Henti Jantung saat Berolahraga
Pernahkah Anda membaca berita atau menyaksikan secara langsung seseorang yang tiba-tiba mengalami henti jantung saat berolahraga? Tanpa tanda-tanda yang jelas, korban sering kali terlihat sehat dan bugar, namun mendadak ambruk di lapangan. Dalam hitungan detik, mereka kehilangan kesadaran dan menunjukkan tanda-tanda pernapasan yang tidak adekuat.
Henti jantung dalam keadaan olahraga bisa terjadi karena gangguan irama jantung. Saat berolahraga tubuh akan menghasilkan hormon adrenalin, hormon ini merangsang denyut jantung jadi lebih cepat, sehingga jantung bekerja ekstra dalam memompa oksigen dan aliran listrik. Tak jarang, gejala yang dialami setelahnya adalah kejang.
Lantas, langkah-langkah apa yang perlu diambil sebagai pertolongan pertama untuk meningkatkan peluang korban henti jantung dapat diselamatkan? Dalam kasus henti jantung, setiap detik waktu sangat berharga. Untuk itu sangat penting memberikan pertolongan pertama pada kasus henti jantung.
- Pastikan penolong, korban, dan keadaan sekitar aman untuk dilakukan pertolongan. Jangan sampai pertolongan yang dilakukan malah membahayakan diri sendiri dan korban. Selain itu juga jangan mengerumuni korban karena akan mengganggu aliran udara di sekitar korban.
- Cek respons korban dengan menepuk dan memanggil korban.
- Jika tidak ada respons, cari pertolongan medis dengan menghubungi nomor panggilan darurat medis atau UGD terdekat. Untuk telepon darurat ambulans Yogyakarta di 118.
- Cek napas dengan cara mendekatkan pipi dan telinga ke mulut dan hidung korban seraya melihat ke arah dada selama 10 detik. Lihat, dengar, dan rasakan napas korban
- Hands-only CPR. Posisi tangan dominan menelungkup dengan tangan satunya menautkan jari-jari. Lakukan kompresi dada dengan kedalaman sekitar 5-6cm di tengah tepat di bawah pertengahan tulang dada. Kompresi dilakukan dengan keras, cepat, dan dengan tempo yang teratur. Kecepatan minimal 100—120x per menit, artinya dalam satu detik ada 2x kompresi. Bagian tubuh yang digunakan sebagai tumpuan memijat adalah punggung, sehingga posisi lengan harus tegak lurus dengan dada korban. Pastikan dada kembali ke posisi semula setelah tiap kompresi agar jantung dapat mengisi darah dengan baik sebelum masuk ke kompresi berikutnya.
Jangan panik dan menyia-nyiakan waktu korban. Jangan pula memberi minum karena dapat meningkatkan risiko tersedak. Selain itu, pemberian wangi wangian juga tidak membuat korban lekas sadar. Ingat, lebih baik melakukan CPR meskipun belum sempurna daripada tidak sama sekali.
Daftar pustaka
@afrkml. (2024, Juli 23). Hal yg GAK BOLEH kamu lakuin kalau lg nolong org gak sadar (cuplikan). X. https://x.com/afrkml/status/1815657262322770399
Lalenoh, I. (2021). Hermina Hospital. Retrieved September 27, 2024, from https://www.herminahospitals.com/en/articles/henti-jantung-saat-berolahraga.html
Pranata, S., Vranada, A., Kurnia, A., Hasanah, R., Putri, N. A., Juhro, S., & Khusna, K. F. (2022). Improving School Disaster Preparedness Through Teacher, Cadre Training and Disaster Simulation for Students at Public Elementary School. Community Development Journal, 7(2), 76–83. https://doi.org/10.33086/cdj.v7i2.3805
Prasetyo, D. (2024). detikhealth. Retrieved September 27, 2024, from https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7417951/zhang-zhi-jie-meninggal-henti-jantung-kenali-penyebab-dan-pertolongan-pertamanya
Rea, T., Kudenchuk, P. J., Sayre, M. R., Doll, A., & Eisenberg, M. (2021). Out of hospital cardiac arrest: Past, present, and future. Resuscitation, 165, 101–109. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2021.06.010
Rizki, P., & Cahyani, N. (2019). TATALAKSANA HENTI JANTUNG DI LAPANGAN PERMAINAN. Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi), 13(2), 139–151. https://doi.org/10.21831/jorpres.v13i2.25107