Walking Exercise pada Pasien Kanker Payudara: Strategi Mengatasi Cancer Related Fatigue (CRF)
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada perempuan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Selain beban fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh diagnosis kanker itu sendiri, pasien juga kerap mengalami efek samping dari terapi yang dijalani, seperti operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Salah satu gejala yang paling sering dan paling mengganggu kualitas hidup pasien kanker adalah Cancer Related Fatigue (CRF), yakni kelelahan ekstrem yang tidak membaik meskipun telah beristirahat. Dalam menghadapi kondisi ini, pendekatan non-farmakologis seperti Walking Exercise Program (WEP) telah terbukti efektif dalam membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Cancer Related Fatigue (CRF)
Cancer Related Fatigue adalah suatu kondisi kelelahan yang sangat mendalam, menetap, dan bersifat subjektif, yang tidak dapat disembuhkan hanya dengan tidur atau istirahat biasa. Gejala ini bisa muncul sejak awal diagnosis kanker dan cenderung semakin sering dirasakan seiring dengan berkembangnya penyakit dan proses pengobatan. Menurut Carson et al. (2002), kejadian CRF bervariasi antara 60% hingga 90% pada pasien kanker, dan banyak pasien menganggap kelelahan ini lebih mengganggu daripada rasa nyeri akibat kanker itu sendiri (Yeo et al., 2012).
CRF bersumber dari berbagai faktor, termasuk akibat langsung dari kanker, respons imun tubuh, pengaruh terapi seperti kemoterapi dan radioterapi, hingga dampak psikologis seperti stres dan kecemasan. Kelelahan ini sering kali menyebabkan penurunan fungsi fisik, emosional, dan sosial, sehingga intervensi yang tepat menjadi sangat penting.
Walking Exercise Program (WEP)
Walking Exercise Program adalah latihan berjalan yang dirancang dengan prinsip frekuensi, durasi, intensitas, dan aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi pasien kanker. WEP bertujuan untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskular, kekuatan otot, serta memperbaiki mood dan kualitas hidup secara keseluruhan. Program ini dapat dilakukan oleh pasien kanker payudara dengan cara yang aman dan fleksibel sesuai kemampuan masing-masing.
Latihan berjalan ringan selama tiga minggu berturut-turut, dengan frekuensi 3–5 kali per minggu selama minimal 12 menit per sesi, telah terbukti memberikan dampak fisiologis yang positif. Pengukuran vital seperti tekanan darah, denyut jantung, dan laju pernapasan dilakukan sebelum memulai latihan sebagai acuan dasar dan untuk memastikan keselamatan pasien selama program.
Manfaat Walking Exercise pada Pasien Kanker Payudara
Domain Fisik
Latihan berjalan secara rutin dapat membantu menurunkan tingkat kelelahan, meningkatkan kapasitas aerobik dan aliran oksigen (oxygen cascade), serta memperbaiki metabolisme tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa kadar kortisol dalam darah meningkat setelah program berjalan selama tiga minggu, yang berdampak langsung pada penurunan tingkat kelelahan. Selain itu, latihan ini membantu mengurangi efek samping terapi kanker seperti mual dan nyeri sendi, serta membantu mengontrol berat badan melalui pembakaran lemak tubuh.
Domain Emosional
Di sisi psikologis, aktivitas berjalan dapat mengurangi tingkat stres, kegelisahan, dan kemarahan. Olahraga secara umum terbukti mampu merangsang produksi hormon endorfin yang membuat pasien merasa lebih rileks dan bahagia. Hal ini sangat penting untuk menjaga kestabilan emosi pasien dalam menghadapi proses penyembuhan yang panjang dan menantang.
Teknik dan Prosedur Pelaksanaan Walking Exercise
Walking Exercise dilakukan dengan teknik yang tepat agar mendapatkan manfaat maksimal dan meminimalkan risiko cedera. Berikut adalah tahapan teknik dalam brisk walking:
1. Tahap I – Melangkahkan Kaki ke Depan: Satu kaki dilangkahkan ke depan tanpa ada momen melayang di udara. Kaki depan harus menyentuh tanah terlebih dahulu.
2. Tahap II – Tarikan Kaki Belakang ke Depan: Kaki belakang segera ditarik ke depan dengan tumit menyentuh tanah terlebih dahulu, menjaga ritme dan keseimbangan.
3. Tahap III – Relaksasi: Posisi pinggang sejajar dengan bahu, lengan menggantung di sisi tubuh membentuk sudut 90 derajat.
4. Tahap IV – Dorongan: Gerakan mendorong ke depan dengan tenaga penuh tetapi tetap terkontrol agar langkah tetap efisien dan ritmik.
Disarankan untuk memulai secara perlahan dan mendengarkan sinyal tubuh. Meskipun hanya bisa aktif beberapa menit per hari, pasien dianjurkan untuk meningkatkan durasi dan intensitas secara bertahap. Olahraga tidak boleh dipaksakan, terutama saat pasien sedang dalam masa pengobatan intensif. Berjalan di lingkungan yang aman, stabil, dan terang sangat disarankan, serta menghindari keramaian jika berisiko mengalami infeksi.
Rekomendasi Latihan
? Durasi dan Frekuensi: Latihan aerobik intensitas sedang selama 150 menit per minggu, dibagi menjadi 3–5 hari.
? Latihan Ketahanan: Minimal 2 hari per minggu, melibatkan seluruh kelompok otot besar, dengan pengulangan 8–10 kali.
? Pemanasan dan Pendinginan: Harus dilakukan di awal dan akhir sesi latihan untuk mencegah cedera.
Cancer Related Fatigue adalah tantangan besar dalam perawatan pasien kanker payudara, namun dapat dikendalikan melalui pendekatan yang terstruktur dan aman seperti Walking Exercise Program. Latihan berjalan yang dilakukan secara rutin dan sesuai kemampuan memberikan manfaat menyeluruh—baik secara fisik maupun emosional—dan mampu memperbaiki kualitas hidup pasien. Program ini dapat menjadi solusi non-farmakologis yang praktis dan terjangkau, asalkan dilakukan dengan pengawasan dan kesadaran diri yang baik. Kunci keberhasilan WEP terletak pada konsistensi, penyesuaian intensitas, serta dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, edukasi mengenai pelaksanaan walking exercise perlu ditingkatkan dalam perawatan pasien kanker agar dapat dimanfaatkan secara optimal.