Detail Artikel


  • 28 Maret 2023
  • 1.100
  • Artikel

Hanya Konsumsi Oralit dan Segelas Air Saat Sahur Cukup Memenuhi Kebutuhan Gizi Saat Berpuasa, Mitos Atau Fakta?

Belum lama ini, pengguna media sosial burung biru alias twitter ramai memperbincangkan topik mengenai konsumsi segelas oralit dan air putih saat sahur. Melalui cuitan tersebut, pemilik akun menyampaikan kebiasaan yang ia terapkan saat melakukan sahur yaitu cukup mengonsumsi segelas oralit dan segelas air putih saja. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa pada hakikatnya kita hanya perlu makan satu saat berpuasa. Sontak, unggahan ini banyak menyita perhatian publik hingga telah di-retweet sebanyak 7000 kali.

Sumber : https://twitter.com/sdenta/status/1638198362024599554?s=20

Sumber : https://twitter.com/sdenta/status/1638355420950724608?s=20

Dari cuitan tersebut diketahui bahwa tujuan pemilik akun memberikan tips kepada warganet untuk mengonsumsi oralit dan air putih saja saat sahur adalah bukan untuk mengganti full meal melainkan untuk mengatasi dehidrasi yang kerap kali dikhawatirkan terjadi pada orang yang mengalami puasa. Menanggapi fenomena tersebut, praktisi bidang gizi dan kesehatan sekaligus dosen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM, Tony Arjuna, S.Gz., M.Nut.Diet, PhD, AN, APD, menyampaikan bahwa oralit dinilai tidak ideal sebagai pengganti makan saat berbuka dan sahur karena hanya mengandung elektrolit dan tidak mengandung energi serta zat gizi lainnya sehingga tidak mungkin bisa mengembalikan simpanan energi dan zat gizi yang berkurang selama periode puasa. “Oralit itu dikonsumsi bukan untuk menggantikan simpanan energi karena jika hal ini terjadi maka respon tubuh yang diberikan adalah akan membakar protein otot” jelasnya. Ia juga mengatakan bahwa “Kalau tujuannya untuk menghidrasi, air kelapa dan air putih pun juga bisa untuk hidrasi. Selain cairan, makanan yang kita konsumsi juga mengandung mineral (seperti garam dalam kaldu) sehingga jika tujuannya untuk rehidrasi maka oralit bukan satu-satunya sumber untuk menggantikan cairan yang hilang”. Hal ini dapat dijelaskan melalui mekanisme biokimia (glikogenesis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis) dalam tubuh kita dimana beberapa mekanisme ini membantu agar tetap tersedia “simpanan energi” meskipun kita tidak makan. Akan tetapi, hal ini akan berdampak pada terjadinya muscle loss (kehilangan massa otot) yang mengakibatkan imunitas menurun, kematian, dinapenia (penurunan fungsi otot), dan badan menjadi lebih lemah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang makan hanya 1-2 kali sehari tidak efektif untuk menurunkan berat badan dan justru lebih mudah mengalami overweight (kelebihan berat badan) serta obesitas karena mereka akan makan dengan porsi lebih banyak tanpa mempertimbangkan kandungan gizi yang dikonsumsinya. Sejalan dengan hal tersebut, Tony Arjuna menjelaskan bahwa pada dasarnya membatasi frekuensi makan akan memicu terjadinya kehilangan massa otot selama periode puasa. “Kalau pun turun berat badan dan kembali ke pola makan sebelumnya, maka massa tubuh yang hilang akan digantikan oleh lemak sehingga seseorang lebih berisiko mengalami kenaikan berat badan” tambahnya.

Sumber : https://twitter.com/sdenta/status/1638202605896871937?s=20

Mengacu pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, diketahui bahwa kebutuhan energi untuk usia 30-49 tahun adalah 2150 kkal untuk perempuan dan 2550 kkal untuk laki-laki. Apabila selama berpuasa kita menerapkan pola makan berupa konsumsi oralit dan air putih saat sahur serta hanya sekali makan besar saja, maka estimasi kecukupan energi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

- Segelas oralit saat sahur mengandung 2,7 g glukosa anhidrat (11,25 kalori); 

- Satu porsi makan besar (contohnya adalah nasi padang) mengandung 664 kkal, 15 g lemak, 70 g karbohidrat, dan 70 g protein; 

- Air putih tidak mengandung nilai gizi. 

Dari estimasi perhitungan nilai gizi mengikuti pola makan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumsi segelas oralit dan segelas air putih saat sahur serta satu porsi makan besar selama puasa tidak dapat mencukupi kebutuhan kalori harian rata-rata orang Indonesia pada rentang usia 30-49 tahun (2350 kkal). Tony Arjuna menyarankan agar selama berpuasa di bulan ramadhan, kita dapat memprioritaskan konsumsi sumber karbohidrat kompleks seperti sayur dan buah saat berbuka puasa agar peningkatan gula darah terjadi secara perlahan dan total calorie intake lebih sedikit tetapi memberikan sensasi kenyang lebih lama.

 

Referensi :

Fat Secret Indonesia. Informasi Gizi Nasi Padang. https://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/rumahmakan-sederhana/nasi-padang/1-porsi [Accessed: 29 Maret 2023].

Simanungkalit, H. M. dan Muliana. (2021). Pemberian Bubur Tempe Terhadap Lamanya Diare Akut Pada Balita Di Puskesmas Puruk Cahu. J. Kesehatan Manarang, 7(1), pp. 27-33.

The Trusted Source Of Clinical Trials Information. (2023). The Effect of Very Low Calorie Diet With and Without Exercise on Muscle Synthesis in Middle-aged Overweight Male. https://www.centerwatch.com/clinical-trials/listings/184883/the-effect-of-very-low-calorie-dietwith-and-without-exercise-on-muscle-synthesis-in-middle-aged-overweight-male/ [Accessed: 29 Maret 2023].

 

Penulis : Nadya Andita Yudha, Mahasiswa Magang Dinkes DIY dari Program Studi S1 Gizi Kesehatan, FKKMK Universitas Gadjah Mada.

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 1.911
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.094.729