Detail Artikel


  • 13 Juni 2023
  • 1.085
  • Artikel

Dukungan Kepatuhan Pengobatan TB-RO RSUD Nyi Ageng Serang

 

Bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. TB di Indonesia menempati peringkat ketiga, dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun. Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) di Indonesia, diestimasi mencapai 2,4% dari keseluruhan pasien TB baru dan 13% dari pasien TB yang pernah diobati dengan total perkiraan 24.000 atau 8,8/100.000 penduduk dengan tingkat keberhasilan pengobatan mencapai 45% .

Sebaran TB di DIY tahun 2021 mencapai 2.317 kasus dengan 216 kasus berasal dari Kabupaten Kulonprogo. Kasus resisten Obat TB di di kabupaten ini mengalami lonjakan dari 6 kasus di tahun 2021 menjadi 11 kasus resisten di tahun 2022. RSUD Nyi Ageng Serang (NAS) sebagai tempat penulis bekerja, telah ditetapkan sebagai fasilitas kesehatan pelaksana layanan TBC RO di DIY. Rumah sakit ini memberikan pelayanan TB-RO dalam pemeriksaan awal (baseline), inisiasi pengobatan dan mendesentralisasikan pasien ke Puskesmas Satelit mulai tahun 2022. Sebelum tahun 2022 pasien TB-RO yang ditemukan melalui pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) dirujuk ke RSUP dr. Sardjito.

Angka putus berobat di DIY yang tercatat pada tahun 2019 sebanyak 5 kasus. Putus berobat merupakan masalah serius yang menyebabkan kematian dan kesakitan pada pasien TB-RO, serta menyebabkan penyebaran TB-RO yang lebih luas di keluarga dan masyarakat. Putus berobat juga sangat merugikan sumber daya kesehatan dan elemennya. Salah satu penyebab putus berobat karena efek samping obat dan lamanya masa pengobatan. Pengobatan TB-RO membutuhkan waktu pengobatan yang panjang yaitu minimal 11 bulan. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan menjadi tantangan terberat dalam hal ini. Dibutuhkan dukungan pendampingan kuat untuk dapat mempertahankan motivasi pasien dalam menyelesaikan pengobatannya. Tatalaksana dalam pendampingan harus dapat mendorong pasien untuk patuh. Bagaimana untuk mendapatkan tatalaksana yang mampu mendukung motivasi pasien tersebut telah menarik perhatian penulis.

Beberapa hasil pengamatan penulis selama menjalankan tugas sebagai programer TB-RO di RSUD NAS dikaitkan potensi yang dapat menurunkan motivasi pasien / keluarganya diantaranya adalah adanya kebingungan pasien / keluarga pasien selama pengobatan akibat alur pelayanan. Tantangan lain adalah adanya keluhan terkait efek samping obat, keluhan fisik dan keluhan psikis. Berbagai keluhan tersebut seharusnya mendapatkan saluran untuk dapat ditangkap sehingga dapat diambil solusi sesuai kondisi secara individual.

Untuk mendapatkan sistem tatakelola pendampingan pasien selama pengobatan TB-RO dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Disamping itu aspek psikologis, penguatan keluarga dan pasien juga perlu menjadi perhatian. Mengembangkan sistem tatakelola yang terintegrasi dan didukung semua lini layanan menjadi impian dari penulis untuk agar pasien dapat terus menjalani pengobatannya hingga selesai.

Beberapa tantangan dalam mengembangkan manajemen layanan agar berkontribusi dalam mendorong kepatuhan pasien diantaranya adalah komunikasi antar petugas yang harus dilakukan satu persatu sehingga membutuhkan waktu panjang, tidak selalu dapat diselesaikan segera dan dimungkinkan terjadi beda pemahaman. Programer TB Puskesmas dan RS melaksanakan komunikasi kepada pasien tidak terkoordinasi baik sehingga sehinggapasien dan keluarganya seringkali mengalami kebingungan.

Disamping koordinasi yang belum baik, informasi antar pihak di Puskesmas dan Rumah Sakit ini tidak terkomunikasikan sehingga gambaran lengkap kondisi pasien tidak dapat diformulasikan untuk menghasilkan rekomendasi tindakan. Kondisi ini juga terjadi di internal layanan rumah sakit. Gambaran informasi kondisi termasuk perilakupasien ini perlu untuk dikumpulkan menjadi informasi yang berkelanjutan, sebagai bentuk pendekatan individual pada setiap pasien. Pendekatan individu ini diperlukan karena karakteristik dari setiap pasien dalam merespon pengobatan dan karakter lingkungannya akan berbeda-beda. Sebelum inovasi dilaksanakan forum untuk mengkonsolidasikan data kondisi ini belum dilaksanakan. Semua masih hanya berpaku kepada standard operasi sendiri-sendiri. Integrasi dari semua lini layanan ini menjadi pemikiran gagasan yang perlu diwujudkan

Membina hubungan dengan pasien dan keluarga menjadi tantangan lanjut. Hal ini menjadi perhatian penulis mengingat bahwa untuk dapat membuka berbagai kemungkinan intervensi dibutuhkan keterbukaan dari pasien / keluarganya. Dalam pelaksanaan sebelum inovasi, pasien dan atau keluarganya yang datang ke rumah sakit diberlakukan layaknya pasien umum tanpa ada komunikasi intens yang menjaga hubungan dan dalam mendalami permasalahan pasien di luar konteks medis. Hubungan yang dapat dijaga juga dapat memberikan peluang kepada petugas di RS untuk dapat memberikan masukan terkait dengan pemilihan nutrisi bagi pasien, olahraga, perbaikan perilaku pasien, menjaga dari potensi penularan, deteksi kontak erat dan lain sebagainya.

Seorang penderita TB-RO setelah masa pengobatan tetap dilakukan pemantauan selama 2 tahun. Menjaga agar dalam waktu 2 tahun paska pengobatan tidak terjadi masalah membutuhkan penyiapan. Oleh karenanya evaluasi di akhir maa pengobatan menjadi penting untuk dilakukan. Untuk mendapatkan kondisi ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan semua lini layanan terkait dan mengkompilasikan berbagai gambaran kondisi perilaku, peikologi, sosial, fisiologis dan lain sebagainya pasien dari berbagai sumber. Berbagai permasalahan tersebut telah memicu penulis untuk mengembangkan gagasan untuk memberikan dukungan tersebut. Gagasan penulis tersebut berfokus pada sistem pemantauan kepatuhan pengobatan dengan pendekatan yang lebih manuasiawi dan kekeluargaan di lingkungan rumah sakit didukung jejaring satelit layanan.

 

Penulis : Ratna Nawangmularsih,AMK. (RSUD Nyi Ageng Serang)

 

Daftar Pustaka :

Balitbangkes, 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta : Lembaga Penerbit Bada penelitian da Pengembangan Kesehatan.

Badan Pusat statistik, 2017. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Jakarta : BPS

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2021). Profil Kesehatan D.I.Yogyakarta tahun 2020. Yogyakarta : Dinas Kesehatan DIY

Kemenkes RI, 2020. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resistan Obat 2020. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2020. Buku Saku Pasien TB Resisten Obat. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI, 2022. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES /1128/2022  Tentang  Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta : Kemenkes RI

Kepatuhan pengobatan pada TBC. Diakses pada 1 Juni 2023 dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/637/kepatuhan-pengobatan-pada-tbc

Skrining Pilar Penting Transformasi Kesehatan. Diakses pada 1 Juni 2023 dari https://jambi.antaranews.com/berita/543963/skrining-pilar-penting-transformasi-kesehatan-indonesia

Reportase Tantangan Strategic Health Purchasing TB Di Era Transformasi Kesehatan. Diakses pada 1 Juni 2023 dari https://kebijakankesehatanindonesia.net/4547-reportase-tantangan-strategic-health-purchasing-tb-di-era-transformasi-kesehatan

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 30.822
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.590.143