Detail Artikel


  • 26 Juni 2025
  • 10
  • Artikel

Maut Tersembunyi Di Balik Rokok Dan Vape

Promosi kesehatan sering menggaungkan tentang bahaya rokok dan vape, akan tetapi masih banyak sekali yang menggunakannya. Hal ini dikarenakan pemikiran orang yang awalnya coba-coba. Padahal dengan coba-coba itu sudah terpapar zat adiktif yang menyebabkan kecanduan. Yang awalnya hanya ingin mencoba, penasaran, berakhir dengan ketagihan, keterusan dan susah untuk berhenti. Banyak yang menganggap bahwa vape lebih aman dibanding rokok konvensional, padahal vape mengandung berbagai bahan kimia yang berpotensi membahayakan. Salah satu contoh adalah diacetyl, yang sering digunakan untuk memberikan rasa mentega pada uap. Diacetyl terkait erat dengan penyakit paru-paru yang serius, seperti bronkiolitis obliterans, yang dikenal juga sebagai "popcorn lung". Selain itu, ketika cairan vape dipanaskan, proses ini dapat menghasilkan aldehida seperti formaldehida yang bersifat karsinogenik atau dapat memicu penyakit kanker. Walaupun tingkat karsinogen ini lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional, risiko kesehatan tetap ada, terutama dengan penggunaan jangka panjang. Jika ada pertanyaan mana yang lebih berbahaya, kedua hal tersebut sama membahayakannya.

Anak yang sering menghirup asap rokok atau vape, saluran nafasnya akan terganggu. Di saluran nafas terdapat seperti bulu-bulu yang dapat mencegah kuman/ virus/ bakteri masuk ke dalam tubuh. Jika sering terpapar asap rokok/vape bulu-bulu tersebut akan lumpuh atau rusak  sehingga anak-anak menjadi rentan terkena penyakit, lebih mudah merasa lelah. Selain itu anak-anak akan terganggu fungsi kognitifnya, risiko terkena penyakit kardiovaskuler, kanker, mempengaruhi struktur fungsi otak, dan lain-lain. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa pada remaja yang merokok, terjadi perubahan struktur fungsi otaknya.

Merokok dapat menyebabkan berbagai masalah pernapasan, seperti bronkitis kronis, emfisema, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Paparan secara terus-menerus terhadap asap rokok akan merusak jaringan paru-paru dan mengganggu kemampuan paru-paru untuk berfungsi dengan baik. Merokok juga akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya, termasuk gangguan pada sistem pencernaan, gangguan pada sistem kekebalan tubuh, dan kerusakan pada gigi dan gusi. Bahkan pada sebagian orang dapat menyebabkan kelainan janin pada anak yang dikandung dan impotensi.

Secara psikologis, merokok juga merugikan. Nikotin sebagai salah satu zat adiktif yang merupakan kandungan asap rokok, akan menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis. Orang yang kecanduan rokok akan merasa sulit untuk berhenti merokok, meskipun mereka menyadari risiko kesehatan yang terkait dengannya. Ketergantungan ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan jika seseorang tidak dapat merokok untuk periode waktu tertentu. Di samping itu, perokok akan mengalami koping maladaktif. Merokok sering digunakan sebagai koping mekanisme untuk mengatasi stres, kecemasan, atau tekanan emosional lainnya. Namun, hal tersebut merupakan solusi sementara yang tidak efektif dan dapat merugikan kesejahteraan psikologis dalam jangka panjang. Menggunakan rokok sebagai koping mekanisme juga dapat menghalangi individu untuk mengembangkan strategi koping yang lebih sehat dan adaptif serta bermanfaat.

Upaya berhenti merokok sangat penting walaupun sulit. Berhenti merokok dan mengalihkan belanja rokok untuk hal-hal yang lebih baik akan memberikan dampak positif bagi setiap orang. Hidup sehat tanpa rokok menjadikan hidup lebih berarti, baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.

 

**Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 2.720
  • Bulan Ini

  • 3.094.979
  • Total Kunjungan

  • 33.046.466