Detail Artikel


  • 31 Mei 2022
  • 5.771
  • Artikel

Pencegahan Penularan Hepatitis B dari Ibu Hamil ke Anak

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B” (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi. Seorang bayi dapat terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya. Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual, penggunaan berulang jarum suntik, dan transfusi darah dengan virus di dalamnya.

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa lebih dari 90% penyakit menular  langsung pada bayi, seperti infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B yang berasa dan ditularkan dari Ibu yang terinfeksi. Penularan langsung dari Ibu ke Anak tersebut dapat terjadi selama masa kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui. Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari ibunya. Prevalensi infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil berturut-turut 0,3%, 1,7% dan 2,5%. Risiko penularan dari ibu ke anak untuk HIV adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90% (Kemenkes RI, 2017).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak telah menjabarkan secara rinci program yang menjadi standar pelayanan minimal bidang kesehatan, diharapkan pemerintah daerah segera mengintegrasikan pelaksanaan, sinergitas dan koordinasi berbagai bidang ilmu pada tenaga keseatan di pelayanan kesehatan.

Organ hati memiliki daya tahan yang sangat tangguh. Hati bahkan tetap bekerja meski mengalami kerusakan dan mampu terus beregenerasi (memperbaiki diri) selama tidak mengalami kerusakan yang benar-benar parah.Salah satu infeksi serius yang dapat menyerang hati adalah hepatitis B yang disebabkan oleh virus. Beberapa gejala hepatitis B antara lain:

1. Kehilangan nafsu makan.

2. Mual dan muntah.

3. Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning).

4. Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit kepala.

Gejala-gejala tersebut tidak langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena itulah banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Inkubasi adalah jarak waktu antara virus pertama masuk ke dalam tubuh hingga munculnya gejala pertama infeksi tersebut. Masa inkubasi hepatitis B biasanya berkisar antara 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap virus.

 

Vaksin dan Langkah Pencegahan Terpapar Virus Hepatitis B

Langkah efektif dalam pencegahan hepatitis B adalah dengan vaksin. Di Indonesia sendiri, vaksin hepatitis B termasuk vaksin wajib dalam imunisasi. Proses pemberian vaksin hepatitis B pada anak anak  diberikan  saat anak lahir  mengunakan vaksin HB uniject, saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan ,  4 bulan dan  18 bulan  mengunakan vaksin  DPT/HB Hib.  Orang dewasa dari segala umur dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis B. Jadwal pemberian hepatitis B pada dewasa  sebanyak 3 kali . Dosis kedua diberikan 1 bulan setelah dosis 1 dan dosis ke tiga diberikan  6 bulan setelah penyuntikan dosis kedua.

Pemberian vaksin ini juga dianjurkan untuk mereka yang berisiko tinggi tertular hepatitis B, seperti:

1. Orang yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual.

2. Orang yang menggunakan obat suntik atau berhubungan seks dengan pengguna obat suntik.

3. Petugas kesehatan (paramedis) yang berisiko terpapar virus hepatitis B. Orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B.

4. Penderita penyakit hati kronis.

5. Penderita penyakit ginjal.

 

Pemeriksaan hepatitis B juga diterapkan bagi ibu hamil. Jika sang ibu mengidap penyakit ini, bayinya dapat menerima vaksin pada saat lahir diberikam < 12 jam setelah persalinan untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi.

Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena hepatitis B di antaranya adalah:

1. Berhenti atau jangan menggunakan obat-obatan terlarang.

2. Hindari berbagi penggunaan barang seperti sikat gigi, anting-anting, serta alat cukur.

3. Waspadalah saat ingin menindik dan menato tubuh.

4. Jangan berhubungan seks tanpa alat pengaman kecuali Anda yakin pasangan Anda tidak memiliki hepatitis B atau penyakit kelamin menular lainnya

 

Referensi :

Kementerian Kesehatan RI, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak.

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 316
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.067.827