Kendalikan Kanker Servix Sejak Dini dengan Imunisasi
Kanker
merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kasus kanker di Indonesia terjadi sebanyak
lebih kurang 330.000 orang dengan kasus terbesar adalah kanker serviks atau
kanker leher rahim. Sementara itu, data dari WHO _Information Centre on HPV
and Cervical Cancer_ menyatakan bahwa 2 dari 10.000 wanita di Indonesia
menderita kanker serviks dan diperkirakan 26 wanita meninggal setiap harinya
karena kanker serviks.
Program nasional pencegahan kanker leher rahim yang sudah dilaksanakan saat ini
adalah dengan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA. Pencegahan
kanker leher rahim akan semakin efektif jika dibarengi dengan melakukan upaya
proteksi spesifik dengan memberikan imunisasi HPV.
Manfaat Imunisasi HPV
Hasil penelitian selama 14 tahun menunjukkan setelah mendapat imunisasi HPV
penerima vaksin masih terproteksi 100% terhadap HPV tipe 16 dan 18 sehingga
tidak diperlukan imunisasi ulang (booster)
Berdasarkan data WHO per September 2016 menunjukkan saat ini baru 67 dari 194
negara di dunia yang sudah mengimplementasikan program imunisasi HPV di
negaranya, dan sudah banyak hasil dari penelitian yang valid dari negara-negara
tersebut menunjukan manfaat yang bermakna untuk menurunkan beban penyakit
kanker serviks dan penyakit terkait infeksi HPV lainnya.
Imunisasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks dimana tingkat
keberhasilannya dapat mencapai 100% jika diberikan sebanyak 2 kali pada
kelompok umur wanita naif atau wanita yang belum pernah terinfeksi HPV
yaitu pada populasi anak perempuan umur 9-13 tahun yang merupakan
usia sekolah dasar.
Pelaksanaan Imunisasi HPV di Indonesia
Pemerintah merencanakan penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi
nasional yaitu vaksin HPV dengan pemberian imunisasi HPV kepada siswi perempuan
kelas 5 (dosis pertama) dan 6 (dosis kedua) SD/MI dan sederajat baik negeri
maupun swasta melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Kegiatan pemberian imunisasi HPV melalui program BIAS ini diawali dengan
pemberian imunisasi di lokasi percontohan yang memiliki angka prevalensi kanker
serviks yang tinggi dan dipandang memiliki kesiapan dalam melaksanakan
imunisasi HPV, yaitu provinsi DKI Jakarta mulai bulan Oktober 2016 dan akan
dilanjutkan pada tahun depan di dua kabupaten di provinsi DIY yaitu kabupaten
Kulonprogo dan Gunung Kidul.
Pelaksanaan imunisasi HPV dalam Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di
DKI Jakarta sudah mendapatkan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi
Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization).
Keamanan vaksin HPV
Sejak pertama kali mendapat izin edar pada tahun 2006, lebih dari 200 juta
dosis vaksin HPV telah dipakai di seluruh dunia. WHO merekomendasikan agar
vaksin HPV masuk dalam program imunisasi nasional.
Badan WHO yaitu Global Advisory Committee on Vaccine Safety
(GACVS) mengumpulkan data post marketing surveilans dari Amerika Serikat,
Australia, Jepang dan dari manufaktur. Data dikumpulkan dari tahun 2006, sejak
pertama kali vaksin HPV diluncurkan sampai tahun 2014. Pada tanggal 12 Maret
2014, GACVS menyatakan tidak menemukan isu keamanan yang dapat merubah rekomendasi
vaksinasi HPV.
Center for Disease Control and Prevention ( US CDC) yang memantau
keamanan pasca-lisensi dari Juni 2006 hingga Maret 2013 menunjukkan tidak ada
masalah keamanan vaksin HPV. Atas dasar hasil ini, di Amerika Serikat, vaksin
HPV tetap direkomendasikan dan digunakan sebagai vaksinasi rutin.
Klarifikasi isu imunisasi HPV menyebabkan kemandulan atau menopause dini
Premature Ovarian Failure (POF), sekarang disebut oleh komunitas ilmiah sebagai
Primary Ovarian Insufficiency (POI), adalah istilah yang digunakan oleh
praktisi medis ketika ovarium seorang wanita berhenti bekerja normal sebelum
dia berusia 40 tahun. Hal ini jarang terjadi pada remaja. Sampai saat ini tidak
ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan kejadian POF ini dengan penggunaan
vaksin HPV.
(sumber : kemkes.go.id)