Mencipta Ketahanan Kefarmasian di Indonesia
Kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditetapkan Kepala Negara kepada Kementerian Kesehatan salah satunya adalah melakukan reformasi besar sistem kesehatan. Kebijakan tersebut selanjutnya telah disusun dalam 6 pilar strategi dimana dalam salah satu pilarnya yaitu pilar ketiga adalah melaksanakan Transformasi Ketahanan Sistem Kesehatan. Strategi pilar ketiga ini sangat erat kaitannya dengan Pandemi dan Farmasi.
Berdasarkan pengalaman yang terjadi saat pertama kali pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, saat itu yang dibutuhkan pertama kali adalah masker dan di Indonesia saat itu tidak ada masker medis. Semua masker harus diimport, sementara saat itu semua negara dalam kondisi lockdown. Pada saat Covid-19 muncul di Indonesia, dibutuhkan adanya obat-obatan anti virus dimana satu-satunya obat yang dimiliki pertama kali saat itu adalah Oseltamivir yang diproduksi Kimia Farma. Namun yang terjadi kemudian bahwa Kimia Farma tidak dapat melanjutkan memproduksi karena hampir seluruh bahan bakunya ternyata masih diimport dari China dan dengan kondisi pada saat itu China sedang lockdown maka bahan baku tersebut tidak bisa diperoleh. Kondisi ini memaksa Indonesia untuk mencari dari berbagai negara lain yang akhirnya diperoleh dari India namun dalam jumlah yang sangat terbatas yaitu sebanyak 2 drum kecil.
Banyak contoh lain yang menjadi pembelajaran, salah satunya adalah pada episode dimana ketika ada penduduk terinfeksi Covid-19 dengan kondisi sakitnya parah dan harus masuk ICU maka dibutuhkan obat yang cukup mahal harganya yaitu Gamaras. Obat ini masuk dalam kelompok IVIG yaitu jenis-jenis obat yang berbasis bahan baku plasma darah. Perlu diketahui bahwa obat-obatan yang ada saat ini ada yang berbasis bahan kimia, bahan biologi dan bahan plasma darah (seperti albumin, ivig, vectorx dll).
Untuk memproduksi Gamaras sebenarnya Indonesia memiliki banyak keuntungan karena mengingat jumlah penduduknya yang sangat besar sehingga potensi plasma darahnya juga sangat besar. Namun demikian yang terjadi adalah bahwa ternyata hal ini juga tidak dapat dilakukan karena tidak adanya pabrik pengolahnya, sehingga semua hanya bisa diperoleh dengan import.
Masih banyak pembelajaran lain yang diperoleh terkait pandemi maupun dalam pelayanan kesehatan non pandemi di Indonesia. Belajar dari pengalaman Covid-19 dimana banyak masyarakat meninggal karena tidak adanya obat di Indonesia saat itu, menimbulkan tekad untuk membangun pabrik-pabrik tersebut di Indonesia.
Demikian halnya dengan Vaksin. Teknologi vaksin yang dimiliki Indonesia saat ini berbasis virus atau berbasis protein. Indonesia belum mampu untuk mengembangkan produksi vaksin berbasis vektor, RNA-DNA seperti Pfizer dan Moderna. Oleh karenanya Pemerintah Indonesia bertekat untuk dapat membangun industri tersebut dengan membangun pabrik-pabrik dan juga membangun kapasitas penelitian pengembangannya di Indonesia.
Dalam perkembangan 2 tahun terakhir, telah tercapai kemajuan pesat dimana pabrik vaksin yang semula hanya ada 1 pabrik yaitu Biofarma, telah berkembang menjadi 3 yaitu pabrik Biotis dan Pabrik Etana. Pabrik Vaksin Biotis dalam tahap pengembangan kerjasama dengan Aztra Zeneca untuk dapat membuat vaksin jenis vektor. Sementara untuk Etana akan mengembangkan vaksin yang berbasis MRNA. Beberapa perusahaan joint venture Korea juga telah masuk ke Indonesia untuk memproduksi obat-obatan yang sangat diperlukan selama pandemi. Perusahaan Korea tersebut akan berinvestasi dan akan mulai groundbreaking di bulan Mei 2023 untuk membangun pabrik obat berbasis plasma darah.
Obat-obatan berbasis bahan baku 3, yaitu kimia, darah (plasma darah) dan yang paling advance adalah berbasis biologi. Itu merupakan masa depan, contoh vaksin pfizer, mRNA vaksin, obat-obatan kanker monoklono antibody, stemcel, Gymtheraphy semua itu berbasis biologi yang semuanya harus dibangun di Indonesia untuk bisa membantu kesiapan ketahanan sistem kesehatan ke depan. Berbagai perkembangan tersebut akan terus dibangun agar Indonesia siap dalam hal obat-obatan jika muncul pandemi di masa depan.
-gs-