakit dalam mengaplikasikan program TB di masing masing Rumah Sakit.
Pada sesi diskusi peserta dibagi menjadi 5 kelompok sesuai wilayah kabupaten kota. Dalam diskusi tersebut dilakukan identifikasi kendala dalam program TB di masing masing Rumah Sakit. Selain itu setiap kelompok juga membuat paparan rencana tindak lanjut untuk mengatasi kendala yang dihadapi. Setelah sesi diskusi selesai masing masing kelompok memaparkan hasil diskusi dan diberikan tanggapan oleh peserta. Secara umum kendala yang dihadapi oleh peserta yaitu SDM Rumah sakit yang belum semuanya memahami terkait dengan program TB sehingga perlu dilakukan update knowledge atau peningkatan kapasitas.
Diakhir pertemuan dilakukan penandatanganan komitmen bersama Jejaring Public Private Mix (PPM) dalam program TBC di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun isi kesepahaman dan komitmen bersama yang disepakati sebagai berikut:
1. Mendukung keterlibatan Rumah Sakit dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC
2. Mendorong keterlibatan Rumah Sakit berjejaring di Daerah Istimewa Yogyakarta dan jejering diluar Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan program TBC.
3. Melaksanakan pedoman nasional penanggulangan TBC sesuai dengan peraturan pemerintah.
4. Melaksanakan dan mendukung implementasi strategi Directly Observed Treatment Short- Course (DOTS) untuk penatalaksanaan kasus TBC.
5. Menjalin jejaring dan kerjasama antara Rumah Sakit dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya dalam program penanggulangan TBC
6. Meningkatkan jejaring layanan TBC dengan fasilitas Pelayanan kesehatan lainnya seperti klinik, dokter praktek mandiri, dan laboratorium dan apotek
7. Melakukan skrining TBC pada seluruh pasien dan pengunjung yang datang ke Rumah Sakit dalam rangka meningkatkan upaya penemuan terduga TBC dan penemuan kasus TBC
8. Melakukan pencatatan setiap terduga dan kasus TBC yang ditemukan dan diobati secara rutin di Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB).
9. Melakukan pertemuan monitoring dan evaluasi rutin Tim DOTS Rumah sakit setiap bulan sekali .
Setelah pertemuan diharapkan masing masing peserta melakukan diseminasi hasil kegiatan kepada pihak internal Rumah Sakit agar dapat ditindaklanjuti untuk implentasi program TB. Kegiatan ini terselenggarakan dengan dukungan pembiayaan kegiatan PPM (Public Private Mix) Global Fund.