Detail Artikel


  • 10 Maret 2016
  • 4.270
  • Artikel

TELITI MEMILIH OBAT HERBAL

TELETI MEMILIH OBAT HERBAL

Tahukan anda Indonesia adalah negara kedua di dunia dengan keanekaragaman hayati terbesar setelah Brasil. “ Indonesia pun terkenal dengan produksi obat-obat herbal meski sudah didahului Tiongkok  dan India,” kata Akhi Faruq, Chief Executive Officer Al Kindi Herbal.

Jepang dan Tiongkok adalah negara dengan penduduk tertua terbanyak  di dunia. Sedangkan di  Indonesia , Yogyakarta termasuk kota dengan penduduknya tertua terbanyak di Indonesia, “ Penduduknya banyak yang mengonsumsi bahan-bahan alami dibandingkan pergi ke dokter.

Memang beberapa waktu terakhir pengobatan herbal makin berkembang 90% pasien biasanya memilih pengobatan herbal ketika tidak puas atau gagal dalam pengobatan konvernsional.” Sayangnya kelemahan herbal di Indonesia pada tingkat ekstraksinya yang rendah. Sementara di luar negeri sudah melakukan ekstraksi tinggi dan pembelahan nano.”

Faruq yang mendalami herbal di California ini mengatakan pengobatan herbal sekarang sudah sangat modern. “ Dikatakan demikian karena membuat suatu produk dari yang tidak memiliki fungsi menjadi memiliki fungsi yang bisa diserahkan dalam pengobatan konvensional. Bahkan sudah ada literatur, jurnal atau data penelitian.”

Sayangnya, herbal bisa menjadi berbahaya karena yang beradar di masyarakat tidak semuanya terukur. Misalnya, penggunaan herbal yang  direbus, tidak semua diketahui beberapa besar takaran pastinya untuk dikonsumsi dan bisa berkhasiat. Oleh karena itu harus ada uji klinisnya.

Lalau bagaimana memilih obat herbal yang benar dan aman menurut Faruq?.

  1. Melihat beberap banyak bukti keberhasilan kesembuhan pasien dan ada uji klinis. Jadi jangan hanya menanyakan beberapa banyak pasien yang sembuh.
  2. Lihat track record narasumber pengobatan herbal tersebut. Bagaimana narasumber bisa mengobati pasien, jika tidak tahu penyakit apa yang akan di obati. Misalnya penyakit  jantung saja banyak jenisnya, kalau tidak tahu perbedaannya, maka tidak mungkin bisa mengobati.
  3. Gali informasi sebanyak dan selengkap mungkin di internet  tentang penyakit yang diderita. Ketika konsultasi  dilakukan, lalu ada statement yang salah atau berbeda dari informasi tersebut, berarti sudah patut diragukan.
  4. Pilihlah pasien yang tidak terlalu banyak, pemeriksaan dalam waktu singkat  tak akan bisa dilakukan anamnesa, riwayat medis , dan pemeriksaan fisik. Saya lebih percaya dengan gejala yang ditangkap, tanda yang didapati dan hasil pemeriksaan.

Faruq sendiri saat melakukan anamnesa memeriksa riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, lalu pemeriksaan fisik. Kalaupun sudah ada riwayat medisnya dari pasien tetapi harus direview ulang apakah diagnosa yang ditegakkan dokter sudah tepat atau tidak.

  1. Lakukan pemeriksaan pendukung seperti lab. Rontgen, baru ditegakkan true diagnosis kemudian dilakukan penatalaksanaan dengan pengobatan herbal dan evaluasi.  Baru dilakukan kontrol rutin tergantung separah apa penyakitnya.(fm)

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 6.482
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 20.056.708