Mengenal Penyakit Japanese Encephalitis
Japanese
Encephalitis (JE)
adalah penyakit radang otak (Ensefalitis) yang disebabkan oleh virus JE.
Manusia dapat terinfeksi virus JE melalui vektor penyebar virus JE yaitu nyamuk
Culex yang terinfeksi virus JE. Jenis nyamuk ini biasa ditemukan di sekitar
rumah antara lain area persawahan, kolam atau selokan (daerah yang selalu
digenangi air). Sedangkan reservoarnya adalah babi, kuda dan beberapa spesies
burung. Nyamuk Culex sifatnya antrosoofilik yang tidak hanya menghisap darah
binatang tapi juga darah manusia, karena itulah melalui gigitan nyamuk dapat
terjadi penularan JE dari hewan kepada manusia. Namun, manusia merupakan dead-end host untuk JE, artinya manusia
tidak menjadi sumber penyebaran virus JE.
Tanda dan gejala Ensefalitis biasanya muncul
antara 4-14 hari setelah gigitan nyamuk (masa inkubasi) dengan gejala utama
berupa demam tinggi yang mendadak, perubahan status mental, gejala
gastrointestinal, sakit kepala, disertai perubahan gradual gangguan bicara,
berjalan, adanya gerakan involuntir ekstremitas ataupun disfungsi motorik
lainnya. Pada anak, gejala awal biasanya berupa demam, iritabilitas, muntah,
diare, dan kejang. Kejadian kejang terjadi pada 75% kasus anak. Sedangkan pada
penderita dewasa, keluhan yang paling sering muncul adalah sakit kepala dan
gejala peningkatan tekanan intrakranial.
JE bisa menyebabkan kematian, angka kematian
akibat JE berkisar antara 5-30%. Angka kematian ini lebih tinggi pada
anak, terutama anak berusia kurang dari 10 tahun. Bilapun bertahan hidup, biasanya
penderita seringkali mengalami gejala sisa (sekuele), antara lain gangguan
sistem motorik (motorik halus, kelumpuhan, gerakan abnormal); gangguan perilaku
(agresif, emosi tak terkontrol, gangguan perhatian, depresi); atau gangguan
intelektual (retardasi); atau gangguan fungsi neurologi lain (gangguan
ingatan/memori, epilepsi, kebutaan).
Sampai saat ini belum ada obat khusus untuk
menyembuhkan penyakit ini, hanya dapat mengurangi gejala (mencegah perburukan
kasus). Oleh karena itu, upaya pencegahan sangat penting. JE dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi dan menghindari gigitan nyamuk (vektor penular JE).
Peningkatan penularan penyakit ini ditengarai disebabkan
beberapa faktor risiko, antara lain: 1) Peningkatan populasi nyamuk pada musim
hujan; 2) Tidak adanya antibodi spesifik JE baik yang didapat secara alamiah
maupun melalui imunisasi; 3) Tinggal di daerah endemik JE; serta 4) Perilaku
yang dapat meningkatkan kemungkinan digigit oleh nyamuk misalnya tidur tanpa
menggunakan kelambu.
Adapun intervensi yang paling utama dalam pencegahan dan pengendalian JE adalah pengendalian vektor baik secara kimiawi maupun non kimiawi, menjaga kebersihan lingkungan permukiman dan peternakan bebas dari habitat perkembangbiakan nyamuk penular JE, penguatan surveilans, dan imunisasi JE pada manusia di samping vaksinasi hewan (babi, kuda dan unggas). Imunisasi merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah JE pada manusia.
Sumber : Kemenkes RI