Bonus Demografi dan Investasi pada Pembangunan Kesehatan dan Gizi
Bonus demografi dipahami sebagai suatu kondisi di mana
komposisi atau struktur penduduk sangat menguntungkan dari
segi pembangunan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar,
sementara proporsi penduduk yang tidak produktif (berusia
kurang dari 14 tahun dan di atas 64 tahun) semakin kecil dan belum
banyak.
Dilihat dari struktur demografi Indonesia dewasa ini, maka pada tahun 2020-2030
Indonesia berpeluang untuk mengalami bonus demografi, di mana negara ini
akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sementara yang
tidak produktif berkurang menjadi 60 juta jiwa. Ini berarti 10 orang usia
produktif hanya akan menanggung 3-4 orang usia tidak produktif. Dampaknya
pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan jelas: terjadi peningkatan tabungan
masyarat dan tabungan nasional, yang akan bermuara pada tingkat kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik.
Namun bonus demografi ini tidak secara otomatis memberikan dampak positif bagi
tujuan pembangunan nasional. Ibarat pedang bermata dua, bonus demografi
bisa memberikan dampak positif tetapi juga dampak negatif pada upaya
pembangunan bangsa.
Ketika negara tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyongsong periode
bonus demografi tersebut, konsekuensi yang terjadi adalah dampak negatif yang
harus dipikul oleh semua pihak. Tanpa dibekali dengan kualitas sumber
daya manusia yang memadai, maka proporsi penduduk usia produktif
yang sedemikian besar pada saat itu hanya akan menciptakan dampak buruk pada
pembangunan nasional. Salah satu dampak negatif yang bisa diprediksi
adalah jumlah pengganguran yang tidak terkendali karena tidak terserap ke
dalam lapangan kerja yang ada akibat kualifikasi dan kualitas yang
tidak memenuhi standar pekerjaan yang tersedia.
Kondisi demikian akan memberikan efek berantai ke berbagai bidang kehidupan
manusia. Berkurangnya tingkat pendapatan akibat ketimpangan antara
standar kualifikasi yang dibutuhkan dan kualitas sumber daya manusia yang
tidak memadai, dapat memicu lonjakan tingkat kemiskinan, yang memberikan dampak
buruk pada kehidupan ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Dengan kata lain, ketidaksiapan semua pemangku kepentingan pembangunan dalam
menyongsong periode bonus demografi tersebut melalui pembangunan manusia yang
baik akan membuat kita gagal memanfaatkan jendela peluang yang langka
tersebut. Sejauh mana kita mempersiapkan pembangunan manusia dewasa ini akan
menentukan sejauh mana kita akan berhasil memanfaatkan peluang bonus demografi
tersebut.
Dari perspektif pembangunan manusia, tidak pelak lagi rentang waktu
menjelang tahun 2020-2030 merupakan periode yang paling tepat mempersiapkan
fondasi kokoh bagi periode bonus demografi tersebut. Pertanyaan yang
paling mendasar adalah apakah kita sudah benar-benar mempersiapkan diri dari
berbagai segi untuk dapat memanfaatkan periode bonus demografi tersebut
secara optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan dewasa ini akan sangat menentukan
keberhasilan kita dalam memanfaatkan bonus demografi secara optimal.
Berbagai program pembangunan kesehatan yang diinisiasi dan dimplementasikan
oleh Kementerian Kesehatan dewasa ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan positif bagi upaya mengoptimalisasi periode bonus demografi
yang akan datang.
Terwujudnya keluarga sehat yang ditopang oleh kecukupan
nutrisi yang memadai akan memberikan fondasi yang kokoh bagi terwujudkan
kualitas sumber daya manusia yang dapat menjawab tantangan dalam periode
demografi yang langka tersebut. Keluarga sehat dengan nutrisi yang baik
memainkan peran fundmenal karena berfungsi sebagai fondasi bagi pencapaian
tujuan-tujuan pembangunan lainnya.
Dalam pengertian ini, investasi gizi dalam pembangunan kit memainkan peran yang
sangat krusial. Betapa pentingnya investasi gizi untuk pembangunan manusia
tercermin dari penelitian yang dilakukan panel ahli yang terdiri atas para
ekonom terkemuka dunia, dan dituangkan dalam The Copenhagen Consensus 2012.
Para ekonom tersebut menemukan bahwa cara paling cerdas
mengalokasikan uang untuk menghadapi 10 tantangan utama dunia
adalah melakukan investasi untuk perbaikan status gizi penduduk.
Lebih jauh panel ahli tersebut mengidentifikasi bahwa gizi dapat membantu
memutus lingkaran kemiskinan dan meningkatkan PDB negara 2 hingga 3 persen per
tahun. Dengan menginvestasi $1 pada gizi dapat memberikan hasil $30 dalam
bentuk peningkatan kesehatan, pendidikan dan produktivitas ekonomi.
Jelas dengan sendirinya bahwa tanpa individu-individu yang sehat dengan nutrisi
yang mencukupi tidak mungkin kita dapat mencapai tingkat pendidikan yang
tinggi. Keluarga sehat dengan nutrisi yang mencukupi merupakan pra-kondisi
untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan lainnya, karena tidak mungkin kita
dapat merealisasikan sumber daya manusia yang kompetitif tanpa dasar-dasar
tersebut.
Mengingat urgensi pembangunan kesehatan dalam menentukan keberhasilan
memanfaatkan bonus demografi, semua pemangku kepentingan terkait tidak boleh
kehilangan momentum pada saat-saat ini untuk mengakselerasi peningkatan gizi
masyarakat seoptimal mungkin. Hilangnya momentum untuk mengakselerasi
pencapaian dalam bidang nutrisi tersebut pada saat sekarang ini akan
menyebabkan ketidakmampuan kita memanfaatkan bonus demografi secara optimal
pada waktunya.
Untuk mencapai tujuan keluarga sehat dan memiliki kecukupan gizi serta memiliki
nilai produktif di masa depan, maka kebijakan dan program pembangunan
kesehatan harus bertumpu pada pendekatan preventif dan promotif sebagai pilar
utama. Keberhasilan mengimplementasikan pendekatan preventif
dan promotif secara tepat akan menyelamatkan sumber daya keuangan
yang sangat besar, sehingga sumber daya tersebut dapat dialihkan kepada
tujuan-tujuan yang lebih produktif.
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan Program Keluarga Sehat yang dewasa
ini dikembangkan dan dimplementasikan secara intensif oleh Kementerian
Kesehatan diarahkan untuk dapat merealisasikan tujuan
pembangunan kesehatan secara preventif-promotif berdasarkan
pendekatan keluarga. Sebagai bagian dari upaya preventif dan
promotif masyarakat, GERMAS diarahkan untuk: 1) Menurunkan beban penyakit
menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan; 2)
Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk; dan 3) Menurunkan
beban pembiayaan pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh meningkatnya penyakit
dan pengeluaran kesehatan.
GERMAS dicirikan antara lain oleh penekanan yang kuat
pada kerjasama multisektor, keseimbangan masyarakat antara keluarga dan
individu, serta pembedaryaan masyarakat. Untuk mencapai tujuan yang
hendak disasar, gerakan ini difokuskan pada tiga aktivitas utama,
yaitu: 1) meningkatkan aktivitas fisik; 2) konsumsi sayur dan buah, serta 3)
deteksi dini penyakit tidak menular (PTM).
Upaya pencapaian Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ini harus dibangun di atas
fondasi pembangunan gizi untuk semua lapisan masyarakat. Pembangunan gizi
yang berhasil bertumpu pada ketersediaan dan ketahanan pangan,
serta akses ke sumber pangan tersebut secara berkelanjutan oleh
masyarakat.
Peran kemitraan yang kokoh dan meilibatkan para pemangku kepentingan
multi-sektor sangat menentukan keberhasilan investasi pada
pembangunan gizi. Karena sifat pembangunan gizi yang lintas-sektor dan
mencakup berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya dalam masyarakat
diperlukan pendekatan holistik untuk menanggulangi permasalahan gizi
buruk.
Di samping itu, pendidikan memainkan peran sentral dalam upaya peningkatan gizi
masyarakat. Pengenalan dan kesadaran akan pola konsumsi yang sehat masih
perlu terus ditingkatkan di kalangan masyarakat. Belum semua anggota
masyarakat, baik di tingkat akar rumput maupun di kalangan yang lebih mampu
secara ekonomi, mengenal apa itu pola hidup sehat dan pedoman gizi
seimbang.
Demikian pula, dampak buruk jangka panjang dari permasalahan gizi buruk dan
pola hidup yang tidak sehat masih belum sepenuhnya disadari baik oleh keluarga
maupun masyarakat. Meskipun kerugian yang nantinya akan dipikul sangat
besar akibat gizi buruk dan pola hidup tidak sehat, hal ini belum cukup
mendorong sebagian masyarakat untuk mengadopsi pola hidup yang
sehat dan menerapkan pedoman gizi seimbang secara optimal.
Tantangan ke depan dalam kerangka pembangunan gizi masyarakat, khususnya dalam
upaya memanfaatkan periode bonus demografi secara optimal, masih
cukup berat. Ini merupakan tugas bersama kita semua baik
pemerintah, masyarakat madani, sektor swasta, maupun
masyarakat sendiri untuk bekerja keras saat ini untuk memastikan agar periode
bonus demografi tidak berlalu dengan begitu saja, apalagi hingga menciptakan
dampak buruk bagi semua lapisan masyarakat.
Sumber : http://www.depkes.go.id/article/view/16102800001/bonus-demografi-dan-investasi-pada-pembangunan-kesehatan-dan-gizi-.html#sthash.6qqXipNn.dpuf