Detail Berita


  • 25 Juni 2018
  • 9.523
  • Berita

Hamil saat Usia Remaja? Kenali Risikonya

Lahirnya seorang anak dalam kehidupan pernikahan merupakan salah satu berkah yang ditunggu-tunggu.  Anak, selain sebagai penerus keturunan, juga merupakan anugerah, amanah, dan sumber kebahagiaan dalam keluarga.

Namun yang terjadi di masyarakat, seringkali kehamilan terjadi pada saat seorang perempuan masih berusia remaja. Sebagian disebabkam karena Kehamilan yang Tidak Dikehendaki (KTD) ataupun sebagian yang lain merupakan kehamilan yang dikehendaki, karena pilihan untuk menikah muda.

Sumber dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010 menunjukkan bahwa angka perkawinan usia dini di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu sebesar 46,7% pada usia 15-19 tahun, dan sebesar 5% pada usia 10-14 tahun. Sedangkan di DIY Tahun 2016, data dari Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY menunjukkan angka dispensasi nikah sebanyak 346 kasus, dan data dari Dinas Kesehatan DIY menunjukkan data jumlah persalinan remaja sebanyak  776 kasus.

Sebenarnya, apa saja risiko yang dihadapi remaja yang mengalami kehamilan dan persalinan?

1.     Kehamilan remaja 4,5 kali lebih besar berpeluang terjadi kehamilan risiko tinggi.

Perempuan usia remaja, masih mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mentalnya. Tentunya adanya kehamilan akan memberi beban tersendiri bagi tubuh maupun psikologisnya.

Remaja yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia, juga sangat berpeluang menjadi kehamilan yang berisiko tinggi.

2.    .Risiko preeklamsia lebih besar 2,5 kali

Kondisi organ reproduksi yang belum sempurna dan keadaan anemia pada remaja meningkatkan kejadian keracunan kehamilan pada remaja. Hal ini dapat berisiko menimbulkan kematian.

3.     Terjadi partus macet.

Saat proses persalinan, dapat berisiko macet atau berhenti. Hal ini karena masalah malposisi janin, disproporsi kepala panggul, kekuatan his, dll.

4.     Disproporsi kepala panggul (DKP)

Organ reproduksi remaja belum sempurna, sehingga ukuran panggul juga belum sempurna. Jadi pada saat persalinan, berisiko tidak seimbang antara besar kepala janin dengan lebar panggul.

5.      Malposisi janin

Malposisi janin adalah letak janin dalam rahim yang tidak normal, misal melintang, atau posisi kaki di bawah. Hal ini tentunya menyulitkan proses persalinan.

6.     Kontraksi rahim tidak optimal.

Kekuatan kontraksi rahim merupakan faktor penting pada proses persalinan. Pada remaja, kontraksi rahim berisiko blm cukup kuat, sehingga proses persalinan berrmasalah.

7.      Kejadian lahir prematur lebih tinggi

Kondisi organ reproduksi yang belum sempurna dan diperberat dengan asupan nutrisi yang kurang serta anemia, meningkatkan risiko kejadian bayi lahir sebelum waktunya, atau lahir prematur.

8.      Bayi lahir dengan berat lahir rendah

9.    Meningkatnya risiko bayi lahir premtur tentunya juga meningkatkan risiko berat bayi lahir yang rendah, atau dikenal dengan istilah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Selain itu, contoh kasus lain adalah, usia kehamilan yang normal, namun berat bayi rendah karena kurangnya nutrisi dari ibu.

        Demikian, berbagai risiko yang bisa dihadapi remaja yang mengalami  kehamilan dan persalinan.

Dari berbagai sumber (pf26)

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 24.797
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.192.933