Detail Artikel


  • 18 Oktober 2024
  • 12
  • Artikel

YUK, TES IVA DI PUSKESMAS “GRATIS”

“Pada tahun 2017, salah satu public figure di Indonesia harus berjuang dan berakhir meninggal karena kanker servik. Belum lagi pemberitaan akhir akhir ini di sekitar kita bahwa  Ibu “B” meninggal dengan usia 30 tahun yang diduga karena kanker servik’.  Di tempat yang lain juga terdengar kabar duka dari sebuah kantor Pemerintahan ibu “A” dengan usia 38 tahun yang meninggal setelah berjuang melewati Kanker Servik ““Pada tahun 2017, salah satu public figure di Indonesia harus berjuang dan berakhir meninggal karena kanker servik. Belum lagi pemberitaan akhir akhir ini di sekitar kita bahwa  Ibu “B” meninggal dengan usia 30 tahun yang diduga karena kanker servik’.  Di tempat yang lain juga terdengar kabar duka dari sebuah kantor Pemerintahan ibu “A” dengan usia 38 tahun yang meninggal setelah berjuang melewati Kanker Servik “

 

Berita diatas harusnya dapat “membuka mata” masyarakat dan pemerintah untuk bersinergi dalam menggalakkan kegiatan pencegahan dan pengendalian kanker terkhusus kanker servik. Bagaimana dengan data kanker servik  di DIY?

Kanker leher Rahim merupakan penyebab kematian kedua di dunia dan kelima di Indonesia. Hingga saat ini kanker servik merupakan jenis kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2013 menyebutkan bahwa angka prevalensi kanker DIY sebesar 4,9 dan ini merupakan angka tertinggi di Indonesia. Data ini memberikan fakta bahwa kejadian kanker di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat tinggi.

Penelitian menunjukkan 99,7% kanker serviks terkait dengan infeksi  Human Papiloma Virus (HPV). Setelah terinfeksi HPV, infeksi bisa berkembang menjadi kanker serviks setelah 10-20 tahun, meskipun tidak semua infeksi HPV akan merubah menjadi kanker servik. Kanker ini banyak terjadi pada rentang usia 35 – 55 tahun.  Kanker servik merupakan kanker yang dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan baik pencegahan primer melalui vaksinasi HPV dan pencegahan sekunder melalui deteksi dini secara rutin yaitu dengan PAP Smear dan IVA Test.  Kanker servik ini menjadi permsalahan yang komplek di pelayanan kesehatan, dikarenakan kebanyakan pasien yang datang sudah berada pada stadium lanjut. Hal ini diperkirakan akibat program skrining/ deteksi dini yang masing sangat kurang.

 Salah satu deteksi dini yang mudah, efisien, bahkan gratis dapat dilakukan di semua Puskesmas Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu dengan menggunakan IVA Test. IVA test atau Inspeksi Visual Asam asetat merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher Rahim sedini mungkin. Jika hasil IVA positif maka akan ditindaklanjuti dengan Krioterapi yang juga sudah dapat dilaksanakan di beberapa dan jika hasilnya negatif maka akan dianjurkan untuk mengecek kembali setahun kemudian.

Dengan adanya program IVA yang sudah diberlakukan di semua puskesmas DIY, memberikan secercah harapan pada perempuan agar mampu terhindar dari kanker servik. Akan tetapi, sangat disayangkan pemanfaatan program IVA yang ada di puskesmas sampai saat ini hanya berkisar 3-5 persen dari seluruh wanita usia subur. Beberapa alasan menyebutkan bahwa masih adanya “rasa malu” untuk diperiksa dan “rasa takut” jika hasil pemeriksaannya positif.  Dinas kesehatan DIY selalu menggencarkan literasi pencegahan kanker servik di masyarakat untuk menggerakkan kaum wanita agar mau melakukan deteksi dini IVA test di puskesmas. Untuk menghadapi rasa takut dan rasa malu tersebut, Dinas Kesehatan DIY bekerja sama dengan PT Biofarma sudah melakukan “Launching Deteksi Dini Kanker Servik melalui Pemeriksaan urin dengan metode PCR HPV DNA, sehinggan deteksi dini juga dapat dilakukan dengan menggunakan urin di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi. Dinas kesehatan DIY juga memiliki program “PANDU PTM” atau pelayanan terpadu penyakit tidak menular, sebuah program terintegrasi mulai dari deteksi dini sampai dengan tata laksana kasus penyakit tidak menular. Program ini juga menyasar wanita yang sudah menikah ketika berkunjung ke puskesmas, dan  belum melakukan  IVA test pada tahun berjalan maka akan dirujuk ke poli kebidanan untuk dapat dilakukan IVA tes.

Iva tes ini diperuntukan untuk wanita usia subur yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Anjuran untuk melakukan pemeriksaan IVA Test dianjurkan dengan minimal pemeriksaan sekali dalam satu tahun. Anjuran untuk melakukan pemeriksaan IVA jika hasil positif maka dianjurkan pemeriksaan satu tahun sekali dan apabila hasilnya negatif dianjurkan 3-5 tahun sekali. Beberapa syarat untuk mengikuti tes iva antara lain: sudah pernah melakukan hubungan seksual, tidak sedang datang bulan/haid, tidak sedang hamil, tidak boleh melakukan hubungan seksual 24 jam sebelum pemeriksaan.

Akses untuk IVA test yang mudah harusnya dapat dioptimalkan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai wadah skrining awal dalam melakukan pencegahan pada kanker servik. Ayo, sampaikan informasi ini kepada keluraga, masyarakat untuk dapat mengakses fasilitas IVA di puskesmas masing masing sebagai pencegahan yang dimulai dari diri sendiri.

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 21.650
  • Bulan Ini

  • 3.094.979
  • Total Kunjungan

  • 27.469.511