Detail Artikel


  • 08 April 2023
  • 590
  • Artikel

Perkembangan Global Penanganan Antimicrobial Resistance (AMR)

sokodirectory.com

Resistensi Antimikrobia (Antimicrobial Resistance) telah menjadi isue yang semakin mencuat dan mendapatkan tempat sebagai sebuah prioritas penting dalam sistem kesehatan global. Pergerakan dalam rangka penanganan permasalahan AMR telah memicu berbagai pergerakan di tingkat global. Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna obat-obatan microbial terbesar di dunia juga tidak terlepas telah ikut serta dalam mengupayakan membangun sistem penanganan. Berikut disajikan perkembagnan terkini di tingkat global dikaitkan dengan penanganan AMR.

Pertemuan resmi kedua WHO STAG-AMR, menyampaikan bahwa sejak adopsi Rencana Aksi Global tentang Resistensi Antimikroba oleh WHA (World Health Assembly) pada tahun 2015, total 157 negara anggota dan teritori kini telah membentuk Rencana Aksi Nasional (RAN) AMR multisektoral mereka. Meskipun telah ada kemajuan, masih banyak tantangan dan permintaan dukungan dari negara-negara kepada WHO dan mitra lebih tinggi dari sebelumnya. Lebih lanjut disampaikan, data menunjukkan bahwa hanya 20% negara yang sepenuhnya mendanai implementasi rencana di negaranya dan dari jumlah tersebut 78% negara adalah negara berpenghasilan tinggi atau berpenghasilan menengah ke atas. Pandemi COVID-19 telah menegaskan tentang pentingnya pengendalian AMR melalui intervensi seperti pencegahan dan pengendalian infeksi, penguatan laboratorium, pengawasan, pengelolaan antimikroba, dan air, sanitasi, dan kebersihan dengan menggunakan pendekatan yang terprogram dan berkelanjutan. Selain itu, dia mencatat, penting untuk memanfaatkan global yang sedang berlangsung

Implementasi Rencana Aksi Nasional (RAN) dari hasil Survei Penilaian Sendiri Negara Resistensi Antimikroba Tripartit (TrACSS) tahun 2021 menunjukkankemajuan yang signifikan terlihat dalam hal jumlah negara yang memiliki RAN. Hanya 20% dari jumlah tersebut yang sepenuhnya didanai dan kemajuan di setiap sektor tetap terfragmentasi. Hal ini mencerminkan kurangnya respons program yang koheren di tingkat negara-negara tersebut. Banyak negara berupaya membentuk kelompok kerja multisektoral yang diberikan fungsi penuh.

Rencana Aksi Global untuk AMR tahun 2015 meskipun memiliki cakupan yang luas, namun belum membahas masalah-masalah kunci seperti : Tata kelola, penguatan laboratorium, perspektif pasien, dan kebutuhan untuk mengintegrasikan AMR ke dalam sistem kesehatan yang lebih luas seperti perawatan kesehatan primer, cakupan kesehatan universal dan kesiapsiagaan pandemi. WHO selanjutnya telah mendorong pendekatan kesehatan masyarakat terprogram yang mengakui adanya saling ketergantungan dari (1) komitmen politik, leadership dan tata kelola pendanaan, pendidikan, sumber daya manusia, dan penggunaan data, (2) Akses untuk kewaspadaan dini ke jaringan laboratorium berkualitas, (3) Akses pengobatan yang tepat, (4) pencegahan infeksi termasuk PPI dan vaksinasi, (5) Rantai pasokan tanpa gangguan untuk perawatan dan diagnostik, dan (6) pengawasan dan pembuatan bukti.

Kerangka kerja berpusat pada manusia untuk AMR saat ini terus dikembangkan untuk mengatasi rintangan yang dihadapi pasien dalam setiap tahap sistem pelayanan kesehatan khususnya yang dihadapi oleh kelompok populasi rentan sekaligus mengidentifikasi intervensi prioritas. Kapasitas diagnostik untuk infeksi bakteri dan jamur serta AMR juga diperkuat, menempatkan laboratorium sebagai inti dari respons AMR. Pengembangan jaringan kerjasama dilakukan dengan laboratorium regional. Jaringan laboratorium AMR global juga akan dikembangkan di saat yang sama dikembangkan pula program External Quality Assesment(EQA) dan mendorong penelitian dan inovasi dengan fokus pada penyakit infeksi bakteri dan jamur serta diagnostik baru.

Fase berikutnya dari Sistem Pengawasan Resistensi dan Penggunaan Antimikroba Global (GLASS) adalah (1) mempercepat pembuatan data AMR yang representatif di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan survei prevalensi AMR, (2) Pengawasan terpadu, (3) Peningkatan keterwakilan dan kualitas pengawasan rutin, (4) Perluasan pengawasan konsumsi dan penggunaan antimikroba, termasuk di masyarakat, (5) Pengukuran mortalitas terkait AMR dan pedoman penggunaan data di tingkat lokal, nasional dan global. Mekanisme bantuan teknis, "AMR TEAM", sedang dibentuk dan strategi global untuk infeksi bakteri yang resistan terhadap obat di sektor kesehatan manusia akan dibawa ke Majelis Kesehatan Dunia untuk pengesahan.

Pada 17 Maret 2022, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) secara resmi bergabung dengan Aliansi Quadripartit yang meresmikan hubungan kerja sama. QJS sekarang memiliki staf khusus dari WHO, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), UNEP dan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH, sebelumnya OIE). Quadripartite saat ini sedang mengembangkan kajian kasus ekonomi dan investasi AMR dan penentuan biaya dan manfaat respons AMR di berbagai sektor yagn akan dilanjutkan dengan paket program intervensi prioritas dan perangkat atas kasus investasi negara berkembang. Quadripartite juga memajukan pengawasan terintegrasi AMR dan penggunaannya di semua sektor.

AMR Global Leader Group (GLG) dibentuk untuk meningkatkan perhatian dan tindakan politik di tingkat tertinggi di level Global. GLG memiliki rencana aksi dengan prioritas utama : Aksi politik, transformasi sistem, pengawasan, pembiayaan, penelitian dan pengembangan, dan dimensi lingkungan AMR. Beberapa notifikasi dan himbauan bertindak telah dikeluarkan. GLG dalam hal ini telah memainkan peran penting dengan keberhasilannya membentuk Satuan Tugas Antar Pemerintah CODEX AMR dan mengadvokasi pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum PBB (UNGA) tentang AMR, yang dikonfirmasi untuk tahun 2024. Hasil forum konsultasi global pada pertengahan 2022 telah menghasilkan konsensus tentang bahasa dan pesan lintas sektor. Dalam konsensus juga muncul terkait peran dari masyarakat sipil dalam mendorong ke arah AMR dan membangun platform kemitraan untuk keterlibatan antara masyarakat sipil, sektor swasta, dan pemerintah.

-gs-

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 12.086
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 20.908.953