Detail Artikel


  • 30 Maret 2019
  • 36.400
  • Artikel

Adiksi Pornografi Ternyata Merusak Lima Bagian Otak Sekaligus. Bagaimana Tips Mencegahnya?

Masalah-masalah terkait kesehatan remaja saat ini semakin kompleks, baik masalah terkait gizi (anemia, obesitas, kurus, stunting), PHBS (diare, kecacingan, dll), PTM (jantung, stroke, kanker) dan kesehatan reproduksi. Terkait masalah kespro, saat ini secara nasional, kasus pernikahan usia di bawah 15 tahun berkisar 2,6%, sebanyak 23,9% telah menikah pada usia 15-19 tahun, dan  juga angka kehamilan remaja sebesar 48/1000 KH. Berdasarkan Global School-based Student Health Survey (GSHS) Tahun 2015, Riskesdas 2013 dan SDKI 2012, maka terdapat perilaku-perilaku remaja yang berisiko terhadap kesehatan, di antaranya 1 dari 20 remaja pernah berhubungan seksual di mana 1 dari 19 di antaranya pernah dipaksa melakukan hubungan seksual, dan 3 dari 5 remaja tidak tahu risiko kehamilan walau hanya sekali melakukan hubungan seksual. Selain itu disebutkan juga bahwa 2 dari 3 remaja merasa orangtua tidak mengerti, 1 dari 20 remaja pernah merasa ingin bunuh diri, serta 1 dari 2 remaja merasa kesepian dan khawatir berlebih.

Sebuah data yang mencengangkan berdasar penelitian di Jakarta Selatan dan Pandeglang tahun 2017, disebutkan bahwa sebanyak 94% remaja telah terpapar pornografi. Angka tersebut meningkat menjadi 98% pada 2018. Sedangkan berdasar survey Kementerian Kesehatan Tahun 2017, tiga besar sumber pornografi terbanyak adalah internet (57%) disusul komik (43%), dan  media sosial (34%). Adapun tempat terbanyak melihat pornografi adalah di rumah yaitu sebesar 61%. Potensi anak dan remaja mengakses pornografi dipengaruhi gaya hidup, pengawasan orangtua, serta BLAST (Bored, Lonely, Angry-Afraid, Stress, Tired).

Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai media komunikasi  dan/pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan/eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Kecanduan adalah saat tubuh/pikiran kita dengan parahnya menginginkan/memerlukan sesuatu agar dapat bekerja dengan baik. Kecanduan juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus dengan sebuah zat/aktivitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi negatif.

Perkembangan otak memang mengalami masa golden period pada masa balita. Namun pada masa remaja, fungsi beberapa bagian otak sedang mengalami perkembangan pesat sampai usia dewasa. Bagian otak yang berkembang cepat mulai pada usia remaja ini antara lain cerebellum yang berfungsi koordinasi fisik, amygdala yang berfungsi kontrol emosi, nucleus acumbens yang berfungsi kontrol motivasi, serta prefrontal cortex. Prefrontal cortex bahkan mengalami perkembangan yang paling lama, dan baru matang pada usia sekitar 25 tahun. Padahal, prefrontal cortex mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai pusat pemikiran, perencanaan, pengambilan keputusan, emosi dan tanggungjawab.

Saat seorang anak/remaja mengakses pornografi, maka diproduksi hormon dopamin yang mengeluarkan serotonin dan endorfin sehingga menimbulkan kepuasan dan keinginan untuk terus mengulang. Di lain pihak, pada masa remaja, ada proses di mana bagian otak yang banyak digunakan akan berkembang, sedangkan bagian otak yang jarang digunakan akan terpangkas. Jika hal tesebut berlangsung terus menerus, akan menimbulkan perubahan konstan pada neurotransmitter, menyebabkan perubahan sistem limbik, melemahkan sistem kontrol, sehingga terjadi perubahan perubahan fungsi otak termasuk emosi, kognisi, konsentrasi, persepsi diri, perilaku, disfungsi organ.

Kerusakan otak akibat pornografi disebut sama dengan kerusakan otak karena kecelakaan dan bahkan lebih merusak daripada kerusakan otak karena narkoba. Adiksi pornografi akan merusak lima bagian otak sekaligus. Selain itu, adiksi pornografi bahkan tidak hanya merusak diri sendiri, namun juga dapat merusak atau merugikan orang lain.

Remaja yang kecanduan pornografi akan menunjukkan gejala penurunan prestasi, perubahan pola tidur, pergi tidak mengenal waktu, banyak teman yang tidak dikenal, emosional, banyak persoalan, sehingga menimbulkan berbagai dampak buruk bagi diri sendiri maupun lingkungannya.

Faktor keluarga dan orangtua menjadi penting untuk mencegah adiksi pornografi. Terlebih sebelumnya sudah disinggung bahwa 61% pornografi diakses dari rumah. Berikut 10 tips untuk orangtua untuk mencegah anak/remaja terpapar pornografi, yaitu (1) Memberikan perhatian, kasih sayang dan penghargaan kepada anak, (2) Dampingi anak ketika mengakses internet, (3) Memberi anak pemahaman tentang internet  sehat, (4) Mengenali teman dan lingkungan sekitarnya untuk pencegahan. (5) Menempatkan komputer di ruangan keluarga, (6) Menyepakati aturan bersama mengenai penggunaan gawai, (7) Memberi pendidikan seks sesuai tumbuh kembang anak, (8) Memasang aplikasi pengaman pada gawai, (9) Melatih anak agar mampu berkata tidak terhadap ajakan akses pornografi dan (10) Bila anak ketahuan membuka situs porno, ingatkan.

Selain keluarga dan orangtua, maka tentunya peran pendidik juga menjadi faktor penting. Perlunya komunikasi dua arah dan terbuka tentang kespro dan dampak adiksi pornografi, serta menggali potensi positif pada anak remaja. Remaja sendiri pun perlu mendapatkan edukasi dan keterampilan diri yang cukup. @pf26

(Sumber: paparan Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes RI dr Eni Gustina, MPH pada rangkaian acara penganugerahan pemenang LSS Tahun 2018 di Jakarta, 24 Oktober 2018)

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 421
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 20.897.288