Detail Artikel


  • 26 September 2024
  • 277
  • Artikel

Gaya Hidup dan Fenomena Remaja Jompo

Sering merasa mudah lelah dan pegal-pegal? Jalan kaki sebentar sudah ngos-ngosan? Gampang mengantuk? Usia remaja namun merasa seperti lansia? Keluhan seperti ini semakin terdengar dari mulut remaja masa kini. Gejala-gejala seperti pegal-pegal dan kelelahan kerap dikaitkan dengan orang tua, kini justru dialami oleh generasi muda. Ini bukan sekadar lelah biasa, ini adalah fenomena yang wajib diperhatikan tentang potensi masalah kesehatan jangka panjang. Di mana salahnya? Apakah gaya hidup yang salah? Ataukah tekanan sosial yang semakin berat membuat tubuh remaja tak mampu bertahan dalam ritme hidup yang cepat?

Malas. Satu kata yang ternyata dapat menyebabkan berbagai dampak. Terlalu sering rebahan, jarang atau bahkan tidak pernah berolahraga, malas jalan kaki dan memilih naik lift atau eskalator, tidak suka minum air mineral, telalu banyak makan junk-food. Hal ini tentu berpengaruh pada kebugaran tubuh. Tubuh yang bugar menyebabkan sesorang dapat menjalankan tugas sehari-hari dengan lebih optimal. Ada 6 keterampilan yang menunjukkan seseorang memiliki kebugaran yang baik; kekuatan, kelincahan, keseimbangan, koordinasi, waktu reaksi, dan kecepatan gerak.

Dampak jangka panjang dari “remaja jompo” antara lain:

  1. Gangguan kesehatan fisik. Kelelahan kronis yang dialami mungkin dapat meningkatkan penyakit kardiovaskular, diabetes, maupun obesitasi di masa dewasa.
  2.  Masalah kesehatan mental. Kelelahan dan nyeri yang dialami dapat berkaitan dengan efek dari kecemasan, depresi, dan masalah kejiwaan yang lain.
  3.  Penurunan kemampuan berpikir. Ketika seseorang telah terbiasa bermalas-malasan, kemampuan otak untuk memecahkan masalah dapat menurun karena otak tidak pernah lagi diasah untuk berpikir.
  4.  Penurunan produktivitas. Selain berdampak pada kesehatan fisik dan mental, produktivitas kerja juga akan terganggu. Kebugaran tubuh yang tidak optimal cenderung mengakibatkan kinerja yang lebih rendah.

Untuk bisa mencapai kebugaran yang optimal, perlu adanya aktivitas fisik. Contoh aktivitas yang dapat dilakukan adalah berjalan, bersepeda, atau melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, asupan makanan yang cukup nilai gizinya atau diet seimbang yang mengandung makronutrien (protein, karbohidrat, dan lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral) penting untuk menyediakan energi yang cukup untuk pertumbuhan dan aktivitas.

 

Adriani, D., & Fadilah, T. (2023). PERAN KADAR HEMOGLOBIN PADA KEBUGARAN JASMANI REMAJA. JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI, 8(2), 199–214. https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312

Mangione, C. M., Barry, M. J., Nicholson, W. K., Cabana, M., Coker, T. R., Davidson, K. W., Davis, E. M., Donahue, K. E., Jaén, C. R., Kubik, M., Li, L., Ogedegbe, G., Pbert, L., Ruiz, J. M., Silverstein, M., Stevermer, J., & Wong, J. B. (2022). Screening for Anxiety in Children and Adolescents. JAMA, 328(14), 1438. https://doi.org/10.1001/jama.2022.16936

 

Troxel, N. & Hastings, P., 2024. Poverty and Inequality, University of California. [Online]
Available at: https://poverty.ucdavis.edu/policy-brief/poverty-during-childhood-and-adolescence-may-predict-long-term-health
[Accessed 24 September 2024].

 

 

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 15.945
  • Bulan Ini

  • 3.094.979
  • Total Kunjungan

  • 27.463.806