Detail Artikel


  • 11 Agustus 2020
  • 11.925
  • Artikel

Pembersihan dan disinfeksi permukaan lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan dalam konteks COVID-19

Latar Belakang Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran pernapasan yang diakibatkan oleh SARS-CoV-2 (virus COVID-19). Virus COVID-19 umumnya ditransmisikan melalui kontak fisik erat dan percikan (droplet) dari saluran pernapasan, sedangkan transmisi melalui udara (airborne) dapat terjadi saat prosedur medis yang menghasilkan aerosol dilakukan.1 Pada saat panduan ini diterbitkan, penelitianpenelitian yang ada belum secara meyakinkan mengaitkan transmisi virus COVID-19 dengan permukaan lingkungan yang terkontaminasi. Namun, dokumen panduan interim ini mempertimbangkan bukti kontaminasi permukaan di tempat perawatan kesehatan2 dan pengalaman-pengalaman sebelumnya mengenai kontaminasi permukaan yang kemudian dikaitkan dengan transmisi infeksi corona virus - corona virus lain. Karena itu, panduan ini bertujuan untuk mengurangi peran fomit dalam penularan COVID-19 di tempat pelayanan kesehatan3 dan tempat selain perawatan kesehatan.4

Permukaan lingkungan di tempat pelayanan kesehatan meliputi perabotan dan barang-barang tetap di dalam dan di luar kamar dan kamar mandi pasien, seperti meja, kursi, tembok, tombol lampu dan aksesoris komputer, peralatan elektronik, wastafel, toilet, serta permukaan peralatan medis nonkritis seperti manset pengukur tekanan darah, stetoskop, kursi roda, dan inkubator.5 Di tempat selain perawatan kesehatan, permukaan lingkungan meliputi wastafel dan toilet, alat-alat elektronik (layar sentuh dan alat pengatur), perabotan, dan barang-barang tetap lainnya seperti meja dan lemari dapur, pegangan tangga, lantai, dan tembok.

Permukaan lingkungan tempat perawatan kesehatan di mana prosedur-prosedur medis dijalankan lebih mungkin terkontaminasi virus COVID-19.6-8 Karena itu, permukaan permukaan ini, terutama di tempat di mana pasien COVID-19 dirawat, harus dibersihkan dan didisinfeksi dengan tepat guna mencegah penularan lebih lanjut. Anjuran ini juga berlaku di tempat-tempat isolasi alternatif seperti rumah dan fasilitas non tradisional 9 bagi orang-orang dengan COVID-19 yang mengalami sakit ringan tanpa komplikasi.

Transmisi virus COVID-19 dikaitkan dengan kontak erat antara orang-orang di tempat-tempat tertutup seperti rumah tangga, tempat perawatan kesehatan, dan lingkungan panti jompo serta lembaga hunian.10 Selain itu, di tempat-tempat selain tempat perawatan kesehatan seperti gedung, pusat komunitas keagamaan, pasar, angkutan, dan tempat-tempat usaha yang dapat diakses secara umum, penularan COVID-19 diketahui mudah terjadi. 10,11 Meskipun peran transmisi fomit dan pentingnya disinfeksi di luar lingkungan pelayanan kesehatan masih belum diketahui secara pasti, dokumen ini telah mengadaptasi prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi yang dirancang untuk memitigasi penyebaran patogen di tempat perawatan kesehatan, seperti pembersihan dan disinfeksi, sehingga prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan di lingkungan selain lingkungan pelayanan kesehatan.* Di semua tempat, termasuk tempat-tempat di mana pembersihan dan disinfeksi berkala tidak memungkinkan untuk dijalankan karena keterbatasan sumber daya, sering mencuci tangan dan menghindari menyentuh wajah harus menjadi pendekatan pencegahan utama untuk mengurangi kemungkinan penularan terkait kontaminasi permukaan.21

Seperti coronavirus-coronavirus lainnya, SARS-CoV-2 merupakan virus berselubung yang memiliki selubung lipid luar yang rapuh, sehingga SARS-CoV-2 lebih rentan terhadap disinfektan dibandingkan virus-virus tanpa selubung seperti rotavirus, norovirus, dan poliovirus.22 Persistensi virus COVID-19 pada berbagai jenis permukaan sudah dievaluasi dalam penelitian-penelitian. Salah satu penelitian menemukan bahwa virus COVID-19 tetap viabel hingga 1 hari pada kain dan kayu, hingga 2 hari pada kaca, hingga 4 hari pada stainless steel dan plastik, dan hingga 7 hari pada lapisan luar masker medis.23 Penelitian lain menemukan bahwa virus COVID-19 bertahan selama 4 jam pada tembaga, 24 jam pada kardus, dan hingga 72 jam pada plastik dan stainless steel. 24 Virus COVID 19 juga bertahan di berbagai tingkat pH dan suhu ambien tetapi rentan terhadap panas dan metode disinfeksi standar.23 Namun, penelitian-penelitian ini dijalankan dalam kondisi laboratorium tanpa menjalankan pembersihan dan disinfeksi dan harus diinterpretasikan secara hati-hati untuk lingkungan dunia nyata.

Tujuan dokumen ini adalah memberikan panduan tentang pembersihan dan disinfeksi permukaan lingkungan dalam konteks COVID-19.

Panduan ini diperuntukkan bagi tenaga kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat, dan badan-badan kesehatan yang menyusun serta memberlakukan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur operasi standar (SOP) pembersihan dan disinfeksi permukaan lingkungan dalam konteks COVID-19.†

Prinsip-prinsip pembersihan dan disinfeksi lingkungan

Pembersihan membantu membersihkan patogen atau mengurangi beban patogen secara signifikan; pembersihan merupakan langkah pertama yang penting dalam proses disinfeksi. Pembersihan dengan air, sabun (atau detergen netral), dan bentuk tindakan mekanis tertentu (menyikat atau menggosok) membersihkan dan mengurangi debu, serpihan, dan materi-materi organik lain seperti darah, sekresi, dan ekskresi, tetapi tidak membunuh mikroorganisme.25 Materi organik dapat menghalangi kontak langsung antara disinfektan dengan permukaan dan menonaktifkan sifat-sifat germisida atau moda aksi disinfektan-disinfektan tertentu. Karena itu, disinfektan kimia seperti klorin atau alkohol sebaiknya digunakan setelah pembersihan untuk membunuh mikroorganisme-mikroorganisme yang tersisa.

Larutan disinfektan harus dipersiapkan dan digunakan sesuai anjuran pembuatnya mengenai volume dan waktu kontak. Konsentrasi yang tidak cukup dilarutkan saat dipersiapkan (terlalu tinggi atau terlalu rendah) dapat mengurangi efektivitas larutan disinfektan. Konsentrasi yang tinggi meningkatkan paparan bahan kimia pada pengguna dan juga dapat merusak permukaan. Larutan disinfektan sebaiknya diberikan dalam jumlah yang cukup sehingga permukaan dapat tetap basah dan tidak disentuh dalam waktu yang cukup bagi disinfektan untuk menonaktifkan patogen, sesuai anjuran pembuatnya.

Pelatihan di tempat pelayanan kesehatan

Pembersihan lingkungan merupakan intervensi pencegahan dan pengendalian infeksi yang kompleks yang memerlukan pendekatan dari berbagai sisi, yang dapat mencakup pelatihan, pemantauan, pemeriksaan dan umpan balik, pengingat, dan penempatan salinan SOP di area-area utama.

Pelatihan bagi staf pembersihan harus didasarkan pada kebijakan dan SOP fasilitas pelayanan kesehatan dan pedoman nasional. Pelatihan harus terstruktur, memiliki sasaran yang jelas, dan disampaikan dengan cara yang tepat (seperti melalui partisipasi peserta sesuai tingkat literasi). Pelatihan juga harus bersifat wajib pada saat induksi staf di tempat kerja yang baru. Program pelatihan harus mencakup instruksi tentang penilaian risiko dan memastikan kompetensi yang nyata dalam hal persiapan disinfektan secara aman, pembersihan mekanis dan penggunaan peralatan secara aman, kewaspadaan standar, dan kewaspadaan berbasis penularan. Disarankan agar kursuskursus pengingat /refreshing (refresher courses) dijalankan guna mendorong dan memperkuat praktik baik. Di fasilitas pelayanan kesehatan dan gedung-gedung umum, poster atau panduan lain sebaiknya dipasang sehingga mudah dilihat oleh petugas kebersihan dan orang-orang lain guna memandu dan mengingatkan tentang prosedur persiapan dan penggunaan disinfektan yang tepat.

Teknik dan suplai pembersihan dan disinfeksi

Pembersihan harus dijalankan mulai dari area yang paling terlihat bersih ke area yang paling terlihat kotor dan dari atas ke bawah sehingga serpihan jatuh ke lantai dan dibersihkan belakangan secara sistematis agar tidak ada area yang terlewatkan. Gunakan kain bersih setiap kali memulai sesi pembersihan yang baru (seperti pembersihan rutin di bangsal perawatan umum). Singkirkan kain yang tidak lagi cukup basah dengan larutan disinfektan. Untuk area-area yang dianggap berisiko kontaminasi virus COVID-19 tinggi, setiap tempat tidur pasien sebaiknya dibersihkan dengan kain yang baru. Kain yang sudah kotor harus diproses ulang dengan tepat setelah setiap digunakan dan harus ada SOP tentang frekuensi mengganti kain.

Peralatan pembersihan (misalnya, ember) harus dipelihara dengan baik. Peralatan yang digunakan untuk area isolasi pasien COVID-19 sebaiknya diberi kode warna dan dipisahkan dari peralatan lainnya. Larutan detergen atau disinfektan terkena kontaminasi dalam proses pembersihan dan menjadi semakin tidak efektif jika muatan organiknya terlalu tinggi, sehingga penggunaan larutan yang sama secara terus-menerus dapat memindahkan mikroorganisme ke permukaan-permukaan yang dibersihkan berikutnya. Oleh karena itu, larutan detergen dan/atau disinfektan harus dibuang setelah digunakan di area dengan pasien suspek/terkonfirmasi COVID-19. Disarankan agar disiapkan larutan baru setiap hari atau setiap gilir pembersihan. Ember harus dicuci dengan detergen, dibilas, dikeringkan, dan disimpan dalam posisi terbalik agar kering sepenuhnya saat tidak digunakan.28 

Produk-produk untuk pembersihan dan disinfeksi lingkungan

Ikuti instruksi pembuat untuk memastikan bahwa disinfektan disiapkan dan ditangani secara aman sambil menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai untuk menghindari paparan bahan kimia.26

Pemilihan disinfektan harus mempertimbangkan mikroorganisme yang ingin dibersihkan serta konsentrasi dan waktu kontak yang dianjurkan, kesesuaian dengan disinfektan kimia dan permukaan yang akan ditangani, toksisitas, kemudahan penggunaan, dan stabilitas produk. Pemilihan disinfektan harus memenuhi persyaratan pemasaran pemerintah setempat, termasuk semua peraturan yang berlaku untuk sektor-sektor tertentu, seperti sektor pelayanan kesehatan dan sektor industri pangan misalnya.

Menyemprotkan disinfektan dan metode nirsentuh lainnya

Di dalam ruangan, pemberian disinfektan pada permukaan lingkungan secara rutin dengan cara penyemprotan atau fogging (atau disebut juga fumigasi atau pengabutan) tidak disarankan untuk COVID-19. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan sebagai strategi disinfeksi utama tidak efektif membersihkan kontaminan-kontaminan di luar zona semprot langsung.38 Selain itu, menyemprotkan disinfektan dapat menimbulkan risiko bagi mata, saluran pernapasan, atau iritasi kulit dan imbasnya pada kesehatan.39 Penyemprotan atau fogging bahan kimia tertentu seperti formalin, agen berbasis klorin, atau senyawa amonium kuarterner tidak direkomendasikan karena efek-efek sampingnya pada kesehatan petugas di fasilitas-fasilitas yang sudah menerapkan metode-metode ini.40,41 Menyemprotkan disinfektan pada permukaan lingkungan di tempat pelayanan kesehatan dan tempat selain perawatan kesehatan selain rumah pasien belum tentu efektif membersihkan materi organik dan mungkin tidak menjangkau permukaan yang terhalang benda, kain yang terlipat, atau permukaan dengan bentuknya rumit. Jika akan digunakan, disinfektan diberikan dengan kain atau tisu yang telah dibasahi dengan disinfektan.

Beberapa negara telah mengizinkan penggunaan teknologi pemberian disinfektan kimia nirsentuh (seperti uap hidrogen peroksida) di fasilitas pelayanan kesehatan seperti pemberian disinfektan sejenis fogging. 42 Selain itu, alat-alat yang menggunakan iradiasi UV di fasilitas pelayanan kesehatan telah dirancang. Namun, beberapa faktor dapat berdampak pada efikasi iradiasi UV, seperti jarak dari alat UV; dosis, panjang gelombang, dan waktu paparan iradiasi; penempatan lampu; usia lampu; dan durasi penggunaan. Faktor-faktor lain mencakup apakah alat terhalang atau tidak; ukuran dan bentuk ruang; intensitas; dan pantulan.5 Perlu dicatat bahwa teknologi-teknologi yang dikembangkan untuk digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan ini digunakan dalam  pembersihan terminal (pembersihan kamar setelah pasien pulang atau dipindahkan), saat kamar kosong sehingga keamanan staf dan pasien terjaga. Teknologi-teknologi ini melengkapi tetapi tidak menggantikan prosedur pembersihan manual, yang tetap dibutuhkan.44 Jika teknologi disinfeksi nirsentuh digunakan, permukaan lingkungan harus dibersihkan manual terlebih dahulu dengan menyikat atau menggosok untuk membersihkan materi organik.44

Penyemprotan atau fogging area luar ruangan seperti jalan atau pasar juga tidak direkomendasikan untuk membunuh virus COVID-19 atau patogen-patogen lain karena debu dan serpihan menonaktifkan disinfektan sedangkan materi organik dari tempat-tempat tersebut tidak mungkin dibersihkan semua. Lebih lagi, menyemprot permukaan yang berpori seperti trotoar dan jalur jalan kaki tanpa ubin semakin tidak efektif. Bahkan jika tidak ada materi organik, penyemprotan bahan kimia kemungkinan tidak cukup mencapai semua permukaan selama durasi waktu kontak yang diperlukan untuk menonaktifkan patogen. Selain itu, jalanan dan trotoar tidak dipandang termasuk reservoir infeksi COVID-19. Penyemprotan disinfektan di luar ruangan sekalipun juga dapat membahayakan kesehatan manusia.

Menyemprot orang dengan disinfektan (seperti di dalam bilik, kotak, atau terowongan) dalam keadaan apa pun tidak direkomendasikan. Tindakan ini dapat merugikan secara fisik dan psikologis dan tidak akan mengurangi kemampuan orang yang terinfeksi untuk menyebarkan virus melalui droplet atau kontak. Selain itu, menyemprot orang dengan klorin dan bahan kimia beracun lainnya dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit, bronkospasme akibat terhirupnya bahan kimia, dan efek pada pencernaan seperti mual dan muntah.40,45

Lingkungan tempat perawatan kesehatan

Pembersihan dan disinfeksi lingkungan di fasilitas klinis nontradisional dan tempat perawatan kesehatan di rumah harus mengikuti SOP yang terperinci yang disertai pembagian tanggung jawab yang jelas (misalnya, staf tata graha atau staf klinis) mengenai jenis permukaan dan frekuensi pembersihan (Tabel 3). Pembersihan lingkungan pada permukaan dan benda yang banyak disentuh seperti tombol lampu, pembatas tempat tidur, gagang pintu, pompa infus, meja, teko air/minuman, nampan, pegangan kereta dorong, dan wastafel yang harus sering dilakukan harus mendapat perhatian khusus. Namun, semua permukaan yang dapat disentuh harus didisinfeksi. Praktik pembersihan dan kebersihan harus dipantau secara rutin. Jumlah staf kebersihan harus direncanakan guna mengoptimalisasi praktik pembersihan. Jadwal pembersihan dan waktu selesainya pembersihan harus diberitahukan kepada tenaga kesehatan sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan penilaian risiko yang matang saat melakukan kontak sentuhan dengan permukaan dan peralatan, untuk menghindari mengontaminasi tangan dan peralatan saat merawat pasien.46

Tabel 3. Tempat perawatan kesehatan: Frekuensi pembersihan permukaan lingkungan yang dianjurkan, sesuai area pasien di mana terdapat pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-19.

Area pasien

Frekuensi a

Panduan tambahan

Area skrining/triase

Minimal dua kali sehari

  • Fokuskan permukaan-permukaan yang sering disentuh, kemudian lantai (terakhir)

Kamar pasien/kohort – masih ada pasien

Minimal dua kali sehari, lebih disarankan tiga kali sehari, terutama permukaan-permukaan yang banyak disentuh

  • Fokuskan permukaan-permukaan yang sering disentuh, mulai dari permukaan yang digunakan bersama, kemudian tempat tidur pasien; gunakan kain baru untuk masingmasing tempat tidur jika mungkin; kemudian lantai (terakhir)

Kamar pasien – tidak ada pasien (pembersihan terminal)

Saat pemulangan/pemindahan

  • Sesuai urutan: permukaan yang tidak sering disentuh, permukaan yang sering disentuh, lantai; buang limbah dan lepas linen, bersihkan dan disinfeksi tempat tidur secara menyeluruh

Rawat jalan/ruang perawatan ambulan

Setelah setiap kunjungan pasien (terutama untuk permukaan yang sering disentuh) dan minimal pembersihan terminal sekali setiap hari

  • Permukaan yang sering disentuh didisinfeksi setelah setiap kunjungan pasien
  • Sesuai urutan: permukaan yang tidak sering disentuh, permukaan yang sering disentuh, lantai sekali sehari; buang limbah dan lepas linen, bersihkan dan disinfeksi tempat tidur pemeriksaan secara menyeluruh

Koridor

Minimal dua kali sehari b

  • Permukaan yang sering disentuh termasuk pegangan railing dan peralatan di koridor, kemudian lantai (terakhir)

Kamar mandi/toilet pasien

Toilet kamar pasien pribadi: minimal dua kali sehari Toilet bersama: minimal tiga kali sehar

  • Sesuai urutan: permukaan yang sering disentuh, seperti gagang pintu, tombol lampu, gerai, keran, bejana wastafel, toilet, dan terakhir lantai
  • Hindari menggabungkan toilet staf dan pasien

a Permukaan lingkungan juga harus dibersihkan dan didisinfeksi setiap kali tampak kotor atau jika terkontaminasi cairan tubuh (seperti darah); b Pembersihan bisa dilakukan sekali setiap hari jika koridor tidak sering digunakan.

Memilih produk disinfektan untuk permukaan lingkungan di tempat perawatan kesehatan harus mempertimbangkan penurunan logaritmik (tingkat besaran desimal) virus COVID19 dan juga patogen-patogen terkait perawatan kesehatan lain, seperti Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii, and virus hepatitis A and B. Dalam konteks-konteks tertentu, organisme yang persisten terhadap lingkungan seperti Clostridioides difficile dan Candida auris, yang resistan terhadap disinfektandisinfektan tertentu, harus dipertimbangkan saat memilih disinfektan. Karena itu, disinfektan yang tepat perlu dipilih dengan hati-hati untuk fasilitas pelayanan kesehatan.47

Setelah pembersihan, disinfektan-disinfektan dengan konsentrasi yang dijelaskan berikut ini dapat digunakan pada permukaan lingkungan untuk mencapai penurunan coronavirus manusia sebesar >3 log10. 33 Disinfektandisinfektan dengan konsentrasi tersebut juga efektif melawan patogen-patogen lain yang relevan secara klinis di tempat perawatan kesehatan.22

  • Etanol 70-90%
  • Produk berbasis klorin (seperti hipoklorit) dengan konsentrasi 0,1% (1000 bagian per juta) untuk disinfeksi lingkungan secara umum atau 0,5% (5000 bagian per juta) untuk darah dan cairan tubuh berjumlah besar (Lihat bagian: Penggunaan produk berbasis klorin)
  • Hidrogen peroksida >0,5%

Waktu kontak minimum disinfektan-disinfektan ini disarankan selama 1 menit21 atau sesuai rekomendasi pembuat. Disinfektan-disinfektan lain dapat menjadi pertimbangan jika pembuatnya merekomendasikan disinfektan lain tersebut untuk mikroorganisme tertentu, terutama virus berselubung. Rekomendasi penggunaan aman serta larangan pencampuran jenis-jenis disinfektan kimia dari pembuat harus selalu diingat dalam mempersiapkan, melarutkan, atau menggunakan suatu disinfektan.

Lingkungan tempat selain perawatan kesehatan

Tidak ada bukti bahwa risiko transmisi fomit virus COVID-19 di rumah sakit terkait dengan lingkungan apa pun di luar rumah sakit. Namun, kemungkinan kontaminasi virus COVID-19 di tempat selain perawatan kesehatan seperti rumah, kantor, sekolah, pusat kebugaran, atau restoran masih harus diturunkan. Permukaan-permukaan yang sering disentuh di tempat-tempat selain perawatan kesehatan ini, seperti gagang pintu dan jendela, dapur dan area persiapan makanan, sisi atas meja dan lemari dapur, permukaan kamar mandi, toilet dan keran, layar sentuh gawai pribadi, papan ketik komputer pribadi, dan permukaan tempat kerja, harus diidentifikasi agar dapat diprioritaskan untuk didisinfeksi. Disinfektan dan konsentrasinya harus dipilih dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada permukaan dan untuk meminimalisasi efek toksik yang dialami oleh anggota rumah tangga atau pengguna ruang public

Teknik-teknik pembersihan lingkungan dan prinsip-prinsip pembersihan harus dijalankan sejauh mungkin. Permukaan harus selalu dibersihkan dengan sabun dan air atau detergen untuk membersihkan materi organik terlebih dahulu, dan dilanjutkan dengan disinfeksi. Di tempat selain perawatan kesehatan, natrium hipoklorit (pemutih) dapat digunakan dengan konsentrasi 0,1% (1000 bagian per juta) yang dianjurkan. 5 Alkohol dengan konsentrasi 70-90% dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendisinfeksi permukaan

Keamanan pribadi saat mempersiapkan dan menggunakan disinfektan

Petugas pembersihan harus mengenakan APD yang memadai dan dilatih untuk menggunakannya dengan aman. Saat bekerja di tempat-tempat di mana ada pasien yang suspek atau terkonfirmasi COVID-19 atau di mana skrining, triase, dan konsultasi klinis dijalankan, petugas pembersihan harus mengenakan APD berikut ini: jubah, sarung tangan tugas berat (heavy duty), masker medis, pelindung mata (jika ada risiko cipratan materi organik atau bahan kimia), dan sepatu bot atau sepatu kerja tertutup.48

Persiapan larutan disinfektan harus dilakukan di area yang berventilasi baik. Hindari mencampur disinfektan, baik saat dipersiapkan maupun digunakan, karena campuran menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan dapat menimbulkan gas yang kemungkinan mematikan, terutama saat dikombinasikan dengan larutan hipoklorit.

Petugas yang mempersiapkan atau menggunakan disinfektan di fasilitas pelayanan kesehatan membutuhkan APD khusus karena tingginya konsentrasi disinfektan yang digunakan di fasilitas-fasilitas ini dan lamanya paparan disinfektan selama bekerja.49 Karena itu, APD untuk persiapan atau penggunaan disinfektan di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi seragam dengan lengan panjang, sepatu kerja tertutup, jubah dan/atau celemek kedap cairan, sarung tangan karet, masker medis, dan pelindung mata (lebih disarankan pelindung wajah).§

Di tempat selain perawatan kesehatan di mana disinfektan dipersiapkan dan digunakan, jika sumber daya memungkinkan, direkomendasikan APD minimal sarung tangan, celemek kedap cairan, dan sepatu tertutup.34 Pelindung mata dan masker medis mungkin juga diperlukan untuk melindungi diri dari bahan kimia yang digunakan atau jika terdapat risiko cipratan

 

Referensi

  1. Modes of transmission of virus causing COVID-19: implications for IPC precaution recommendations. Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/publications-detail/modes-of-transmissionof-virus-causing-covid-19-implications-for-ipc-precaution-recommendations, diakses 6 Mei 2020)
  2. Cheng, V.C.C., Wong, S.-C., Chen, J.H.K., Yip, C.C.Y., Chuang, V.W.M., Tsang, O.T.Y., et al, 2020. Escalating infection control response to the rapidly evolving epidemiology of the coronavirus disease 2019 (COVID-19) due to SARS-CoV-2 in Hong Kong. Infect. Control Hosp. Epidemiol. 41, 493–498. (https://doi.org/10.1017/ice.2020.58, diakses 6 Mei 2020)
  3. Lai, C.-C., Shih, T.-P., Ko, W.-C., Tang, H.-J., Hsueh, P.-R., 2020. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) and coronavirus disease-2019 (COVID-19): The epidemic and the challenges. Int J Antimicrob Agents 55, 105924. (https://doi.org/10.1016/j.ijantimicag.2020.105924, diakses 6 Mei 2020)
  4. Ramesh, N., Siddaiah, A., Joseph, B., 2020. Tackling corona virus disease 2019 (COVID 19) in workplaces. Indian J Occup Environ Med 24, 16. (https://doi.org/10.4103/ijoem.IJOEM_49_20, diakses 6 Mei 2020)
  5. Bennett, J.E., Dolin, R., Blaser, M.J. (Eds.), 2015. Mandell, Douglas, and Bennett’s principles and practice of infectious diseases, Eighth edition. ed. Elsevier/Saunders, Philadelphia, PA. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7099662/, diakses 6 Mei 2020)
  6. Ye, G., Lin, H., Chen, L., Wang, S., Zeng, Z., Wang, W., et al., 2020. Environmental contamination of the SARS-CoV-2 in healthcare premises: An urgent call for protection for healthcare workers (pracetak). Infectious Diseases (except HIV/AIDS). (https://doi.org/10.1101/2020.03.11.20034546, diakses 6 Mei 2020)
  7. Ong, S.W.X., Tan, Y.K., Chia, P.Y., Lee, T.H., Ng, O.T., Wong, M.S.Y., et al., 2020. Air, Surface Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a Symptomatic Patient. JAMA 323, 1610. (https://doi.org/10.1001/jama.2020.3227, diakses 6 Mei 2020)
  8. Faridi, S., Niazi, S., Sadeghi, K., Naddafi, K., Yavarian, J., Shamsipour, M., et al., 2020. A field indoor air measurement of SARS-CoV-2 in the patient rooms of the largest hospital in Iran. Sci Total Environ 725, 138401. (https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138401, diakses 6 Mei 2020)
  9. Home care for patients with suspected novel coronavirus (nCoV) infection presenting with mild symptoms and management of contacts. Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/publicationsdetail/home-care-for-patients-with-suspected-novel-coronavirus-(ncov)-infection-presenting-with-mildsymptoms-and-management-of- contacts, diakses 10 Mei 2020)
  10. Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/who-china-joint-mission-oncovid-19-final-report.pdf, diakses 10 Mei 2020)
  11. Koh, D., 2020. Occupational risks for COVID-19 infection. Occup Med 70, 3–5. (https://doi.org/10.1093/occmed/kqaa036, diakses 10 Mei 2020)
  12. Practical considerations and recommendations for Religious Leaders and Faith-based Communities in the context of COVID-19. Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/publicationsdetail/practical-considerations-and-recommendations-for-religious-leaders-and-faith-based-communities-inthe-context-of-covid-19, diakses 10 Mei 2020)
  13. Infection prevention and control for the safe management of a dead body in the context of COVID-19: interim guidance. Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/publications-detail/infectionprevention-and-control-for-the-safe-management-of-a-dead-body-in-the-context-of-covid-19-interimguidance, diakses 10 Mei 2020)
  14. Getting your workplace ready for COVID-19: How COVID-19 spreads. Jenewa; World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/who-documents-detail/getting-your-workplace-ready-for-covid-19-how-covid19-spreads)
  15. COVID-19 and food safety: Guidance for food businesses. Jenewa; World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331705/WHO-2019-nCoV-Food_Safety-2020.1-eng.pdf, diakses 10 Mei 2020)
  16. Operational considerations for COVID-19 management in the accommodation sector. Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331937/WHO-2019-nCoV-Hotels2020.2-eng.pdf, diakses 10 Mei 2020)
  17. Operational considerations for managing COVID-19 cases or outbreak in aviation: interim guidance. Jenewa; World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/publications-detail/operational-considerations-formanaging-covid-19- cases-or-outbreak-in-aviation-interim-guidance, diakses 10 Mei 2020)
  18. Operational considerations for managing COVID-19 cases or outbreaks on board ships: interim guidance. Jenewa; World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/publications-detail/operationalconsiderations-for-managing-covid-19- cases-or-outbreaks-on-board-ships-interim-guidance, diakses 10 Mei 2020)
  19. Key Messages and Actions for COVID-19 Prevention and Control in Schools. Jenewa; World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/key-messages-and-actions-forcovid-19-prevention-and-control- in-schools-march-2020.pdf?sfvrsn=baf81d52_4, diakses 10 Mei 2020)
  20. Preparedness, prevention and control of COVID-19 in prisons and other places of detention (http://www.euro.who.int/en/health-topics/health-determinants/prisons-andhealth/publications/2020/preparedness,- prevention-and-control-of-covid-19-in-prisons-and-other-places-ofdetention-2020, diakses 10 Mei 2020)
  21. Risk Communication and Community Engagement (RCCE) Action Plan Guidance COVID-19 Preparedness and Response; Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/publications-detail/riskcommunication-and-community- engagement-(rcce)-action-plan-guidance, diakses 14 Mei 2020)
  22. Rutala, W.A., Weber, D.J., 2019. Best practices for disinfection of noncritical environmental surfaces and equipment in health care facilities: A bundle approach. Am J Infect Control 47, A96–A105. (https://doi.org/10.1016/j.ajic.2019.01.014, diakses 6 Mei 2020)
  23. Chin, A.W.H., Chu, J.T.S., Perera, M.R.A., Hui, K.P.Y., Yen, H.-L., Chan, M.C.W., et al., 2020. Stability of SARS-CoV-2 in different environmental conditions. The Lancet Microbe S2666524720300033. (https://doi.org/10.1016/S2666- 5247(20)30003-3, diakses 6 Mei 2020)
  24. van Doremalen, N., Bushmaker, T., Morris, D.H., Holbrook, M.G., Gamble, A., Williamson, B.N., et al., 2020. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med 382, 1564–1567. (https://doi.org/10.1056/NEJMc2004973, diakses 6 Mei 2020)
  25. Essential environmental health standards in health care. Jenewa: World Health Organization; (https://www.who.int/water_sanitation_health/publications/ehs_hc/en/, diakses 6 Mei 2020)
  26. CDC and ICAN. Best Practices for Environmental Cleaning in Healthcare Facilities in Resource-Limited Settings. Atlanta, GA: US Department of Health and Human Services, CDC; Cape Town, South Africa: Infection Control Africa Network; 2019. (https://www.cdc.gov/hai/pdfs/resource-limited/environmentalcleaning-RLS-H.pdf, diakses 6 Mei 2020)
  27. Decontamination and Reprocessing of Medical Devices for Health-care Facilities. Jenewa: World Health Organization; (https://www.who.int/infection-prevention/publications/decontamination/en/, diakses 6 Mei 2020)
  28. Implementation manual to prevent and control the spread of carbapenem-resistant organisms at the national and health care facility level. Jenewa: World Health Organization; 2019 (https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/312226/WHO- UHC-SDS-2019.6-eng.pdf, diakses 10 Mei 2020)
  29. List N: Disinfectants for Use Against SARS-CoV-2 | US EPA. 2020. (https://www.epa.gov/pesticideregistration/list-n- disinfectants-use-against-sars-cov-2, diakses 6 Mei 2020)
  30. Rutala, W.A., Weber, D.J., 1997. Uses of inorganic hypochlorite (bleach) in health-care facilities. Clin. Microbiol. Rev. 10, 597–610. (https://doi.org/10.1128/CMR.10.4.597, diakses 6 Mei 2020)
  31. Pereira, S.S.P., Oliveira, H.M. de, Turrini, R.N.T., Lacerda, R.A., 2015. Disinfection with sodium hypochlorite in hospital environmental surfaces in the reduction of contamination and infection prevention: a systematic review. Rev. esc. enferm. USP 49, 0681–0688. (https://doi.org/10.1590/S0080- 623420150000400020, diakses 6 Mei 2020)
  32. Köhler, A.T., Rodloff, A.C., Labahn, M., Reinhardt, M., Truyen, U., Speck, S., 2018. Efficacy of sodium hypochlorite against multidrug-resistant Gram-negative bacteria. J Hosp Infect 100, e40–e46. (https://doi.org/10.1016/j.jhin.2018.07.017, diakses 6 Mei 2020)
  33. IL DIRETTORE GENERALE D’Amario, C. 2020. Disinfezione degli ambienti esterni e utilizzo di disinfettanti (ipoclorito di sodio) su superfici stradali e pavimentazione urbana per la prevenzione della trasmissione Dell’infezione da SARS-CoV-2. Ministero della Salute. (https://www.certifico.com/component/attachments/download/17156, diakses 6 Mei 2020)
  34. Kampf, G., Todt, D., Pfaender, S., Steinmann, E., 2020. Persistence of coronaviruses on inanimate surfaces and their inactivation with biocidal agents. J Hosp Infect 104, 246–251. (https://doi.org/10.1016/j.jhin.2020.01.022, diakses 6 Mei 2020)
  35. Yates, T., Allen, J., Leandre Joseph, M., Lantagne, D., 2017. WASH Interventions in Disease Outbreak Response. Oxfam; Feinstein International Center; UKAID. (https://doi.org/10.21201/2017.8753, diakses 6 Mei 2020)
  36. Rutala, W.A., Cole, E.C., Thomann, C.A., Weber, D.J., 1998. Stability and Bactericidal Activity of Chlorine Solutions. Infect Control Hosp Epidemiol 19, 323–327. (https://doi.org/10.2307/30141372, diakses 6 Mei 2020)
  37.  Iqbal, Q., Lubeck-Schricker, M., Wells, E., Wolfe, M.K., Lantagne, D., 2016. Shelf-Life of Chlorine Solutions Recommended in Ebola Virus Disease Response. PLoS ONE 11, e0156136. (https://doi.org/10.1371/journal.pone.0156136, diakses 6 Mei 2020)
  38. Lantagne, D., Wolfe, M., Gallandat, K., Opryszko, M., 2018. Determining the Efficacy, Safety and Suitability of Disinfectants to Prevent Emerging Infectious Disease Transmission. Water 10, 1397. (https://doi.org/10.3390/w10101397, diakses 6 Mei 2020)
  39. Roth, K., Michels, W., 2005. Inter-hospital trials to determine minimal cleaning performance according to the guideline by DGKH, DGSV and AKI 13, 106-110+112. (https://www.researchgate.net/profile/Winfried_Michels/publication/292641729_Interhospital_trials_to_determine_minimal_cleaning_performance_according_to_the_guideline_by_DGKH_DG SV_and_AKI/links/571a4d4108ae7f552a472e88/Inter-hospital-trials-to-determine-minimal-cleaningperformance-according-to-the- guideline-by-DGKH-DGSV-and-AKI.pdf, diakses 6 Mei 2020)
  40. Zock, J.-P., Plana, E., Jarvis, D., Antó, J.M., Kromhout, H., Kennedy, S.M., Künzli, N., et al., 2007. The Use of Household Cleaning Sprays and Adult Asthma: An International Longitudinal Study. Am J Respir Crit Care Med 176, 735–741. (https://doi.org/10.1164/rccm.200612-1793OC, diakses 6 Mei 2020)
  41. Mehtar, S., Bulabula, A.N.H., Nyandemoh, H., Jambawai, S., 2016. Deliberate exposure of humans to chlorine-the aftermath of Ebola in West Africa. Antimicrob Resist Infect Control 5, 45. (https://doi.org/10.1186/s13756-016-0144-1, diakses 6 Mei 2020)
  42. Schyllert, C., Rönmark, E., Andersson, M., Hedlund, U., Lundbäck, B., Hedman, L., et al., 2016. Occupational exposure to chemicals drives the increased risk of asthma and rhinitis observed for exposure to vapours, gas, dust and fumes: a cross- sectional population-based study. Occup Environ Med 73, 663–669. (https://doi.org/10.1136/oemed-2016-103595, diakses 6 Mei 2020)
  43. Weber, D.J., Rutala, W.A., Anderson, D.J., Chen, L.F., Sickbert-Bennett, E.E., Boyce, J.M., 2016. Effectiveness of ultraviolet devices and hydrogen peroxide systems for terminal room decontamination: Focus on clinical trials. Am J Infect Control 44, e77–e84. (https://doi.org/10.1016/j.ajic.2015.11.015, diakses 6 Mei 2020)
  44. Marra, A.R., Schweizer, M.L., Edmond, M.B., 2018. No-Touch Disinfection Methods to Decrease MultidrugResistant Organism Infections: A Systematic Review and Meta-analysis. Infect. Control Hosp. Epidemiol. 39, 20–31. (https://doi.org/10.1017/ice.2017.226, diakses 6 Mei 2020)
  45. Rutala, W.A., Weber, D.J., 2013. Disinfectants used for environmental disinfection and new room decontamination technology. Am J Infect Control 41, S36–S41. (https://doi.org/10.1016/j.ajic.2012.11.006, diakses 6 Mei 2020)
  46. Benzoni, T., Hatcher, J.D., 2020. Bleach Toxicity, in: StatPearls. StatPearls Publishing, Treasure Island (FL). (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441921/, diakses 6 Mei 2020)
  47. Gon, G., Dancer, S., Dreibelbis, R., Graham, W.J., Kilpatrick, C., 2020. Reducing hand recontamination of healthcare workers during COVID-19. Infect. Control Hosp. Epidemiol. 1–2. (https://doi.org/10.1017/ice.2020.111, diakses 9 Mei 2020)
  48. Water, sanitation, hygiene, and waste management for the COVID-19 virus. Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331846/WHO-2019-nCoVIPC_WASH-2020.3-eng.pdf, diakses 6 Mei 2020)
  49. Rational use of personal protective equipment for coronavirus disease (COVID-19); Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/emergencies/diseases/novelcoronavirus-2019/technicalguidance/infectionprevention-and- control, diakses 6 Mei 2020)
  50. Medina-Ramon, M., 2005. Asthma, chronic bronchitis, and exposure to irritant agents in occupational domestic cleaning: a nested case-control study. Occup Environ Med 62, 598–606. (https://doi.org/10.1136/oem.2004.017640, diakses 6 Mei 2020)

Sumber : https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/pembersihan-dan-disinfeksi-permukaan-lingkungan-dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=2842894b_2

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 17.047
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.084.558