Masih Muda Sudah Hipertensi, Kok Bisa?
Hipertensi pada remaja Indonesia merupakan masalah kesehatan yang semakin lama semakin meningkat penderitanya. Menurut Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2017 resiko hipertensi pada remaja Indonesia mencapai 23% dan pada tahun 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%. Hipertensi merupakan penyakit serius karena dapat meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya. Pada remaja, hipertensi juga merupakan suatu masalah karena remaja yang mengalami hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Oleh karena itu, perlu diupayakan pencegahan sejak dini sebelum munculnya komplikasi atau masalah kesehatan lainnya.
Berdasarkan penelitian Hernawan dan Prestiaji (2023), faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada usia remaja adalah gaya hidup yang tidak sehat. Remaja saat ini tumbuh dan besar di lingkungan yang serba instan dan tidak sehat. Kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, konsumsi natrium berlebih, stres psikogenik, obesitas, dan aktivitas fisik berpengaruh secara bermakna terhadap kejadian hipertensi pada usia remaja. Obesitas dan aktivitas fisik merupakan faktor dominan terhadap risiko hipertensi pada usia remaja.
Diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada remaja. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Kusparlina (2022), yang menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada remaja yang obesitas jauh lebih tinggi dari pada remaja yang tidak obesitas. Terjadinya obesitas dimulai dari seringnya mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Meskipun saat ini banyak makanan yang mengandung energi sehat, namun ternyata lebih banyak makanan dengan energi tidak sehat dipilih dan dikonsumsi di kalangan remaja. Makanan dengan energi yang tidak sehat itu sering disebut dengan EDNP (energy-dense, nutrient poor foods). EDNP ini dikategorikan menjadi 5 jenis, yaitu lemak, pemanis, makanan penutup, snack asin, dan lain-lain. Kebiasaan senang mengonsumsi makanan dengan densitas tinggi ini memungkinkan tubuh memperoleh tambahan energi sehingga tanpa disadari asupan energi ke dalam tubuh melebihi kebutuhan dan dampaknya berupa timbunan lemak dalam tubuh. Kebiasaan seperti itu akan memudahkan terjadinya obesitas. Banyaknya lemak dalam tubuh menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, obesitas juga terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Aktivitas fisik yang kurang juga dilaporkan merupakan faktor risiko hipertensi pada usia remaja. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah tidak hanya karena penurunan berat badan namun juga dapat secara langsung menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik mempunyai hubungan dengan hipertensi dimana aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan ketahanan perifer yang dapat menurunkan tekanan darah dan melatih otot jantung sehingga mudah menjadi terbiasa jika jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Orang yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik memiliki kecenderungan mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung harus bekerja lebih keras pada saat kontraksi, hal tersebut menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya hipertensi.
Tatalaksana terapi terapi hipertensi pada remaja dapat dilakukan secara non farmakologi dan farmakologi. Remaja yang menderita pra hipertensi atau hipertensi ringan, hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan terapi non farmakologi seperti penurunan berat badan, peningkatan aktivitas fisik, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi alkohol, olahraga, dan mengurangi konsumsi garam. Pengobatan farmakologi diberikan kepada remaja yang menderita hipertensi berat, atau yang tidak respon dengan pengobatan non farmakologi. Jenis obat yang dapat dikonsumsi untuk terapi, yaitu obat b-adrenergic blocker, ACE inhibitor, calcium channel antagonist, serta obat diuretik.
Sumber : dari berbagai referensi
Seksi Farmakmin dan Alkes Bidang SDK Dinkes DIY bersama Muliahati Damar Sajati (mahasiswa magang dari Fakultas Farmasi UGM)
Daftar Pustaka :
https://fkm.unair.ac.id/hipertensi-tak-pernah-pandang-usia-remajapun-banyak-yang-terkena/
Hernawan, B., & Prestiaji, U. (2023). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa Muda. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 14(4), 740-745.
Kusparlina, E. P. (2022). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Remaja. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 13(1), 124-131.
Saing, J. H. (2016). Hipertensi pada remaja. Sari Pediatri, 6(4), 159-65.