Pertolongan Pertama Pada Kasus Keracunan Makanan
Hallo Sobat Jogja! Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat dan bahagia selalu.
Adakah di antara Sobat Jogja yang pernah menjumpai kasus keracunan makanan? Atau justru Sobat Jogja sendiri yang pernah mengalami keracunan makanan? Pada kesempatan kali ini kita akan bersama-sama belajar tentang pertolongan pertama pada kasus keracunan makanan. Yuk kita simak bersama!
Keracunan menjadi fenomena yang menyebar dan berbahaya di dunia (Alnasser et al, 2020). Keracunan makanan adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala dan tanda keracunan yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang diduga mengandung cemaran biologis atau kimia (Permenkes RI No. 2 Tahun 2013). Penyakit akibat keracunan makanan turut meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas seluruh dunia. Badan POM Indonesia pada tahun 2017 mencatat jumlah orang yang terpapar keracunan makanan adalah sebanyak 5293 orang. Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan yang dilaporkan pada tahun 2017 adalah 2041 orang sakit, 3 orang meninggal dunia dengan Attack Rate (AR) sebesar 38,56 % dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0.15%. KLB keracunan makanan masih banyak terjadi di Pulau Jawa, 5 provinsi dengan KLB keracunan pangan tertinggi tahun 2017 adalah Jawa Barat sejulah 25 kejadian, Jawa Tengah 17 kejadian, Jawa Timur 14 kejadian, Bali 13 kejadian dan NTB 12 kejadian. Hal ini menunjukkan bahwa KLB keracunan makanan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu diprioritaskan penanganannya (Mustika, 2019).
Secara global, WHO memperkirakan terdapat 31 agen berbahaya (terasuk virus, bakteri, parasit, toksin dan kimia) penyebab 600 juta kesakitan dan 420.000 kematian. Agen penyebab diare seperti norovirus, Salmonela enterica, Campylobacter dan E.Coli. sedangkan penyebab kematian utama keracunan adalah Salmonela thypi, Taenia solium, virus Hepatitis A dan aflotoxin (WHO, 2015). Beberapa penyebab keracunan makanan menurut Mustika (2019) antara lain karena virus, bakteri, jamur, parasit, ikan, tanaman, bahan kimia. Bahan kimia yang dimakasud adalah bahan kimia yang dicampurkan dengan makanan, seperti MSG, zat pemanis buatan, pengawet makanan dan zat pewarna makanan.
Menurut Selinawati (2019), keracunan makanan adalah jenis keracunan yang sering di alami oleh anak usia sekolah. Keracunan berasal dari beberapa jajan makanan yang belum terjamin kebersihannya. Menurut Gupta (2018), 3 bakteri penyebab keracunan makanan adalah E. Coli, Salmonella dan listeria. E. Coli merupakan bakteri yang paling berbahaya, biasanya ditemukan pada makanan yang terkontaminasi, makanan yang dimasak belum terlalu matang. Tanda keracunan E.Coli sendiri adalah diare tanpa demam, dengan 5% kasus kejadian memburuk menjadi gagal ginjal. Tanda keracunan makanan karena Salmonella bisa tanpa tanda gejala, naun bisa juga mengalami mual, muntah sampai diare. Keracunan merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam nyawa, segera tangani dengan benar. Oleh karena itu, setiap orang harus mampu melakukan pertolongan pertama (Thygerson, 2011).
Menurut literatur review yang dilaukan oleh Arisanti, Indriani dan Wilopo (2018), kejadian keracunan makanan yang berasal dari jajanan menempati urutan ketiga (18,3%) setelah keracunan makanan rumah tangga (46,9%) dan makanan jasa boga (18,9 %). Selain itu, penyebab lain adalah makanan non industri rumah tangga pangan (4%), makanan industri rumah tangga pangan (2,3%), makanan segar (2,3), lain-lain (dapur pesantren, pengungsian) (5,1) dan penyebab tidak diketahui (2,3%). Faktor yang mempengaruhi pada kasus keracunan makanan adalah pengolahan makanan yang terkait dengan ketahanan hidup patogen, persiapan yang lama sebelum makanan dihidangkan, dan kesalahan dalam menyimpan makanan (Arisanti, Indriani dan Wilopo, 2018). Di negara berkembang (termasuk Indonesia), keracunan makanan biasanya disebabkan oleh produk lokal, yang dikemas dan dilabeli dengan buruk.
Pada kondisi yang parah, keracunan memerlukan penanganan medis darurat. Akan tetapi, pertolongan pertama bisa membantu mencegah risiko berbahaya yang disebabkan oleh keracunan. Beberapa gejala keracunan makanan yang umum terjadi dan memerlukan pertolongan pertama adalah sebagai berikut :
- Mual dan muntah.
- Diare, kemungkinan disertai darah jika penyebabnya adalah bakteri EHEC atau Campylobacter.
- Dehidrasi.
- Nyeri kepala.
- Nyeri dan kram perut, biasanya terjadi 12–72 jam setelah makan.
Pertolongan Pertama Keracunan Makanan
Penderita keracunan makanan sebaiknya ditangani oleh dokter untuk mendapat pengobatan medis dengan tepat. Namun, sebelum mendapatkan penanganan rumah sakit, terdapat beberapa langkah pertolongan pertama keracunan makanan yang dapat dilakukan untuk meredakan gejalanya. Berikut penjelasannya :
1. Mencukupi Cairan Tubuh
Orang yang keracunan makanan biasanya akan mengalami gejala mual dan muntah serta diare, yang muncul dalam 6–48 jam setelah makan. Apabila gejala tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, kondisi ini berisiko menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi. Oleh karena itu, penderita disarankan untuk tetap mengonsumsi air mineral atau cairan elektrolit sedikit demi sedikit guna menjaga keseimbangan cairan tubuhnya. Hal tersebut juga berguna untuk membuang racun di dalam tubuh.
2. Muntah dalam Posisi yang Tepat
Hindari posisi berbaring apabila gejala mual dan muntah masih berlanjut. Penderita disarankan untuk duduk dalam posisi tegak. Hal ini bertujuan untuk mencegah muntah masuk ke dalam saluran pernapasan yang berisiko menyebabkan penderita mengalami gangguan pernapasan. Pada saat muntah, posisikan kepala sedikit menunduk agar makanan tidak kembali turun ke tenggorokan untuk mencegah risiko tersedak.
3. Mengonsumsi Makanan yang Tepat
Membatasi asupan makanan hingga gejala keracunan mereda. Penderita disarankan untuk mengonsumsi makanan rendah lemak yang mudah dicerna, seperti pisang, madu, bubur, dan kentang. Menghindari minuman beralkohol, kafein, susu, makanan pedas, berminyak, atau makanan dan minuman asam untuk sementara waktu karena berisiko memperburuk gejala keracunan.
4. Mengonsumsi Air Jahe
Pertolongan pertama keracunan makanan basi atau makanan tidak higienis juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi air jahe. Air jahe diketahui dapat membantu meredakan gejala keracunan seperti mual dan nyeri perut. Selain itu, air rebusan jahe juga dapat memberi efek menenangkan pada saluran pencernaan sehingga cukup baik dikonsumsi oleh penderita gangguan pencernaan lainnya.
5. Menghindari Mengonsumsi Obat Tanpa Resep Dokter
Muntah dan diare akibat keracunan makanan merupakan proses alami tubuh untuk mengeluarkan racun dari saluran pencernaan. Ketika sedang mengalami kondisi ini, sebaiknya menghindari mengonsumsi obat antidiare tanpa resep dokter karena berpotensi memperburuk gejala keracunan.
6. Istirahat yang Cukup
Apabila gejala keracunan sudah mulai mereda, usahakan untuk tidak terburu-buru melakukan aktivitas. Penderita keracunan makanan disarankan beristirahat secara optimal guna memberikan waktu pada tubuh agar bisa pulih sepenuhnya.
7. Segera Periksa ke Dokter
Apabila gejala yang dialami penderita tak kunjung membaik, maka langkah selanjutnya yang paling efektif adalah mencari pertolongan medis. Penanganan dari dokter dibutuhkan dengan cepat jika penderita mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala berikut ini :
- Muntah berkelanjutan dan kesulitan untuk mengonsumsi makanan serta minuman.
- Muntah disertai darah atau BAB berdarah.
- Nyeri perut hebat.
- Diare tak kunjung berhenti setelah tiga hari.
- Mengalami gejala dehidrasi, seperti mulut kering, haus berlebihan, nyeri kepala, dan sulit BAB.
- Mengalami gejala neurologi, seperti kesemutan, kelemahan otot, atau penglihatan kabur, gelisah.
Pada beberapa kasus yang parah, keracunan makanan bahkan dapat menyebabkan penderitanya tidak sadarkan diri, kejang, hingga sesak napas. Oleh karena itu, penting untuk memahami beberapa gejala di atas, dan segera mengunjungi Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dari dokter.
Kita mungkin bisa memastikan makanan diolah dengan baik dan bersih jika memasaknya sendiri di rumah. Namun, saat makan di luar atau di restoran, kita mungkin tidak bisa mengecek dapur dan juru masak saat mengolah makanan. Berikut ini beberapa tips mencegah keracunan makanan saat kita harus makan di restoran:
- Pesan makanan yang dimasak dengan benar. Perlu diketahui, makanan seperti daging, ayam, dan ikan, harus dimasak dengan suhu yang cukup tinggi untuk membunuh kuman berbahaya yang mungkin ada. Jika restoran menyajikan daging, ayam, ikan, atau telur yang kurang matang, sebaiknya kembalikan makanan untuk dimasak hingga aman untuk dikonsumsi.
- Hindari makanan suam-suam kuku. Perlu dicermati, makanan dingin harus disajikan dingin, sedangkan makanan panas harus disajikan panas. Jika kamu mengonsumsi makanan dari buffet atau salad bar, pastikan makanan yang disajikan memiliki panas mengepul, sedangkan makanan dingin benar-benar sedingin es. Sebab, kuman penyebab keracunan makanan dapat berkembang biang secara cepat saat makanan berada di zona ‘bahaya’, yaitu antara 4 derajat Celsius hingga 60 derajat Celsius.
- Jangan ragu untuk bertanya. Tanyakan pada juru masak atau petugas restoran apakah mereka menggunakan telur yang dipasteurisasi dalam makanan seperti saus salad caesar, custard, tiramisu, dan mayonaise. Sebab telur mentah atau kurang mata bisa membuatmu sakit, kecuali jika telur sudah melewati proses pasteurisasi untuk membunuh kuman.
Okay Sobat Jogja, berikut tadi adalah bagaimana cara melakukan pertolongan pertama pada kasus keracunan makanan. Semoga bermanfaat! (sdp).
Referensi
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2/pertolongan-pertama-atasi-keracunan-makanan-basi
https://rsud.sukoharjokab.go.id/v3/page/detail/informasi-pelayanan-keracunan
Fitriana, N.F. (2021). Gambaran Pengetahuan Pertolongan Pertama Keracunan Makanan . Jurnal Kesehatan Tambusai Volume 2, Nomor 3.