Detail Artikel


  • 11 April 2023
  • 542
  • Artikel

Kreatifitas Promotor Kesehatan Puskesmas dalam Komunikasi Risiko (Covid Lessons Learn Serries)

Pada awal pandemi, pemerintah dan berbagai pihak (LSM, masyarakat, filantropi, swasta, faskes) telah melakukan penyebaran berbagai pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat untuk membatasi kunjungan ke fasilitas kesehatan kecuali jika memang sangat penting/mendesak. Sebagai dampaknya telah banyak terjadi pembatalan atau penundaan layanan kesehatan non-esensial dan lebih lanjut terjadi penurunan sementara kunjungan di awal pandemi di berbagai layanan primer dan RS. Upaya pengelolaan kebutuhan / permintaan layanan dilakukan pula dengan inovasi digital yang didanai pemerintah. Inovasi digital tersebut dilakukan dengan penyediaan hotline Dinkes DIY/Kab/kota, Pusdalop BPBD, PSC, Puskesmas dan Rumah Sakit.

Berbagai layanan informasi tersebut diberikan untuk memandu orang diduga memiliki gejala COVID-19 atau kontak erat untuk menuju ke layanan yang sesuai. Dalam perkembanganya saranaa informasi ini juga melayani untuk informasi ketersediaan bed RS untuk layanan Covid-19 meskipun dalam pelaksanaanya banyak terkendala dengan informasi ketersediaan bed yang belum sepenuhnya realtime. Layanan informasi bed RS ini utamanya dilaksanakan oleh PSC-119 DIY dan Kab/kota serta Puskesmas atau RS sendiri. Lebih lanjut dengan dimulainya pelaksanaan vaksinasi, layanan informasi difungsikan pula untuk melayani kebutuhan informasi lokasi-lokasi dan jadwal vaksinasi yang dilaksanakan di berbagai tempat. Secara khusus Puskesmas juga membuka help desk untuk melayani berbagai kebutuhan informasi dari masyarakat.

Terkait dengan komunikasi edukasi kepada masyarakat, beberapa puskesmas di DIY mengembangkan berbagai inovasi yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses berbagai informasi secara instan dan berbagai perkembangan lainnya berhubungan dengan Covid-19. Salah satu yang dikembangkan adalah dengan penggunaan media sosial seperti Instagram dan Facebook. Media sosial ini menjadi sasaran puskesmas untuk berkreasi memberikan berbagai informasi dan perkembangan Covid-19. Meskipun aksesibilitas informasi ini tidak / belum dapat diukur, namun diyakini cukup membantu dalam memberikan informasi kepada publik.

Beberapa puskesmas cukup aktif dalam melakukan siaran melalui media sosial dengan update informasi yang dilakukan hampir setiap hari. Sifatnya yang mencakup kewilayahan menyebabkan informasi yang disediakan juga dapat menampung perkembangan di wilayah setempat. Permasalahannya bahwa literasi dalam media sosial ini banyak didominasi oleh segmen remaja dan muda yang sebagian besar lebih memilih informasi[1]informasi di luar kesehatan. Untuk kelompok penduduk dewasa yang menjadi peminat terbanyak atas informasi tentang covid-19, sebagian belum / tidak memiliki literasi teknologi atau tidak berminat untuk secara intens mengakses.

Dalam kondisi kenaikan kasus, puskesmas bersama Satgas Covid-19 setempat melakukan alternatif edukasi informasi publik dengan menggunakan siaran keliling. Kendaraan roda empat dibekali pengeras suara dengan berkeliling menyampaikan informasi dan himbauan kepada masyarakat. Kegiatan ini lebih banyak dilakukan di wilayah pedesaan meskipun di perkotaan juga dilakukan. Dukungan satgas dan lintas sektor serta masyarakat turut meningkatkan layanan.

Bentuk edukasi lain yang juga cukup krusial adalah pada saat terjadinya penularan setempat. Fungsi edukasi disamping untuk meningkatkan kewaspadaan tetapi juga sekaligus digunakan untuk menghilangkan stigma di masyarakat atas seseorang / keluarga yang terkonfirmasi positif Covid-19. Edukasi ini dilaksanakan setelah puskesmas memberikan informasi kepada pemangku wilayah setempat (RT, Dusun/RW, Desa). Selanjutnya pemangku wilayah tersebut bersama petugas puskesmas atau satgas desa melakukan edukasi khususnya di lokasi terdekat dengan lokus penularan.

Informasi edukasi berisi himbauan bagi warga yang merasas kontak dan atau berada dalam satu lingkungan dengan orang yag terkonfirmasi untuk bersedia melapor atau bersedia untuk mendukungtracing oleh puskesmas. Identifikasi kontak erat yang dilakukan puskesmas dengan demikian terbantu oleh adanya informasi pendahuluan tersebut. Namun kondisi ini tidak seluruhnya sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam banyak kasus juga ditemukan bahwa dengan adanya informasi tersebut sebagian masyarakat yang merupakan kontak penderita Covid-19 justru menghindar. Namun demikian kasus tersebut tidak terjadi meluas dan hanya disebagian kelompok. Solidaritas justru banyak bermunculan dari lingkungan dengan adanya upaya dukungan mental dan logistik kepada keluarga. Warga juga secara mandiri melakukan berbagai persiapan dan pengaturan agar keluarga yang sedang menjalani isolasi mandiri dapat nyaman dan merasa dilindungi oleh lingkungan. Hal ini menjadi unsur yang sangat penting untuk menjaga kepatuhan keluarga untuk tidak memberikan risiko penularan kepada yang lain. Keterlibatan tokoh masyarakat setempat dalam pengendalian penularan sewaktu pelacakan juga sangat berperan dalam hal ini.

Edukasi oleh puskesmas tidak terbatas kepada yang bersifat umum. Puskesmas juga melakukan edukasi pada saat memantau kondisi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri. Pemberian edukasi ini dengan menggunakan berbagai saluran, terbanyak adalah menggunakan saluran telepon. Setelah memperoleh notifikasi kasus dan data pasien, puskesmas menginformasikan kepada pemangku wilayah setempat dan menghubungi keluarga / pasien. Obat-obatan disampaikan oleh petugas dan selanjutnya untuk pemantauan dilakuka melalui telepon yang banyak diberikan kandungan pesan / informasi edukasi.

 

Penulis : Bidang SDK (Agus) 
 

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 8.655
  • Bulan Ini

  • 3.094.979
  • Total Kunjungan

  • 31.111.534