Burn Out: Mungkinkah terjadi pada ASN?
Apakah Anda pernah merasa kelelahan dan stres tiba-tiba karena berusaha menangani banyak tugas sekaligus? Jika iya, kamu tidak sendirian. Orang yang biasanya memiliki banyak kesibukan dalam waktu yang sama rentan terkena burnout syndrome yang bisa berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental. Burnout merupakan kondiis fisik dan mental yang timbul karena stress kronis di tempat kerja, yang ditandai dengan keleahan emosional, perasaan putus asa, serta penurunan minat dan motivasi terhadap pekerjaaan. ASN (Aparatur Sipil Negara) merupakan aset sumber daya manusia pada pemerintahan negara Indonesia yang salah satu tugasnya sebagai pelaksana pelayanan publik yang dituntut melayani optimal kepada masyarakat.
Tuntutan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selalu optimal menjalankan tugasnya melayani masyarakat menjadikan ASN rentan terkena stress kerja. Menurut Parslow, Jorm, Christensen, Broom, dan Strazdins (dalam Laelasari & Meily, 2016) pada tahun 2004 pada sampling di pemerintah Australia menunjukkan bahwa stress pada pegawai pemerintah wanita meningkat seiring dengan jam kerja yang panjang dan ketidakmampuan mereka dalam melakukan kontrol terhadap pekerjaan, sementara pada pegawai pemerintah pria, tingkat stress bertambah seiring dengan rasa ketidakamanan dalam melakukan pekerjaan dan juga lemah dalam melakukan kontrol terhadap pekerjaannya.
Mengapa ASN berpotensi untuk mengalami Burnout?
Stress kerja yang berkelanjutan dapat mengakibatkan munculnya burnout atau kejenuhan bekerja pada pegawai. Menurut WHO (World Health Organization) burnout sebagai suatu fenomena kelelahan bekerja dan digambarkan sebagai sindrom stress kronis akibat pekerjaan yang belum berhasil dikelola. Burnout memiliki tiga elemen: perasaan lelah, terasingkan dari pekerjaan dan kinerja yang buruk di tempat kerja (BBC,2019).
Dari definisi diatas, ASN memiliki peluang untuk mengalami burnout karena kejenuhan bekerja karena pekerjaan yang monoton, stress kerja karena sebagai profesi yang melayani manusia yang menuntut kecepatan kerja daeterlibatan emosi yang tinggi.. Beberapa survei menunjukkan ASN yang bekerja di sektor pemerintahan di Indonesiapada kasus di lingkungan Sektretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI diperoleh hasil bahwa proporsi stress akibat kerja bervariasi dan Tingkat ringan (6,5%), sedang (33,5%), dan berat (60%). Jika berlanjut berpeluang menjadi burnout. Pegawai yang mengalami burnout cenderung merasa tidak berdaya, kehilangan minat dalam pekerjaan, dan dapat mengalami gangguan tidur dan Kesehatan mental.
Penyebab Utama Burnout
Burnout pada Aparatur Sipil Negara (ASN) disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan dukungan sosial, kondisi kerja, dan beban kerja. Berikut adalah beberapa penyebab utama burnout yang diidentifikasi :
1. Beban Kerja yang Tinggi
ASN sering mengalami beban kerja yang berlebihan, mereka harus menyelesaikan banyak tugas dalam waktu yang terbatas. Hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang berkepanjangan.
2. Kurangnya Dukungan dari Organisasi
ASN yang tidak mendapatkan dukungan yang memadai dari atasan atau rekan kerja serta merasakan terisolasi akan menyebabkan keleahan emosional yang memicu munculnya burnout. Dukungan seperti pelatihan, supervisi yang baik, dan akses terhadap sumber daya manusia penting bagi kesejahteraan mental ASN.
3. Birokrasi yang Kaku
Sistem birokrasi yang kompleks dan prosedur administratif yang Panjang dapat membuat ASN merasa terjebak dan frustasi. ASN dihadapkan pada tantangan dalam membuat perubahan atau memberikan Solusi yang efektif dan efisien karena keterbatasan ruang gerak dalam sistem tersebut.
4. Ketidakjelasan Peran
ASN mengalami ketidakjelasan dalam menjalankan tugas atau peran. Mereka melaksanakan pekerjaan di luar job deskripsi jabatan yang ditempati. Ketidakjelasan ini dapat membuat mereka merasa tidak efektif, yang pada akhirnya menyebabkan kelalahan emosional dan mental.
5. Tuntutan dari Masyarakat yang Tinggi
ASN yang berasa di garis depan pelayanan publik seperti bidang Kesehatan, pendidikan, dan administrasi, sering kali menghadapi tekanan dari masyarakat yang mengharapkan pelayanan yang cepat dan berkualitas, hal tersebut dapat meningkatkan stress kerja bagi ASN.
Dampak yang terjadi bagi individu dan organisasi jika ASN mengalami burnout:
1. Kesehatan Mental dan fisik
ASN yang mengalami burnout dapat menunjukkan gejala Kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan kelelahan yang berkepanjangan. Burnout juga mempengaruhi Kesehatan fisik, seperti sakit kepala, insomnia, dan gangguan pencernaan.
2. Turnover yang tinggi
ASN yang mengalami burnout mungkin akan mencari pekerjaan di luar instansi pemerintah, yang dapat meningkatkan Tingkat pergantian pegawai. Hal tersebut berdampak pada hilangnya pegawai berpengalaman dan penurunan efektivitas institusi.
3. Penurunan Kinerja
ASN yang mengelami burnout cenderung kehilangan motivasi untuk bekerja, sehingga kinerja mereka menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian tugas dan penurunan kualitas pelayanan publik.
4. Penurunan Kepuasan Kerja
Burnout mengurangi rasa kepuasan dalam pekerjaan. ASN yang merasa Lelah secara emosional cenderung kurang menikmati pekerjaan mereka dan merasa tidak dihargai dalam lingkungan kerja mereka.
Dengan demikian, organisasi mengenali penyebab dan dampak burnout bagi ASN dan organisasi. Selanjutnya penting bagi organisasi untuk mempunyai strategi untuk menangani burnout pada ASN:
1. Pengelolaan Beban Kerja
Penting bagi pimpinan instansi untuk melakukan evaluasi beban kerja bagi ASN dan membagi tugas secara lebih merat. Beban kerja yang realistis, penjadwalan yang fleksibel, dan alokasi sumber daya yang memadai akan membantu ASN mengelola pekerjaan tanpa merasa terbebani.
2. Peningkatan Dukungan Organisasi
Dukungan dari pimpinan dan organisasi sangat penting dalam mengatasi burnout. Program pelatihan, mentoring, dan konseling dapat membantu ASN dalam mengelola stress kerja dan meningkatkan kesejahteraan emosional mereka. Selain itu, menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan suportif dapat meningkatkan kepuasan kerja.
3. Penghargaan dan Apresiasi
Memberikan penghargaan kepada ASN yang berprestasi, baik dalam bentuk promosi, bonus, atau pengakuan formal, dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja. Apresiasi dapat membantu mengurangi risiko burnout dengan membuat ASN merasa lebih dihargai atas kontribusi mereka.
4. Fleksibilitas Kerja
Penerapan kebijakan kerja yang lebih fleksibel, seperti jam kerja yang tidak terlalu kaku dapat membantu ASN dalam mengelola pekerjaan dengan baik, sekaligus mengurangi stress yang berlebihan.
5. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi
ASN perlu memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Pemerintah dapat mendukung program-program yang mendorong kegiatan rekreasi, Kesehatan, dan kebugaran untuk membantu ASN menjaga kesejahteraan fisik dan mental bagi ASN.
Apa yang harus dilakukan organisasi
Burnout merupakan masalah serius yang dihadapi oleh ASN dan perlu ditangani secara efektif untuk menjaga kualitas pelayanan public. Penyebab burnout berakar pada beban kerja yang berlebihan, kurangnya dukungan organisasi, dan tekanan birokrasi. Dengan menerapkan strategi manajemen beban kerja yang lebih baik, meningkatkan dukungan organisasi, serta memberikan penghargaan yang layak, instansi pemerintahan dapat membantu mencegah burnout dan memastikan ASN tetap termotivasi dan produktif dalam menjalankan tugasnya. (DMS-AAP)