MANAJEMEN PUSKESMAS DALAM KAMPANYE MEASLES RUBELA (MR) KAITANNYA DENGAN PEMAHAMAN PETUGAS TERHADAP KONTRA INDIKASI DAN PENUNDAAN PEMBERIAN IMUNISASI
Kampanye imunisasi MR merupakan pemberian vaksin MR secara masal kepada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Kampanye MR bertujuan untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat, memutuskan transmisi virus campak dan rubella, menurunkan angka kesakitan campak dan rubela dan menurunkan angka kejadian CSR. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang ditunjuk untuk melaksanakan kampanye MR, harus menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk suksesnya pelaksanaan program ini. Salah satu persiapan adalah memahamkan semua petugas terkait kontra indikasi dan penundaan pemnberian imunisasi.
Vaksin MR ini merupakan vaksin yang relatif aman. Dengan pemberian vaksin MR, dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan. Namun demikian, ada beberapa kondisi yang sebaiknya tidak dilakukan imunisasi MR atau dilakukan penundaan imunisasi. Kondisi-kondisi yang mana imunisasi MR tidak diberikan adalah pada individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi, wanita hamil, leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya, kelainan fungsi ginjal berat, decompensatio cordis, setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah dan riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomisin). Penundaan imunisasi MR dilakukan pada kondisi demam, batuk pilek dan diare.
Salah satu alasan tidak dilakukannya atau penundaan imunisasi MR pada beberapa kondisi yang telah disebutkan di atas adalah adanya kemungkinan interaksi obat dengan vaksin MR yang dapat mengganggu efektivitas terapi obat yang sedang dijalani, misalnya interaksi dengan obat kortikosteroid, imunosupresan dan beberapa antibiotik. Uraian di atas adalah salah satu dari beberapa hal yang harus dipahami petugas puskesmas dalam pelaksanaan kampanye MR.