Musim Hujan Tiba Waspada Leptospirosis
Musim penghujan telah datang. Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul atau meningkat kasusnya pada saat musim penghujan adalah leptospirosis. Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Banyak wilayah di Indonesia merupakan daerah endemis leptospirosis.
Gejala awal dari penyakit ini mirip dengan beberapa penyakit lain dengan munculnya demam akut. Leptospirosis sebenarnya dapat diobati namun jika penemuan dan penanganannya terlambat dapat menyebabkan kematian.
Penularan dapat terjadi pada seseorang karena kontak secara langsung maupun tidak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi Leptospira. Penularan langsung dapat terjadi melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung bakteri ke dalam tubuh. Dapat juga penularan terjadi secara langsung dari hewan ke manusia karena pekerjaan seseorang yang merawat hewan atau menangani organ hewan ( pemotong hewan). Sedangkan penularan tidak langsung terjadi melalui kontak dengan air yang menggenang, sungai, selokan air, danau, atau lumpur yang tercemar urin hewan.
Penularan pada manusia sering dihubungkan dengan berbagai faktor resiko yang terkait dengan pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, maupun gaya hidup/ perilaku hidup bersih. Kelompok yang dianggap beresiko antara lain petani, petugas pet shop, peternak, petugas kebersihan, pekerja lapangan yang berhubungan dengan saluran air, pekerja pemotongan hewan, serta militer. Kejadian bencana alam banjir serta trend wisata air juga ditengarai memiliki resiko tinggi terhadap leptospirosis.
Lingkungan tempat tinggal yang kumuh, selokan yang tidak terawat, banyak genangan air, banyak populasi tikus, serta hewan peliharaan maupun hewan ternak meningkatkan resiko kejadian leptospirosis.
Beberapa kebiasaan yang meningkatkan risiko kejadian leptospirosis antara lain : kebiasaan berakfifitas di tempat berair dengan kondisi luka di badan, kebiasaan abai/ tidak merawat luka padahal wilayahnya banyak genangan air, tidak memakai alas kaki, mandi di sungai/ danau, perilaku hidup bersih yang kurang, serta kebiasaan menumpuk sampah di rumah sehingga mengundang tikus.
Sebenarnya semua mamalia berpotensi menularkan leptospirosis. Hewan di sekitar kita seperti kucing, anjing, sapi, kambing, dan kelinci berpotensi menjadi hospes perantara leptospirosis. Namun populasi tikus paling banyak dikaitkan dengan kejadian leptospirosis di Indonesia.
Berikut ini beberapa tips untuk mengendalikan populasi tikus baik di rumah : bak sampah berpenutup dan ditempatkan berjarak 45 cm dari tanah, dinding luar rumah dicat halus terutama bagian bawah jendela minimal 10 cm, menutup lubang tempat pipa pembuangan air, membuat penghalang tikus pada talang air, memotong cabang pohon yang berhubungan dengan rumah, serta menggunakan perangkap tikus. Tindakan pengendalian pokok adalah menjaga kebersihan dan kerapian rumah. Tikus akan mendatangi tempat yang menyediakan banyak makanan. Jadi jangan biarkan sampah bertebaran atau menumpuk yang mengundang tikus datang.
Sebagai bentuk kewaspadaan terhadap kasus leptospirosis maka disarankan segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan jika menderita demam 3 hari tidak sembuh. Bagi tenaga kesehatan untuk tidak lupa mempertimbangkan leptospirosis sebagai diagnosis banding pada demam akut terutama pada kelompok dan kondisi beresiko