Detail Artikel


  • 09 Agustus 2021
  • 2.399
  • Artikel

VAKSIN BUKAN HOAKS

Pernahkah anda melihat video dengan narasi “Video Iring-Iringan Presiden Jokowi Pulang Kampung”, dimana caption yang tertera menjelaskan bahwa sang RI1 pulang kampung di saat peraturan dilarang mudik berlaku. Atau mungkin anda pernah menerima informasi melalui media sosial, yang menarasikan “10 Dokter Wafat karena COVID-19 dalam Waktu 24 Jam setelah Disuntik Vaksin” dengan mengabarkan adanya 10 dokter meninggal karena COVID-19 dalam waktu 24 jam, dimana mereka disebutkan meninggal meski sudah disuntik vaksin Covid-19. Yang lebih baru, muncul artikel yang menarasikan “Mengonsumsi Air Hangat dan Berkumur Dengan Air Garam Dapat Hilangkan Virus Corona”, bahkan di deksripsinya mencatut nama seorang dokter dari China dan bahkan mengatakannya sebagai strategi China dalam menekan angka kasus Covid-19 di negara tirai bambu tersebut.

Walaupun dilengkapi dengan penjelasan ataupun gambar-gambar yang meyakinkan, namun jangan ada sedikit pun kepercayaan pada informasi beredar semacam tersebut, karena itu adalah berita bohong atau yang lebih familiar disebut hoaks. Memang saat ini, sangat banyak berita bohong semacam ini beredar, dan tak sedikit yang meresahkan masyarakat hingga menimbulkan kekacauan. Kita seolah dituntut untuk bersikap cerdas dengan memilih dan memilah informasi yang benar, serta saring sebelum sharing informasi-informasi yang kita dapatkan.

Hoaks, Menurut KBBI bermakna makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran. Hoaks bukan sekadar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta. Walaupun seolah populer dan menancapkan panggung di masa-masa kejayaan media sosial, namun faktanya, hoaks sendiri telah memiliki sejarah panjang. Sejarah mencatat, tahun 1745 ada kisah soal Benjamin Franklin lewat harian Pennsylvania Gazette mengungkap adanya sebuah benda bernama “Batu China” yang dapat mengobati rabies, kanker, dan penyakit-penyakit lainnya. Sayangnya, nama Benjamin Franklin saat itu membuat standar verifikasi kedokteran tidak dilakukan sebagaimana standar semestinya.Meski begitu, ternyata batu yang dimaksud hanyalah terbuat dari tanduk rusa biasa yang tak memiliki fungsi medis apapun. Kemunculan internet semakin memperparah sirkulasi hoaks di dunia, apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di masyarakat dan menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang membagikannya.

Dari sekian banyak hoaks yang beredar di masyarakat, sebenarnya memiliki pola yang sama. Dari pola-pola yang sama tersebut akhirnya dapat dikelompokkan ke dalam 7 jenis hoaks, yaitu :

  • Satire / Parodi

Satire atau parodi, dibuat dengan tidak berniat untuk merugikan, tetapi berpotensi untuk mengelabui. Satire tidak termasuk konten yang membahayakan. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih banyak yang menanggapi informasi dalam konten tersebut sebagai sesuatu yang serius dan menganggapnya sebagai kebenaran.

  • Konten Menyesatkan

Konten yang menyesatkan atau misleading content, di dalamnya biasanya ada penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu. Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.

  • Konten tiruan

Konten tiruan atau Imposter content adalah ketika sebuah sumber asli ditiru atau diubah untuk mengaburkan fakta sebenarnya. Konten palsu ini juga bisa berbentuk konten tiruan dengan cara mendompleng ketenaran suatu pihak atau lembaga.

  • Konten Palsu

Konten palsu berupa konten baru yang 100% salah dan secara sengaja dibuat, didesain untuk menipu serta merugikan.

  • Keterkaitan yang Salah

Keterkaitan yang Salah, atau False connection Ini adalah ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung konten atau tidak terikat antara satu dengan yang lainnya. Ciri paling gamblang dalam mengamati konten jenis ini adalah ditemukannya judul yang berbeda dengan isi berita. Konten jenis ini biasanya diunggah demi memperoleh keuntungan berupa profit atau publikasi berlebih dari konten sensasional.

  • Konten yang Salah

Konten yang Salah atau False context, ketika konten yang asli dipadankan atau dikait-kaitkan dengan konteks informasi yang salah.

  • Konten yang Dimanipulasi

Konten yang Dimanipulasi atau Manipulated content ketika informasi atau gambar yang asli sengaja dimanipulasi untuk menipu. Secara sederhana, konten jenis ini dibentuk dengan cara mengedit konten yang sudah ada dengan tujuan untuk mengecoh publik.

Berbagai cara telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang peduli dengan maraknya hoaks di kehidupan masyarakat. Pemerintah telah membuat pagar hukum dengan menyetujui lahirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektonik, memblokir situs-situs yang menyebarkan hoaks, menangkap sindikat penyebar hoaks hingga membentuk lembaga siberkreasi yang berfokus dalam menangani hoaks. Masyarakat juga turut serta dalam menekan peredaran hoaks dengan memberikan klarifikasi terhadap hoaks, misalnya Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) yang secara aktif dan peduli memberikan klarifikasi akan hoaks hingga melakukan literasi media, baik dikalangan masyarakat hingga jurnalis. Meski begitu, masih banyak saja hoaks yang masih berkeliaran meresahkan. Tetap eksisnya hoaks dikarenakan beberapa alasan, yaitu jurnalisme yang lemah, ekonomi yang lemah, kemunculan internet semakin memperparah sirkulasi hoaks munculnya media abal-abal yangsama sekali tak menerapkan standar jurnalisme, rendahnya kualitas pendidikan, serta literasi media yang rendah.

Saat ini, dunia seolah menghadapi 1 permasalahan yang betul-betul mendunia dan menimbulkan dampak mendunia. Ya, itu adalah masalah Pandemi Covid-19. Setelah kemunculannya pada Desember 2019 dan kemudian ditetapkan sebagai Pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020, hingga kini permasalahan Covid-19 sudah memberikan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Berawal dari dampak kesehatan, pandemi memberikan dampak lanjutan pada sisi ekonomi dan sosial, termasuk memaksa kita untuk menerapkan tatanan hidup baru.

Pemerintah Indonesia tiada henti berusaha menghentikan pandemi, dengan mengusung semangat Kesehatan Pulih Ekonomi Bangkit. Langkah besar terakhir yang diambil adalah dengan vaksinasi, dan ditargetkan semua masyarakat Indonesia divaksinasi. Dengan mengusung target untuk menciptakan kekebalan komunitas atau herd immunity, pemerintah bahkan sampai menyisihkan anggaran begitu besar untuk pembiayaan vaksinasi. Namun, usaha dan pencapaian target tersebut ternyata bukan hal yang mudah, karena banyak ditemukan masalah di lapangan, yang salah satunya adalah karena banyak beredarnya informasi bohong alias hoaks. Hoaks yang menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat, hoaks yang menakut-nakuti masyarakat.dan hoaks yang meresahkan, sehingga membuat banyak masyarakat yang akhirnya percaya dan akhirnya enggan untuk divaksin.

Akhirnya pelaksanaan vaksin bukan tentang hanya vaksin, distribusi, SDM kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi juga tentang perlawanan terhadap peredaran hoaks. Melalui website resmi dan akun media sosial resmi intansi-instansi pemerintah, telah tersedia informasi-informasi benar baik tentang Covid-19 maupun tentang vaksin Covid-19. Termasuk juga tersedia informasi perlawanan terhadap informasi salah, atau lebih dikenal dengan Hoax Buster. Beberapa alamat yang bisa diakses untuk informasi Covid-19 dan Vaksin adalah :

  1. Website resmi satgas Covid-19 nasional dan KPCPEN di www.covid19.go.id
  2. Website resmi Kementerian Kominfo RI di www.kominfo.go,id
  3. Website resmi Covid DIY di www.corona.jogjaprov.go.id
  4. Website resmi Dinas Kesehatan DIY di www.dinkes.jogjaprov.go.id
  5. Instagram Humas Pemda DIY di www.instagram.com/humasjogja/
  6. Instagram Dinas Kominfo DIY di www.instagram.com/kominfodiy/
  7. Instagram Kementerian Kesehatan DIY di www.instagram.com/kemenkes_ri/
  8. Instagram Dinas Kesehatan DIY di www.instagram.com/dinas_kesehatan_diy/

 

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit. Pemberian vaksin (imunisasi) dilakukan untuk mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi penyebab penyakit - penyakit tertentu. Vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia adalah aman dan semua vaksin yang akan disebarkan di Indonesia harus dipastikan lulus uji klinis dan evaluasi dari BPOM terlebih dahulu.Vaksin Covid-19 yang akan diedarkan bukan untuk uji klinis. Vaksin Covid-19 tidak mengandung sel vero. Vaksin Covid-19 telah mendapat sertifikat Halal MUI.

Mari akses informasi yang benar, dan terapkan prinsip saring sebelum sharing, yang berarti mencari kebenaran informasi, dan menyebar jika terbukti benar serta menghentikan penyebaran jika itu berita tidak benar atau hoaks. Mari sukseskan program vaksinasi Covid-19, dan disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M. Kesehatan Pulih Ekonomi Bangkit.

 

 

Sumber :

 

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 11.563
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 20.883.740