Waspada! 11 Penyakit Yang Ditularkan Melalui Gigitan Nyamuk!
Hallo Sobat Jogja! Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat dan bahagia selalu.
Nyamuk bertahan hidup dengan mengisap darah manusia atau hewan. Saat mengisap atau mengigit, nyamuk menyuntikkan air liur yang dapat memicu rasa gatal dan bentol-bentol di kulit. Namun, tak hanya itu, melalui gigitannya tersebut, nyamuk juga bisa menularkan virus, kuman, atau parasit penyebab penyakit. Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar bersama tentang apa saja penyakit yang dapat ditularkan lewat gigitan nyamuk.
1. Malaria
Malaria adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dari gigitan nyamuk Anopheles. Laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa penyebaran penyakit malaria hanya bisa dilakukan oleh nyamuk betina. Secara umum, gejala malaria sama seperti demam berdarah dan baru muncul sekitar satu minggu setelah digigit nyamuk. Ketika infeksi sudah sangat parah, malaria bisa menyebabkan komplikasi berupa anemia, penyakit kuning, hingga gagal ginjal.
Fakta mengejutkan mengenai penyakit ini adalah orang yang meninggal akibat penyakit ini jumlahnya jutaan. Secara khusus, malaria ini sangat berbahaya bagi anak-anak di bawah usia lima tahun, ibu hamil, serta pengidap HIV/AIDS. Bagi ibu hamil yang terkena malaria maka berpotensi mengidap anemia yang meningkatkan risiko kematian pada saat atau setelah persalinan. Pada masa kehamilan pun, malaria bisa menyebabkan kelahiran prematur pada bayi.
Malaria memang bisa sembuh, tetapi ada pula orang yang hidup bertahun-tahun dengan malaria. Namun, perlu diingat bahwa malaria otak atau yang dikenal dengan plasmodium falciparum bisa berakibat fatal dalam waktu satu hingga dua hari infeksi.
Pengobatan malaria akan disesuaikan dengan jenis parasit Plasmodium yang dibawa oleh nyamuk Anopheles, salah satunya adalah obat artemisinin. Pada tahun 2021 lalu, Badan kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui penggunaan vaksin Mosquirix untuk mencegah malaria.
2. Demam Berdarah
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demam berdarah merupakan salah satu dari sepuluh ancaman kesehatan global yang paling cepat menyebar. Telah terjadi peningkatan 30 kali lipat dalam insiden global selama 50 tahun terakhir. Demam berdarah disebabkan oleh virus yang ditularkan terutama oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini menggigit pada siang hari, biasanya setelah matahari terbit dan sekitar matahari terbenam. Demam berdarah dapat terjadi di mana saja di mana Aedes aegypti hidup. Epidemi demam berdarah yang paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir terjadi di Asia Tenggara, Amerika, dan Pasifik Barat. Sekitar 141 negara terkena dampaknya.
Gejala umum demam berdarah termasuk demam, ruam, mual, serta sakit dan nyeri, yang berlangsung hingga seminggu. Beberapa penderita demam berdarah mengalami komplikasi yang dapat menyebabkan pendarahan internal, syok, dan bahkan kematian. Demam berdarah yang parah memerlukan pemantauan yang cermat di rumah sakit.
Tidak ada perawatan medis khusus untuk demam berdarah, yang memiliki gejala mirip flu. Intervensi medis diperlukan jika ada indikasi syok atau pendarahan, karena komplikasi ini dapat mematikan.
3. Chikungunya
Pertama kali diidentifikasi selama wabah di Tanzania pada tahun 1952, chikungunya adalah virus yang ditularkan antar manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Kata chikungunya berasal dari bahasa Kimakonde yang berarti 'menjadi bungkuk', karena penyakit ini menyebabkan nyeri sendi yang melemahkan yang menyebabkan penampilan bungkuk.
Antara tahun 2014 dan 2017, terjadi wabah besar di seluruh Amerika, dengan lebih dari 2,5 juta kasus yang dicurigai sebagai kasus chikungunya tercatat di kepulauan Karibia, Amerika Latin, dan Amerika Serikat. Lebih dari 600 kematian disebabkan oleh penyakit ini selama periode ini.
Tanda dan gejala yang timbul antara lain demam mendadak, nyeri otot dan sendi, ruam, sakit kepala, dan kelelahan. Chikungunya menyebabkan demam parah dan nyeri sendi yang melemahkan, dan memiliki beberapa tanda klinis yang sama dengan zika dan demam berdarah, yang terkadang menyebabkan kesalahan diagnosis di daerah di mana penyakit ini lazim terjadi. Gejala biasanya membaik dalam waktu seminggu; namun, terkadang nyeri sendi dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
4. Kaki Gajah/Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing mikroskopis. Terdapat tiga spesies cacing filaria yang menyebabkan filariasis limfatik pada manusia, namun umumnya filariasis disebabkan oleh Wuchereria bancrofti. Cacing-cacing tersebut bisa dibawa oleh nyamuk Culex, Anopheles, Mansonia, dan Aedes sampai akhirnya ditularkan ke manusia melalui gigitan dan menyerang kelenjar getah bening.
Infeksi filariasis menular melalui gigitan nyamuk. Cacing dewasa biasanya hidup pada kelenjar getah bening manusia. Ketika nyamuk menggigit orang yang terinfeksi, parasit akan hidup di dalam tubuh nyamuk dan dapat menginfeksi orang yang sehat jika nyamuk yang terinfeksi menggigit orang sehat.
Meski diberi nama kaki gajah, kondisi ini juga bisa menyebabkan pembengkakan pada anggota tubuh lainnya, seperti lengan, penis, wajah, dan payudara. Jika sudah menyebabkan pembengkakan, ukuran kaki seseorang dengan filariasis tidak bisa kembali ke semula. Apabila ukurannya terlalu besar, dokter mungkin menyarankan operasi. Cara terbaik untuk mencegah infeksi filariasis adalah menghindari gigitan nyamuk yang membawanya.
5. Yellow Fever
Demam kuning disebabkan oleh virus yang ditularkan terutama oleh Aedes aegypti. Nyamuk ini menggigit pada siang hari, biasanya setelah matahari terbit dan sekitar matahari terbenam. Demam kuning merupakan penyakit endemik di Afrika dan Amerika Latin. Dari 47 negara yang terkena dampak, 13 negara di Amerika memiliki risiko wabah tertinggi, termasuk Brasil, Meksiko, dan Kolombia.
Pada kebanyakan kasus, gejalanya meliputi demam, menggigil, kehilangan nafsu makan, mual, nyeri otot (terutama di bagian punggung) dan sakit kepala. Gejala cenderung membaik dalam waktu lima hari; namun, penyakit ini merenggut nyawa sekitar 30.000 orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Kata 'kuning' pada nama penyakit ini mengacu pada penyakit kuning yang menyerang beberapa pasien. Tidak ada pengobatan untuk demam kuning, selain istirahat dan manajemen demam dengan obat-obatan umum.
6. Zika
Pertama kali diidentifikasi pada monyet di Uganda pada tahun 1947, kemudian pada manusia pada tahun 1952, virus Zika hampir tidak aktif selama enam dekade. Wabah global pada tahun 2015 tercatat terjadi di Afrika, Amerika, Asia, dan Pasifik. Pada tanggal 1 Februari 2016, WHO mengumumkan Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Zika dapat tertular di Afrika, Amerika, Asia dan Pasifik. Kasus Zika telah dilaporkan oleh lebih dari 80 negara.
Penyakit virus Zika disebabkan oleh virus yang ditularkan terutama oleh Aedes aegypti. Nyamuk ini menggigit pada siang hari, biasanya setelah matahari terbit dan sekitar matahari terbenam. Sebagian besar orang yang terinfeksi virus Zika tidak menunjukkan gejala; bagi mereka yang menunjukkan gejala, gejalanya cenderung berlangsung selama dua hingga tujuh hari. Gejala yang timbul antara lain demam, ruam, konjungtivitis (mata merah), sakit kepala, nyeri otot dan sendi. Dalam beberapa kasus, wanita yang terinfeksi virus Zika selama kehamilan melahirkan anak dengan kondisi kesehatan yang serius, termasuk mikrosefali, yang dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup.
Tidak ada pengobatan untuk virus Zika, selain istirahat, menejemen cairan, dan penanganan gejala dengan obat-obatan umum. Gejala infeksi virus Zika biasanya ringan, dan akan sembuh dalam waktu tujuh hari.
7. West Nile
West Nile virus (WNV) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Uganda dan telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Israel, Amerika, Tunisia, Mesir, Amerika Latin, Australia, Eropa, dan Asia Barat. Di Amerika Serikat sendiri, WNV adalah jenis penyakit utama yang ditularkan oleh nyamuk.
Sebagian besar orang yang terinfeksi virus West Nile tidak menunjukkan gejala apa pun. Meski begitu, sebagian pasien menunjukkan beberapa ciri-ciri berikut ini ketika terinfeksi. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi akan mengalami demam dengan gejala lain seperti sakit kepala, nyeri tubuh, nyeri sendi, muntah, diare, atau ruam. Meskipun kebanyakan orang dengan penyakit demam akibat virus West Nile pulih sepenuhnya, rasa lelah dan kelemahan dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan. Sekitar 1 dari 150 orang yang terinfeksi mengalami penyakit parah yang mempengaruhi sistem saraf pusat seperti ensefalitis (radang otak) atau meningitis (radang selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang). Gejala yang lebih parah meliputi demam tinggi, sakit kepala, kaku leher, kebingungan, disorientasi, koma, tremor, kejang, kelemahan otot, kehilangan penglihatan, mati rasa, dan kelumpuhan.
Saat ini, tidak ada obat khusus yang tersedia untuk mengobati infeksi virus West Nile, bahkan antibiotik tidak efektif untuk mengatasi infeksi virus. Pengobatan umumnya fokus pada meredakan gejala dan mendukung pemulihan. Untuk kasus yang lebih ringan, perawatan di rumah melibatkan istirahat yang cukup, asupan cairan yang adekuat, dan penggunaan obat pereda nyeri yang dijual bebas untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Sementara untuk kasus infeksi yang lebih parah, pasien sering kali memerlukan perawatan di rumah sakit. Di rumah sakit, perawatan suportif seperti infus cairan, obat pereda nyeri, dan perawatan dapat diberikan untuk membantu mengatasi gejala dan mendukung pemulihan.
8. Japanese Encephalitis
Seseorang yang digigit nyamuk Culex, terutama Culex tritaeniorhynchus, berisiko mengalami penyakit radang otak yang disebut Japanese encephalitis. Penularan Japanese encephalitis terjadi ketika nyamuk menggigit hewan yang terinfeksi virus ini, umumnya babi dan burung air. Nyamuk tersebut kemudian dapat menyebarkan virus ke manusia melalui gigitannya. Meski demikian, virus ini tidak dapat menular antarmanusia.
Gejala penyakit yang lebih sering terjadi di musim penghujan ini biasanya mulai muncul selang 5–15 hari setelah digigit nyamuk. Beberapa gejala umum Japanese encephalitis adalah demam, sakit kepala, dan mual. Pada anak-anak, infeksi Japanese encephalitis umumnya menyebabkan kejang. Pengobatan pasien Japanese encephalitis akan disesuaikan dengan gejalanya. Sementara itu, pencegahannya bisa dilakukan dengan vaksinasi Japanese encephalitis (JE).
9. La Crosse Encephalitis
Ensefalitis La Crosse (LAC) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus RNA yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes triseriatus yang berkembang biak di lubang pohon dan wadah buatan. Inang vertebrata yang menularkan virus ini adalah tupai dan bajing pohon. Virus ini pertama kali ditemukan di La Crosse, Wisconsin, pada tahun 1963. Penyakit ini paling sering dilaporkan di negara bagian Midwest bagian utara dan Virginia Barat dan lebih sering menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang bervariasi dari ringan hingga berat seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, kebingungan mental, kelesuan, kejang tiba-tiba, kelumpuhan, tremor otot, koma. Penanganan ensefalitis La Crosse melibatkan penghilangan gejala dan kadang-kadang penggunaan obat antivirus.
10. St Louis Encephalitis
Ensefalitis St. Louis (SLE) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus ensefalitis St. Louis, dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex yang terinfeksi. SLE adalah penyakit langka tetapi sangat serius yang melibatkan peradangan dan pembengkakan otak. Virus ini pertama kali dikenali pada tahun 1933 di Amerika Serikat, dan sejak saat itu telah menyebabkan wabah besar secara berkala di seluruh AS.
Gejala yang ditimbulkan antara lain demam, kedinginan, sakit kepala, kantuk, mual, sakit tenggorokan atau batuk, tanda-tanda meningeal dan neurologis. Lansia berisiko lebih besar terkena dan mengalami komplikasi parah. Tidak ada pengobatan khusus, tetapi istirahat, minum cairan, dan obat pereda nyeri dapat meredakan gejala.
11. Eastern dan Western Equine Encephalitis
Western Equine Encephalitis, virus encephalitis golongan ini penyebarannya terdapat di Amerika Serikat bagian barat dan di Kanada. Sebenarnya virus ini menginfeksi pada kuda yang menimbulkan angka kematian yang tinggi, tetapi manusia juga dapat terinfeksi virus ini mulai penyakit ringan sampai berat. Vektor dari virus encephalitis ini adalah Culex tarsalis. Gejala klinis dari penyakit western equine encephalitis pada manusia dapat berupa demam tinggi, dengan sakit kepala yang hebat dan muntah-muntah.
Eastern Equine Encephalitis, virus encephalitis golongan ini penyebarannya terdapat di Amerika Serikat bagian timur dan selatan. Berbeda dengan western equine encephalitis, penyakit ini dapat menyebabkan kematian yang tinggi pada kuda maupun manusia terutama pada anak-anak. Gejala klinis dari eastern equine encephalitis berupa demam tinggi, muntah-muntah, kejang dan koma dan dalam waktu 2 hari penderita bisa meninggal, bila anak-anak terkena penyakit ini sembuh dari penyakitnya biasanya terdapat gejala sisa yang berupa kelumpuhan, sering kejang, dan kemunduran intelegensia. Vektor penyakit eastern equine encephalitis adalah nyamuk dari genus culex, anopheles, aedes, mansonia, dan genus lalat penghisap darah yaitu culicoides.
(sdp).
Sumber:
https://id.worldmosquitoprogram.org/