Detail Artikel


  • 31 Mei 2022
  • 1.197
  • Artikel

Monkeypox

Belum usai pandemi Covid-19, terdapat ancaman penyakit infeksi emerging lainnya yaitu penyakit Monkeypox. Penyakit ini disebabkan oleh virus Monkeypox yang endemis di Afrika Barat dan Afrika Tengah. Di negara-negara endemis tersebut, monkeypox sebagian besar ditularkan melalui primata dan hewan pengerat. Penyakit ini memiliki gejala sangat mirip dengan kasus smallpox yang pernah dieradikasi tahun 1980. Walaupun gejalanya lebih ringan daripada smallpox, namun monkeypox menyebar secara sporadis di beberapa wilayah di Afrika, terutama di Afrika Tengah dan Barat. Perbedaan utama antara Monkeypox dengan Smallpox (cacar) yaitu pada Monkeypox ada limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), sedangkan pada smallpox tidak ada.

Monkeypox merupakan emerging zoonosis yaitu penyakit yang ditularkan oleh virus ke manusia dari hewan seperti monyet dan hewan pengerat melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau lesi kulit hewan yang terinfeksi dan mengkonsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi. Penularan antar manusia melalui kontak dengan sekresi pernafasan, lesi kulit dari orang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi. Tenaga kesehatan, orang yang tinggal serumah dan kontak erat lain merupakan orang yang berisiko tinggi. Penularan juga terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin atau kontak selama persalinan. Penularan seksual masih belum jelas sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan.

Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) monkeypox biasanya 6-16 hari, tetapi biasanya mempunyai rentang waktu  5-21 hari. Gejala yang timbul diawali dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan lemas. Limfadenopati dapat dirasakan di leher, ketiak, atau selangkangan. Dalam 1-3 hari setelah gejala awal, akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi menghilang dan rontok.

Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14-21 hari. Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait degan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar diantaranya adalah anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakti monkeypox.

Monkeypox pertama kali ditemukan tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan “monkeypox”. Monkeypox pada manusia pertama kali ditemukan di Republik Demokratik Kongo. Sejak saat itu, kasus monkeypox pada manusia sering terjadi dan endemis di pedesaan, wilayah hutan tropis Congo Basin dan Afrika Barat.

Sejak bulan Mei 2022, Monkeypox menjadi penyakit yang memerlukan perhatian kesehatan masyarakat global. WHO telah menerima notifikasi kasus monkeypox dari negara non endemis di 4 regional (Eropa, Amerika, Eastern Mediteranian, dan Western Pasific) tanpa ada riwayat perjalanan dari negara endemis. Meskipun hingga saat ini belum ditemukan kasus Monkeypox di Indonesia, tetapi risiko penularan manusia ke manusia sangat mungkin, maka perlu tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya penyebaran di Indonesia.

Vaksin yang digunakan selama program pemberantasan cacar (smallpox) memberikan perlindungan terhadap monkeypox. Selain itu, penyakit Monkeypox dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya dengan :

  • Menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), seperti cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
  • Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik
  • Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi,termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita
  • Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yang diburu dari hewan liar
  • Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksanakan dirinya jika mengalami gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.
  • Petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan, masker dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit

Sumber        : Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Monkeypox, Kemenkes RI, Direktorat Jenderal dan Pengendalian Penyakit, 2022

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 7.035
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 20.879.212