Penguatan Kapasitas Pemantauan Jentik Dalam Mendukung Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang perlu diwaspadai
terutama saat musim penghujan tiba. Demam Berdarah dengue ( DBD) adalah salah
satu bentuk penyakit arbovirus yang
artinya penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh arthropoda.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Jenis aedes yang sering berperan dalm penulatran DBD di
Indonesia adalah Aedes Aegepty.
Indonesia merupakan negara endemis DBD. Jumlah kasus DBD di Indonesia nomor 2
di dunia setelah Brazil. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1501
Tahun 2015 disebutkan bahwa DBD merupakan salah satu penyakit yang berpotensi
menimbulakan wabah. Oleh karena itu penyakit ini sangat perlu diwaspadai.
Kegiatan pengendalian DBD dan penyakit arbovirosispada umumnya meliputi surveilans kasus dan vektor, penemuan
dan tata laksana penyakit, pengendalian vektor, peningkatan peran serta
masyarakat, Sistem Kewaspadaan Dini dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa,
penyuluhan, membangun kemitraan dan jejaring kerja, peningkatan kapasitas,
serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
Salah satu strategi pengendalian DBD yang
paling direkomendasikan terutama kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat
adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (
1R1J). Gerakan 1R1J merupakan gerakan yang bersifat nasional sesuai dengan
surat edaran Menteri Kesehatan Nomor 591 Tahun 2016. Gerakan ini mengandung
arti bahwa setiap bangunan harus memiliki 1 ( satu) orang pengawas dalam
kegiatan Pemberantasan sarang nyamuk 3M Plus. Bangunan dalam hal ini mempunyai
makna luas tidak hanya bangunan rumah
tinggal , namun juga semua bangunan bukan rumah tinggal seperti sekolah,
perkantoran, tempat ibadah, pasar, pelabuhan, dan lain sebagainya.
Kegiatan PSN 3M Plus seperti yang
dikampanyekan saat ini meliputi kegiatan Menguras, Menutup, Mendaur ulang (
dahulu : menimbun), serta kegiatan kegiatan lain untuk mencegah gigitan nyamuk ( Plus). Kegiatan lain yang termasuk
dalam kriteria Plus ini misalnya 1)mengganti
air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali 2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
3)Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah,
dan lain-lain) 4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang
sulit dikuras atau di daerah yang sulit
air 5)Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air 6)Memasang
kawat kasa atau menggunakan kelambu 7)Menghindari kebiasaan menggantung pakaian
dalam kamar 8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai 9)Memakai
obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk 10)Cara-cara spesifik lainnya di
masing-masing daerah.
Seorang Jumantik atau Juru Pemantau Jentik
bertugas untuk : 1)Mensosialisasikan PSN
3M Plus kepada seluruh anggota keluarga/penghuni bangunan 2)Memeriksa/memantau
tempat perindukan nyamuk di dalam dan di luar rumah paling lambat seminggu sekali 3)Hasil pemantauan jentik dan
pelaksanaan PSN 3 M Plus dicatat pada kartu jentik. Dalam satu lingkungan kecil ( misalnya RT) dipilih seorang
Koordinator Jumantik . Koordinator Jumantik sebaiknya dipilih dengan kriteria sebagai berikut : 1)
tinggal di wilayah tersebut 2)mampu
menjadi motivator pelaksanaan PSN 3)
mampu mengkoordinasikan kegiatan Jumantik di bawahnya 4) mampu bekerjasama dengan
tokoh masyarakat dan petugas Puskesmas.
Dalam rangka penguatan kegiatan pengendalian
DBD , Dinas Kesehatan DIY bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Kota menyelenggarakan Peningkatan
Kapasitas dalam Pemantauan Jentik dengan
sasaran para kader Jumantik.Kegiatan ini dilaksanakan selama bulan Februari dan
Maret 2019 di 15 Puskesmas terpilih . Kriteria pemilihan berdasarkan tingkat
endemisitas DBD wilayah kerja puskesmas. Materi yang diberikan terutama terkait
bionomik nyamuk dan Pedoman Gerakan 1 R 1 J. Bionomik nyamuk antara lain
mempelajari siklus hidup dan habitat nyamuk. Bionomik nyamuk perlu diketahui
agar para jumantik lebih memahami
strategi apa saja yang dipilih dalam memberantas jentik nyamuk serta
mengapa strategi tersebut dipilih.
Nyamuk
Aedes biasa bertelur pada permukaan
air yang tidak berbatasan dengan tanah. Telur tersebut akan menempel dengan
kuat pada dinding. Telur menetas dalam 2 hari menjadi jentik. Pada kondisi
kering, telur dapat bertahan sampai 6 bulan.
Jika telur tersebut suatu saat terendam air, maka dalam 2 hari akan
menetas.Oleh karena itu pada saat menguras penampungan air sebaiknya dindingnya
juga digosok. Jumantik diharapkan juga memahami bahwa mulai dari nyamuk dewasa
bertelur hingga menjadi nyamuk yang bisa terbang dan sanggup menularkan
penyakit dibutuhkan waktu 7 hari. Itulah sebabnya pemantauan jentik dan gerakan
PSN 3Mplus dilaksanakan selambat lambatnya seminggu ( 7 hari) sekali. Nyamuk Aedes betina bersifat menyukai darah
manusia untuk pematangan telurnya. Nyamuk ini biasa mengisap darah pada pukul
6.00 sampoai dengan 17.00 dengan puncak pada pagi hari pukul 9.00- 10.00
dan sore hari pukul 15.00-16.00.
Karakter yang perlu diketahui juga adalah bahwa nyamuk ini bersifat multi bites, artinya dalam satu waktu
nyamuk berpindah pindah untuk
menggigit/mengisap darah beberapa korban ( manusia). Hal ini bermakna bahwa nyamuk ini sangat berpotensi
menyebarkan penyakit . Perlu diketahui juga bahwa jangkauan terbang nyamuk Aedes hingga sejauh 100m
jika menggunakan kekuatan sayapnya sendiri. Jika terbawa angin daya terbangnya
tentu lebih jauh.
Target
yang diharapkan terwujud melalui gerakan 1 R 1 J ini adalah terputusnya rantai penularan Demam
Berdarah Dengue melalui tercapainya target Angka Bebas Jentik ( ABJ) lebih dari
95%. ABJ merupakan prosentase jumlah tempat/bangunan yang tidak ditemukan jentik dibanding jumlah
seluruh tempat/bangunan yang diperiksa. Dengan tercapainya target ini
diharapkan suatu saat DBD tidak lagi menjadi masalah kesehatan di Indonesia.